Oleh: Nandito Putra
(Mahasiswa KKN Unand Nagari Sipinang, Palembayan, Kabupaten Agam)
ADA banyak alasan mengapa kesuburan tanah dan kondisi lahan pertanian menjadi buruk serta lingkungan sekitar pertanian juga tidak sehat bagi kehidupan.
Salah satu faktornya adalah praktik bakar jerami padi sisa panen. Hal yang mungkin dianggap mudah dan praktis oleh petani selama ini karena tidak membutuhkan waktu yang lama dan biaya besar.
Tidak heran banyak petani memilih untuk membakar sisa-sisa jerami di lahan mereka sebagai cara cepat dan murah untuk membersihkan lahan untuk musim tanam berikutnya.
Jerami yang dibakar langsung menghasilkan abu yang dianggap bisa menambah hara bagi tanah.
Paradigma seperti ini terus ada dan terjadi secara berkelanjutan, namun sebenarnya anggapan bahwa membakar jerami adalah cara terbaik yang dilakukan setelah panen ternyata adalah salah besar.
Terdapat dampak negatif dari kegiatan membakar jerami yang sering terjadi pada petani yang ada di Indonesia. Dimana secara garis besar ada 3 dampak utama dari proses pembakaran jerami padi di antaranya.
Pertama, Kehilangan Bahan Organik. Pembakaran jerami secara langsung mengurangi jumlah bahan organik di dalam tanah. Bahan organik seperti jerami sangat penting untuk membentuk humus yang berfungsi sebagai penyimpan nutrisi dan air bagi tanaman.
Dengan hilangnya bahan organik ini, tanah menjadi kurang subur dan lebih mudah terkikis.
Kedua, Penurunan Aktivitas Mikroorganisme. Tanah yang subur penuh dengan mikroorganisme seperti cacing tanah, bakteri, dan fungi yang membantu dekomposisi bahan organik menjadi nutrisi yang tersedia untuk tanaman.
Pembakaran jerami mematikan sebagian besar mikroorganisme ini, yang pada gilirannya mengurangi kesuburan tanah.
Ketiga, Pelepasan Gas Berbahaya. Pembakaran jerami melepaskan gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4) ke atmosfer.
Selain berkontribusi terhadap perubahan iklim, gas-gas ini juga menyebabkan pemadatan tanah, yang menghambat pertumbuhan akar tanaman dan penyerapan nutrisi.
Praktik pembakaran jerami ini banyak terjadi di Indonesia, tidak terkecuali di Jorong Paraman, Nagari Sipinang, Kabupaten Agam. Hal ini juga dibenarkan oleh salah seorang petani yang ada di jorong ini.
Andi (40), petani tersebut, mengatakan bahwa setelah panen padi dilakukan, jerami yang tersisa akan langsung dibakar, karena hal ini mudah dan tidak memerlukan biaya serta waktu yang lama untuk menghilangkan jerami ini.
Selanjutnya masyarakat di sini juga menganggap abu sisa pembakaran jerami dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Kondisi seperti ini menarik perhatian mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Andalas (Unand) 2024 yang ada di Nagari Sipinang tepatnya di Jorong Paraman.
Mereka meluncurkan metode pengomposan jerami untuk pupuk tanaman dan tape jerami sebagai pakan ternak yang bernilai gizi tinggi. Kegiatan ini juga didukung oleh tim penyuluh pertanian di Nagari Sipinang.
Dikatakan tim penyuluh, alih-alih dibakar, jerami bisa diolah kembali ke dalam tanah sebagai kompos atau mulsa. Ini akan meningkatkan kandungan bahan organik tanah, memperbaiki struktur tanah, dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme.
Praktik ini tidak hanya menjaga kesuburan tanah tetapi juga meningkatkan produktivitas lahan dalam jangka panjang.
Seterusnya, Fadio, mahasiswa KKN Unand dari Departemen Ilmu Tanah, mengungkapkan tanah yang subur dan sehat adalah kunci untuk mempertahankan produksi pangan yang konsisten dan berkualitas tinggi.
Ini sangat penting dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dan peningkatan populasi.
Solusi yang dihadirkan oleh mahasiswa KKN Unand 2024 Sipinang ini adalah pembuatan Kompos Jerami dan Tape Jerami.
Kompos Jerami adalah pupuk organik yang dibuat dari jerami, yaitu sisa-sisa tanaman padi setelah panen. Kompos ini kaya akan nutrisi yang bermanfaat bagi tanah dan tanaman.
Jerami yang diurai menjadi kompos melalui proses dekomposisi akan memberikan bahan organik dan unsur hara seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang diperlukan untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Proses pembuatannya juga tidak sulit yaitu dengan memulai melakukan pengumpulan jerami, selanjutnya dilakukan pemotongan jerami, penambahan bahan tambahan yaitu cairan em4, pembasahan, pengadukan dan terakhir mulai di lakukan pengomposan di tempat tertutup.
Kompos jerami yang sudah matang dapat langsung digunakan untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas penyerapan air, dan menyediakan nutrisi bagi tanaman.
Selanjutnya adalah pembuatan Tape Jerami untuk pakan ternak. Tape jerami adalah salah satu jenis pakan ternak yang dibuat melalui proses fermentasi dari jerami padi. Jerami padi yang biasanya merupakan limbah pertanian diolah menjadi pakan bernilai gizi tinggi dengan bantuan mikroorganisme seperti bakteri asam laktat dan ragi.
Proses fermentasi ini mengurangi serat kasar dalam jerami, meningkatkan kandungan protein, dan membuatnya lebih mudah dicerna oleh ternak. Terobosan ini mendapat respons yang sangat positif dari masyarakat Jorong Paraman yang turut hadir dalam demo sosialisasi Gerakan Anti Bakar Jerami ini.
Terakhir masyarakat juga mengucapkan terimakasih kepada mahasiswa KKN Unand Sipinang 2024 atas terobosan untuk pertanian Nagari Sipinang yang lebih baik lagi ke depannya. *)