Oleh: Wiztian Yoetri
(Wartawan Senior)
PASAR TRADISIONAL masih menjadi sektor penting dalam menggerakkan perekonomian di Kabupaten Padangpariaman.
Demikian diungkapkan Bupati Suhatri Bur, ketika meletakan batu pertama dimulainya revitalisasi, Pasar Tradisional Pekandangan, Padangpariaman, Senin lalu.
Pasar tradisional Pekandangan, merupakan pasar induk tertua di daerah ini, dan tercatat sebagai satu-satunya pasar yang ada di ibukota Kabupaten Padangpariaman.
Pembangunan revitalisasi pasar yang menggunakan dana Tugas Perbantuan (TP) APBN tahun 2023 itu, yang dihadiri Direktur Sarana Perdagangan dan Logistik Kementerian Perdagangan Muhamad Anwar Achmad, merupakan momen penting bagi perjalanan pasar-pasar tradisional di Padangpariaman.
Sebagaimana visi-misi, Suhatri Bur-Rahmang, pembangunan pasar sebagai penggerak ekonomi kerakyatan adalah menjadi titik fokus pemerintahan dibawah duet kepemimpinannya.
Setelah Pasar Pekandangan, revitalisasi akan dilanjutkan pada empat pasar lain dengan skenario pembangunan Zul Ultimate Consultan; meliputi Pasar Pauh Kamba, Pasar Sungai Sariak, Pasar Sicincin dan Pasar Kayutanam.
Keberadaan pasar-pasar tradisional itu, kelak, tidak sekadar berfungsi sebagai kegiatan harian, namun akan lebih diarahkan untuk menggerakkan perekonomian masyarakat secara totalitas.
Adalah wisata belanja yang menjadi sektor ikutan yang akan dikejar Suhatri Bur. Lewat pasar pasar tradisional itu, sekaligus membangkitkan produk UMKM. Seperti Pekandangan yang dikenal dengan ‘Lapek Kampuang Aro‘, yang dipopulerkan Musisi Zamri Ain lewat sebuah lagu Minang.
Produk sejenis ‘Lapek Kampuang Aro‘, itu tersebar di pelosok Kabupaten Padangpariaman, termasuk makanan spesifiknya.
Seperti sekarang terpajang sepanjang jalan Tiram-Ulakan, ada minuman buah Nipah, minuman segar dan penting bagi kesehatan.
Banyaknya produk unggulan UMKM di Padangpariaman yang tersebar di pasar-pasar tradisional, maka kini produk itu menunggu revitalisasi pasar yang sudah berusia tua, menjadi pasar modern yang sehat dan tertata bagus.
Maka, pasar-pasar tradisional itu, kelak akan hadir pada hari-hari balainya, seperti pasar Pekandangan dikenal dengan Pasar Balai Kamis, hari pasarnya.
Dan di Padangpariaman, sebenarnya sudah ada hari-hari Pasar setiap Balai, atau hari pasarnya dalam satu minggu. Tinggal lagi bagaimana, mendorong pedagang manampilkan makanan dan produk tradisional setiap hari pasar, sehingga menjadi hari-hari untuk kegiatan wisata belanja bagi masyarakat.
Akhirnya, berbicara manfaat pasar pada hakekatnya adalah sebagai sarana distribusi dan memperlancar proses penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Pasar merupakan jaringan mempertemukan penjual dan pembeli.
Mampukah Suhatri Bur membangkitkan pasar-pasar tradisional menjadi gerakkan ekonomi rakyat menuju pertumbuhan? Sangat tergantung kepada komitmen Pemerintah Daerah dengan masyarakat pedagang pasar. Diperlukan tekad dan semangat memberikan pelayanan terbaik. *)
Penulis adalah Wartawan Senior