Oleh: Indratno Widiarto
(Kreator Digital)
KITA semua tahu Cleopatra sebagai Ratu Mesir yang memesona, tapi siapa sangka dia adalah si otak encer pada zamannya?
Di usia 17 tahun dia sudah naik takhta, dan selama 22 tahun berikutnya, dia bukan cuma sibuk berpolitik atau berurusan dengan Julius Caesar dan Mark Antony, tapi juga meneliti, belajar, dan menulis!
Iya, Cleopatra ini lebih dari sekadar ratu cantik. Dia seorang polyglot yang bisa sembilan bahasa, termasuk hieroglif kuno (yang bahkan bangsawan lain di dinastinya nggak peduli untuk pelajari).
Kalau zaman sekarang, mungkin dia ini kombinasi Elon Musk, Taylor Swift, dan Marie Curie sekaligus.
Cleopatra punya akses ke library terbesar di dunia, Perpustakaan Alexandria. Di sana, dia menggali ilmu di bidang-bidang seperti matematika, astronomi, kedokteran, alkimia, hingga kosmetik.
Dia bahkan punya laboratorium pribadi buat eksperimen. Salah satu “karya” Cleopatra adalah krim anti-botak yang konon katanya bisa bikin rambut tumbuh lagi.
Nah, ini nih yang bikin kontroversial: gimana ceritanya Cleopatra yang hidup di abad ke-1 SM bisa punya teknologi kecantikan yang mungkin lebih maju daripada yang kita punya sekarang?
Sayangnya, know-how itu ikut lenyap ketika Perpustakaan Alexandria terbakar pada tahun 391 Masehi.
Kenapa Banyak Ilmu Cleopatra yang Hilang?
Salah satu alasan utama adalah… api. Perpustakaan Alexandria dihancurkan, konon karena perintah penguasa Romawi Kristen yang ingin menghapus “pengetahuan pagan.”
Tapi apakah benar begitu? Atau ada pihak lain yang ingin mengubur semua rekam jejak Cleopatra karena terlalu powerful untuk ukuran perempuan zaman itu?
Cleopatra dikenal punya pengaruh besar di dunia diplomasi, ilmu pengetahuan, dan bahkan kosmetik. Bisa jadi, pengetahuan ini dianggap mengancam otoritas laki-laki di zamannya.
Bukti lain yang bikin penasaran adalah tulisan Galen, seorang dokter Romawi terkenal, yang berhasil menyelamatkan secuil resep Cleopatra.
Salah satu yang dia catat adalah krim rambut Cleopatra tadi. Kalau Galen aja bisa menyalin sebagian, artinya pengetahuan Cleopatra waktu itu bukan cuma mitos. Tapi kenapa nggak banyak yang diwariskan? Apakah sengaja dihapus?
Terlalu Canggih untuk Zamannya?
Kalau dipikir-pikir, Cleopatra kayak “ilmuwan tanpa pengakuan resmi.” Bayangkan kalau teknologi kosmetik dan obat-obatan yang dia kembangkan nggak lenyap, mungkin dunia kecantikan modern bisa lebih maju sejak ribuan tahun lalu.
Cleopatra juga dikenal memanfaatkan herbal dan bahasa-bahasa kuno untuk mengakses teks-teks medis yang sekarang sudah hilang.
Bayangkan aja, dia bisa baca dokumen Mesir Kuno, Yunani, sampai Parthia. Zaman sekarang, kita mesti pakai Google Translate, tapi Cleopatra cuma butuh otak dan otodidak.
Namun, ada kemungkinan besar perempuan seperti Cleopatra sengaja dikecilkan perannya oleh sejarah. Mungkin karena dia adalah simbol perempuan berkuasa yang terlalu “menonjol,” apalagi untuk ukuran zamannya.
Ilmu pengetahuannya sengaja dilenyapkan supaya generasi berikutnya nggak terlalu terinspirasi sama sosok perempuan yang bisa memimpin, belajar, dan menciptakan teknologi baru.
Mimpi yang Tertinggal
Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari Cleopatra? Selain menjadi ratu yang karismatik, dia adalah bukti bahwa perempuan punya potensi luar biasa dalam sains dan teknologi. Tapi sejarah sering kali nggak ramah sama mereka.
Siapa tahu, kalau semua bukunya Cleopatra selamat, kita bisa punya solusi untuk kebotakan, perawatan kulit, atau bahkan obat herbal super ampuh yang lebih murah daripada apa yang kita miliki sekarang.
Namun, satu hal yang pasti, Cleopatra lebih dari sekadar wajah cantik. Dia adalah simbol dari kekuatan intelektual yang (sayangnya) tak sempat sepenuhnya kita warisi.
Sebuah ironi yang pahit: si jenius zaman dulu yang ilmu-ilmunya hilang karena… kesalahan manusia itu sendiri.
Jadi, gimana? Siap menggali inspirasi dari Cleopatra sambil tetap merasa gemas karena kita cuma punya serpihan kecil dari legacy-nya? *)