PADANG, AmanMakmur —Acara Parade Baca Puisi Karya Upita Agustine, yang digelar oleh Hamas (Himpunan Media Sumbar), Sabtu (26/10/2024), yang diikuti oleh belasan para penyair, membuat “pecah” suasana Auditorium Istana Gubernuran Sumbar di Jl Sudirman Padang.
Upita Agustine merupakan nama pena dari Prof Dr Ir Raudha Thaib, MP yang merupakan sastrawati, budayawati dan akademisi Indonesia asal Ranah Minang, yang telah melahirkan karya-karya sastra yang fenomenal.
Acara yang dihadiri oleh Plt Gubernur Sumbar yang diwakili oleh Staf Ahli Jasman tersebut, dibuka dengan pembacaan puisi oleh dua orang cucu Bundo Raudha, yakni Puti Aisyah Al Humairah dan Puti Amina Thalia.
Pada kesempatan itu, Puti Reno Raudha Thaib memberikan Orasi Budaya dengan judul “Pergulatan Kreatif”, dan kemudian Testimony Speech dari Buya H Mas’oed Abidin (Ulama/Penulis), Prof Firman Hasan (Guru Besar Unand), dan Letkol TNI Andri Yani (Anggota Bumi Teater).
Dalam orasinya, Bundo Raudha menyampaikan bahwa dalam kehidupan manusia itu selalu menghadapi berbagai persoalan. Ada yang bisa dibicarakan, dan ada hal yang tidak tersampaikan pada siapapun.
“Semua hal yang tidak dapat kita sampaikan itu, dapat kita luahkan atau sampaikan melalui tulisan/karangan. Mungkin berbentuk buku harian, puisi, novel, atau esai,” ujar Bundo Raudha.
“Melalui tulisan, kita dapat menceritakan semuanya, dapat menjelaskan apa yang kita pikirkan, apa yang kita rasakan dan apa yang kita inginkan, serta apa yang menggelisahkan kita,” tambah Bundo Raudha.
Mengenai pergulatan kreatif, disampaikan Bundo Raudha bahwa itu tidak ada sangkut pautnya dengan kepentingan industri dan popularitas. “Kepentingannya hanya satu, kepuasan dan ketenangan batin”, tuturnya.
Menurut Bundo Raudha, menulis karya sastra adalah salah satu cara yang sehat dan berguna untuk mengungkapkan apa saja yang muncul dalam diri seseorang. Dan, dapat menjadi ventilasi dari kepengapan jiwa akibat terpaan dari berbagai persoalan.
Pergulatan kreatif, disampaikan Bundo Raudha, hakikatnya adalah suatu proses yang personal. Bermula dari diri seorang dari melihat sesuatu, mempersoalkannya dan memberi arti atau nilai sesuatu itu. Arti dan nilai yang diberikan itu tergantung kepada sikap hidup.
“Sikap hidup dari seniman, ilmuan dan wartawan, akan terbentuk atau merujuk dari latar belakangnya. Yakni, perilaku, tindak tanduk dan hubungan kemasyarakatannya di tengah keberadaannya dalam kehidupan sosial, budaya, ekonomi, agama dan politik,” beber Bundo Raudha.
Pada acara yang berlangsung sampai sore tersebut, turut membaca puisi; Dr Andria C Tamsin (Dosen FBS UNP/Penyair), RDS Deta Mahendra (Kepala Sekolah SMKN 6 Padang), Dr Ratna Wijaya (Bundo Kanduang Luar Negeri/BKLN), dan Dr Edriana (Politisi/Aktivis Peduli Perempuan).
Kemudian, Tanti Endang Lestari (Wakil Ketua KI Sumbar), Wahyuni (Dosen UFDK/Penyair), Eka Teresia (Penyala Literasi Nasional/Penyair), Zetri Murni (Ketua Yayasan BAS), Merry Yunaida (KPPI Sumbar), Leni Marlina (Dosen FBS UNP/Sastrawati), Resa Yuliana (Mahasiswa Unand), serta para pembaca yang spontan tampil.
Saat acara, Hamas juga memberikan penghargaan Life Achievement Award kepada Prof Dr Ir Raudha Thaib, MP, atas dedikasinya di dalam berkesenian dan berkebudayaan selama ini.
(Ika)