JAKARTA, AmanMakmur.com —Hari ini, Senin 31 Januari 2022, adalah hari memperingati kelahiran sebuah organisasi massa (ormas) Islam yaitu Nahdlatul Ulama (NU). Dimana tujuan awal berdirinya untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta alam.
Ucapan selamat hari kelahiran NU banyak disampaikan oleh tokoh masyarakat, sampai kepada pimpinan lembaga tinggi negara. Tidak ketinggalan Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti turut serta menyampaikan selamat harlah kepada ormas Islam terbesar di Indonesia itu.
“Selamat Harlah ke-96 Nahdlatul Ulama. Semoga Allah SWT memberikan kebaikan dan berkah serta karunia kepada para Ulama dan Umara kita, untuk bersama-sama komponen bangsa yang lain mewujudkan cita-cita Proklamasi yaitu masyarakat yang Adil dan Makmur,” ucap Ketua DPD RI LaNyalla.
Sejarah Berdirinya NU
Sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) dilatarbelakanvgi oleh problem keagamaan global yang dihadapi para ulama pesantren.
Ialah ketika Dinasti Saud di Arab Saudi yang ingin membongkar makam Nabi Muhammad SAW karena menjadi tujuan ziarah seluruh Muslim di dunia yang dianggap bid’ah.
Seperti dilansir dari laman NU Online bahwa sejarah berdirinya NU berangkat dari sejarah pembentukan Komite Hijaz.
Dalam lanjutan Dinasti Saud, Raja Saud ingin menerapkan kebijakan untuk menolak praktik bermazhab di wilayah kekuasaannya. Alasannya hanya ingin menerapkan Wahabi sebagai mazhab resmi kerajaan.
Rencana kebijakan tersebut lantas dibawa ke Muktamar Dunia Islam (Muktamar ‘Alam Islami) di Mekkah.
Choirul Anam (2010) mencatat bahwa KH Abdul Wahab Chasbullah bertindak cepat ketika umat Islam yang tergabung dalam Centraal Comite Al-Islam (CCI) dibentuk tahun 1921.
Kemudian bertransformasi menjadi Centraal Comite Chilafat (CCC) dibentuk tahun 1925 akan mengirimkan delegasi ke Muktamar Dunia Islam di Makkah tahun 1926.
Sebelumnya, CCC menyelenggarakan Kongres Al-Islam keempat pada 21-27 Agustus 1925 di Yogyakarta.
Dalam forum ini, Kiai Wahab secara cepat menyampaikan pendapatnya menanggapi akan diselenggarakannya Muktamar Dunia Islam.
Usul Kiai Wahab antara lain menyatakan bahwa Delegasi CCC yang akan dikirim ke Muktamar Islam di Makkah harus mendesak Raja Ibnu Sa’ud untuk melindungi kebebasan bermazhab.
Kiai Wahab menganggap bahwa sistem bermazhab yang selama ini berjalan di tanah Hijaz harus tetap dipertahankan dan diberikan kebebasan.
Namun, diplomasi Kiai Wahab terkait Risalah yang berusaha disampaikannya kepada Raja Ibnu Sa’ud selalu berkahir dengan kekecewaan karena sikap tidak kooperatif dari para kelompok modernis tersebut.
Hal ini membuat Kiai Wahab akhirnya melakukan langkah strategis dengan membentuk panitia tersendiri yang kemudian dikenal dengan Komite Hijaz pada Januari 1926. Pembentukan Komite Hijaz yang akan dikirim ke Muktamar Dunia Islam ini telah mendapat restu KH Hasyim Asy’ari.
Maka pada 31 Januari 1926, Komite Hijaz mengundang ulama terkemuka untuk mengadakan pembicaraan mengenai utusan yang akan dikirim ke Muktamar di Mekkah.
Para ulama dipimpin KH Hasyim Asy’ari datang ke Kertopaten, Surabaya dan sepakat menunjuk KH Raden Asnawi Kudus sebagai delegasi Komite Hijaz.
Namun setelah KH Raden Asnawi terpilih, timbul pertanyaan siapa atau institusi apa yang berhak mengirim Kiai Asnawi?
Maka lahirlah Jam’iyah Nahdlatul Ulama (nama ini atas usul KH Mas Alwi bin Abdul Aziz) pada 16 Rajab 1344 H yang bertepatan dengan 31 Januari 1926 M.
Itualah sejarah singkat Harlah Nahdlatul Ulama (NU). yang diperingati pada 31 Januari 2022 ini.
(Putrie/nuonline)