PADANG, AmanMakmur —Saat ini telah terjadi pengkerdilan makna kebudayaan, dimana yang dipahami hanya sebatas rupa-rupa karya seni, baik seni tradisi maupun seni modern.
“Makna kebudayaan itu dikerdilkan dari kedalaman makna hakikinya, yaitu kearifan yang diberdayakan,” ujar Julia F Agusta, saat memberikan orasinya di acara “Panggung Ekspresi dan Orasi Budaya”, yang digelar oleh Forum Perjuangan Seniman (FPS) Sumbar, Sabtu (26/10/2024) malam, di pelataran Taman Budaya Sumbar, Jl Diponegoro Padang.
Lanjut Julia, seharusnya makna kebudayaan itu terus ditumbuhkan, terus dihidupkan untuk menjadi tenaga menggapai kemajuan dan kehidupan yang lebih baik serta gemilang.
Makanya, ungkap Julia, ia bersama lembaga kebudayaan Leon Agusta Indonesia (LAI), berupaya membangun kolaborasi masyarakat sipil untuk bersama-sama menabuh gendang dengan tajuk “Perubahan di Jalan Budaya”.
“Kita harus mengerahkan segala daya dan upaya untuk gagasan pembangunan berbasis kebudayaan dilaksanakan demi terwujudnya kesejahteraan yang berkeadilan untuk semua,” katanya.
“Kemudian menyangkut kebudayaan, kita mengacu pada rumusan seperti yang tercantum pada salah satu diktum Manifes Kebudayaan, yang keluar pada tanggal 17 Agustus 1963. Dimana kebudayaan itu disebutkan; perjuangan manusia untuk menyempurnakan kondisi-kondisi hidupnya,” tambah putri penyair ternama Leon Agusta (alm) ini.
Julia mengungkapkan bahwa dengan realitas politik saat ini, dan kenyataan getirnya kehidupan sehari-hari yang dialami oleh masyarakat, menjadi ruang bagi lahirnya karya-karya seniman yang mencerminkan kepedulian, dan keberanian mengkritik sistem yang ada, menggugat ketidak-adilan dan kesewenang-wenangan.
Karya-karya para seniman itu dengan muatan politik, tapi menurut Julia, tidak dengan tujuan politik untuk mendapatkan kekuasaan atau pengabdian pada kekuasaan.
Pada kesempatan acara yang rutin diadakan oleh FPS Sumbar di setiap akhir bulan itu, turut tampil KPJ Sakato dengan membawakan lagu-lagu yang sesuai dengan suasana hati para seniman, di antaranya; “Rumah Kita” (God Bless).
Adapula penampilan tari “Tikai Sarampak” yang dibawakan oleh Sanggar Tari Susan, serta “Tari Piriang” oleh Sanggar Tari Anak Indonesia.
Terus baca puisi yang dibawakan oleh Wati Size dan Syarifuddin Arifin. Monolog dramatic poetry oleh Muslim Noer, serta solo song oleh Aisyah.
Selama acara yang dibawakan oleh Hadi Gustian ini, ada pula live art painting oleh pelukis Jon Wahid, Jon Hardi dan Dangau Studio.
Saat acara, tampak hadir para Presidium FPS Sumbar serta anggota, di antaranya Maestro Tari Minang Ery Mefri, Dr Andria C Tamsin, Dr Hermawan, Dadang Leona, Fauzul el Nurca, Rizal Tanjung, dan lainnya.
Juga Ketua SatuPena Sumbar Sastri Bakry beserta Sekretaris Armaidi Tanjung, serta penikmat seni; Dedek Nuzul Putra, Isa Kurniawan, dan Revdi Iwan Syahputra (Ope)
(Ika)