
PADANG, AmanMakmur—Mendedah karya-karya yang ditulis Hamid Jabbar (penyair Indonesia asal Ranah Minang), kita diberikan nuansa karya puisi yang religius, kritik sosial yang tajam, yang tentu saja memiliki nilai estetik pada bunyi.
Penyair Hamid Jabbar memang lahir dan besar dari rahim surau di Ranah Minang. Tokoh ini patut dikenang, karyanya harus dibacakan. Generasi baru harus belajar bagaimana dunia kepenyairannya.
“Kita menghormati orang-orang yang sudah berkarya lebih dahulu. Mereka sudah memulai, kita meneruskan. Walau masih ada suara-suara, mengenang masa lalu seakan-akan menggosok-gosok kenangan semata. Itu adalah sikap yang pongah. Bagi saya, menghormati masa lalu, seperti hormat kepada seorang guru,” ujar Dr Abdullah Khusairi, MA, Jumat (19/4/2024).
Abdullah Khusairi yang merupakan Wakil Dekan III FDIK (Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi) UIN (Universitas Islam Negeri) Imam Bonjol ini rencananya akan ikut membacakan puisi karya-karya Hamid Jabbar pada acara Peringatan 20 Tahun Wafatnya Hamid Jabbar pada tanggal 29 Mei 2024 yang akan datang.
Lanjut Khusairi, karya Hamid Jabbar telah banyak dibahas dalam ruang-ruang ilmiah, sebagai penanda zaman yang sangat kuat untuk dibanggakan dan diteruskan.
“Di tengah pesta pora teknologi informasi hari ini, kita masih perlu puisi sebagai sebuah karya yang mengasah jiwa agar tidak terlelap dan hanyut karena arus informasi yang menyesatkan,” tegas mantan wartawan Harian Padang Ekspres dan Padang TV ini.

“Saya apresiasi, ada kumpulan seperti Kapas (Komunitas Pemerhati Sumbar) dan Hamas (Himpunan Media Sumbar) mau bergerak dan menggelar acara Peringatan 20 Tahun Wafatnya Hamid Jabbar. Kita butuh barisan serupa ini, karena mengharapkan pemerintah semata, sering kali tak terpikirkan oleh mereka karena sudah banyak tugas lain,” pungkasnya.
Dalam acara Peringatan 20 Tahun Wafatnya Hamid Jabbar, di samping Parade Baca Puisi karya-karya Hamid Jabbar, akan ada pula Orasi Budaya dan penyerahan penghargaan, Achievement Award kepada almarhum Hamid Jabbar atas dedikasi dan perjuangannnya di dalam berkesenian, sampai ajal menjemputnya.
Selain Khusairi, pembaca puisi lainnya yang rencananya ikut tampil; Buya H Mas’oed Abidin (HMA) yang merupakan kakak dari almarhum Hamid Jabbar, “Raja Penyair” Pinto Janir, Musfi Yendra (Ketua KI Sumbar), Rahmat Saleh (Anggota DPRD Sumbar), Ekos Albar (Wawako Padang), Dr Sheiful Yazan (Dosen UIN Imam Bonjol/Budayawan/Seniman), Dr Andria Catri Tamsin (Dosen UNP/Sastrawan), Dr Hermawan (Dosen Universitas Rokania Riau/Sastrawan), Jack Jalal (Broadcaster Senior), Eka Teresia (Guru SMKN 6 Padang/Penyair), dan Afiqa Carissa Makmur (Siswi SD DEK Padang/Penyair Cilik).
(ika)