Oleh: Ahniyus Ahmad
SIKAP negatif yang terjadi pada sebagian kecil ummat Islam akan di blow-up habis-habisan oleh media sebagai alat propaganda yang secara umum berada di bawah kendali kapitalis atau yang lebih spesifik di sebut sebagai elit global.
Fungsi media ini memang bertujuan untuk menggiring opini dan persepsi serta membentuk stigma buruk dalam rangka membunuh karakter lawan-lawan ideologi, terutama Islam sebagai sebuah ajaran keimanan.
Sementara itu, kebenaran dan ketinggian nilai yang terkandung dalam ajaran Islam akan disamarkan sedemikian rupa atau bahkan difitnah dengan hal-hal yang keji seperti issu teroris, intoleran, serta stigma buruk lainnya untuk menimbulkan kesan negatif di tengah-tengah kehidupan antar ummat beragama.
Sebaliknya kebobrokan moral yang tengah melanda peradaban masyarakat di dunia industri yang bersandar pada ideologi sekuler dengan gaya hidup bebas tanpa batas, dikemas seolah menjadi gaya hidup yang keren, sehingga bagi golongan yang menentangnya dipandang sebagai masyarakat terbelakang.
Pengkondisian dan pembentukan karakter ke arah kerusakan moral bangsa sangat diupayakan secara terstruktur, sistemik dan masif, dengan cara memaksakan ideologi politik yang harus dianut, dimana karakter politik yang dikembangkan dijauhkan dari nilai-nilai kebaikan serta tidak merujuk kepada kandungan nilai Islam yang agung.
Sinisme terhadap Islam begitu kentara dan terlihat begitu nyata dari pembiaran oleh negara terhadap gerakan-gerakan aliran sesat serta penistaan Al Qur’an dan penyimpangan ajaran Islam, bahkan serangan fisik terhadap ummat yang sedang menjalankan ibadah serta pembubaran pengajian.
Kondisi ini diperparah oleh praktik pemilihan aparatur negara dan sistem pemilihan para penyelenggara negara yang dilakukan serba transaksional.
Dari para penyelenggara negara yang terpilih melalui jalan ini, lahirlah para Wayang yang dengan rela akan menerima kebijakan titipan dari sang Dalang sebagai “the invisible hand” yang berada dibalik semua ini dan merupakan perancang dari pemiskinan warga lokal yang kekayaan sumber daya alamnya dirampas.
Elit global sengaja membuat negara bonekanya menjadi negara yang lemah secara militer karena ditopang oleh angkatan bersenjata yang secara anggaran kecil dan secara persenjataan tertinggal.
Yang diperkuat justru Polisi-nya dengan perlengkapan persenjataan yang canggih serta jumlah anggaran yang besar, padahal tupoksi polisi lebih kepada ketertiban umum warga sipil bukan menghadapi invasi pihak luar.
Bobroknya mental aparat penegak hukum, hilangnya semangat menegakkan keadilan, perilaku korup oknum pejabat, peredaran narkoba dari para kartel dan mafia, serta kemudahan mengakses situs-situs berbau porno, kekerasan, kecurangan, yang disajikan begitu mudah melalui perangkat multimedia yang sudah menjadi permainan dan kesenangan para generasi sejak usia dini.
Dan sudah menjadi realita hari ini bahwa masyarakat di negara maju akhirnya tersadar bahwa ternyata selama ini mereka telah keliru dalam memilih jalan, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk memilih Islam sebagai jalan hidup serta kembali kepada keyakinan dalam agama yang benar.
Di lain tempat bagi pemeluk Islam yang bermukim sebagai warga minoritas di negara-negara tertentu, baik minoritas secara keyakinan maupun jumlah, atau sebagai pekerja dalam mencari nafkah, seringkali mendapatkan tindakan rasis dan diskriminatif, dan tidak jarang mereka diperlakukan secara keji dan tidak manusiawi.
Bagaimana dengan masyarakat di negara-negara berkembang yang secara ekonomi lemah dan secara mayoritas sudah memeluk Islam sejak lahir serta menganut Islam sebagai agama keturunan?
Mereka inilah yang rentan terhadap pendangkalan aqidah serta menjadi sasaran empuk dari program dan gerakan pemurtadan yang bergerak secara terorganisir serta di dukung dana yang besar.
Gerakan ini telah menciptakan kondisi yang pada akhirnya menjadi potret buruk bagi wajah Islam sebagai sebuah keyakinan.
Konspirasi peradaban yang di rancang musuh-musuh Islam sangat sejalan dengan upaya iblis untuk membuat dunia lebih indah dalam pandangan manusia.
Tetaplah berpegang teguh pada tali ALLAH agar tidak tergelincir dalam kesesatan dan memperoleh keselamatan sampai tempat tujuan. *)
Penulis adalah Pengamat Sosial dan Politik