KENYANG akan hidup terang dan redup adalah perjalanan hidupnya. Ya, dialah Ir. H. AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, atau biasa disapa LaNyalla. Selain dikenal sebagai pengusaha, lelaki kelahiran Jakarta, 10 Mei 1959, namun besar di Surabaya ini juga dikenal sebagai organisatoris.
Kolektor benda pusaka Keris ini memaknai Keris sebagai falsafah hidup. Proses pembentukan keris yang terpadu dari beragam unsur. Dengan campuran batu meteorit dari langit, dan ditempa dengan pukulan dan panas api, adalah gambaran parjalanan hidup manusia menuju tujuan paripurna.
“Paling tidak, seperti itulah perjalanan hidup saya,” kenangnya menerawang.
Perjalanan hidup lelaki berdarah Bugis ini memang penuh liku. Bukan saja jalan terjal. Tapi jalan gelap pun ia daki. Perjalanan hidupnya terekam dalam buku biografinya; Hitam-Putih, karya budayawan Sam Abede Pareno. Diluncurkan 2009 silam, pada peringatan 50 tahun usianya saat itu.
Buku yang mengupas perjalanan hidup pengusaha yang pernah dipercaya memimpin organisasi Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Jawa Timur itu sengaja diberi judul; Hitam-Putih. Sebagai pemaknaan hidup seorang LaNyalla yang tegas dalam sikap. Teguh dalam prinsip dan memang tidak pernah di wilayah abu-abu.
“Saya dulu dekat dengan dunia malam. Orang memberi cap saya sebagai orang yang hidup di dunia hitam. Biar saja. Itu kan cap orang atas penglihatan kasat mata mereka. Padahal saya berdakwah di sana. Saya memberi pengaruh. Saya memberi warna. Tetapi biarlah orang menilai apa,” ungkapnya.
Tetapi Alhamdulillah, ketika LaNyalla menginjak usia 40 tahun, dia berhenti dari aktifitas dunia malam. “Setelah berhenti, saya berdakwah dengan cara yang berbeda. Sebagai pengusaha, saya berdakwah dengan harta yang dititipkan Allah kepada saya,” urainya.
Kini, LaNyalla memang dikenal sebagai pengusaha sukses, dan aktivis organisasi yang kemudian memasuki dunia politik, sebagai Ketua DPD RI masa bakti 2019-2024.
Meniti dari Bawah
Di balik kesuksesannya saat ini, LaNyalla sebelumnya harus meniti hidup yang penuh kelok. Pria yang selalu berbicara dengan gaya terbuka dan tegas ini, menapaki karir dengan penuh keringat dan pengorbanan.
LaNyalla muda pernah bekerja serabutan, mulai menjadi sopir angkot Wonokromo-Jembatan Merah Surabaya hingga sopir minibus L-300 Surabaya-Malang.
LaNyalla bahkan sempat menekuni karir sebagai ahli terapi penyakit dengan cara pengobatan alternatif. Sejumlah kalangan masyarakat, dari pedagang kali lima sampai dosen, sempat menjadi pasiennya. Namun, karena tidak mau dicap sebagai dukun, LaNyalla tidak praktik lagi.
“Hidup memang bukan seperti sebentang garis lurus di peta. Tidak ada hidup yang tanpa kelokan. Karena manusia memang selalu dihadapkan pada banyak tantangan. Di mana pun dan kapan pun,” ujar LaNyalla.
LaNyalla dilahirkan dari keluarga Bugis. Kakeknya, Haji Mattalitti, adalah saudagar Bugis-Makassar terkenal di Surabaya. Bapaknya, H. Mahmud Mattalitti, adalah dosen fakultas Hukum Universitas Airlangga. Pernah menjabat sebagai Pembantu Dekan Fakultas Hukum di kampus negeri tersebut. Namun, LaNyalla tidak pernah menggunakan nama besar keluarganya dalam hidupnya.
Menginjak dewasa, LaNyalla memilih tinggal di kompleks Makam Sunan Giri, Gresik. Di kompleks makam Wali itu, dia menghimpun banyak warga kurang mampu. Sebagian di antaranya malah sekelompok orang yang sering dicap sebagai preman oleh masyarakat. LaNyalla mengajak mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hasilnya LaNyalla memiliki ribuan pengikut yang setia hingga kini.
“Kalau Anda melihat saya seperti sekarang, itu karena tekad saya bulat. Kerja sungguh-sungguh, tetapi tetap tawakal kepada Allah,” kata pengusaha konstruksi ini.
Awal Menjadi Pengusaha
Titik awal menjadi pengusaha adalah saat LaNyalla nekat membuat pameran dagang dengan nama Kreativitas Anak Muda Indonesia (KAMI) pada tahun 1989 di Surabaya. Pameran yang disponsori PT Maspion itu ternyata membuat bangkrut LaNyalla. Karena tidak sukses. LaNyalla pun lantas terlilit hutang. Kerugian itu begitu memukul. Bahkan, pemilik perusahaan konstruksi dengan bendera PT Airlanggatama Nusantarasakti ini sempat berfikir untuk “lempar handuk” dari dunia usaha.
Tetapi mantan ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jatim ini memutuskan kembali bangkit. Dia kembali melobi PT Maspion untuk menjadi sponsor pameran berikutnya. Pameran dengan nama brand yang baru: Surabaya Expo. Pameran itu pun akhirnya bisa dihelat. Hasilnya; Sukses!
Kegiatan yang berlangsung sejak tahun 1990 itu berkibar dan menjadi agenda tahunan di Kota Surabaya hingga 2001. Dari jalan inilah LaNyalla dikenal oleh kalangan pengusaha dan pemerintahan. Sayap bisnisnya pun pelan tapi pasti dikepakkan dengan percaya diri.
“Dari kisah hidup itu, saya belajar tentang arti kerja keras dan berani menjawab tantangan. Namun sekali lagi, harus tetap rendah hati dan tawakal. Kalau saat itu saya lempar handuk, saya tidak akan seperti sekarang,” katanya.
LaNyalla mengatakan, dirinya juga memetik hikmah dari keikhlasannya menerima segala ujian. Termasuk saat bangkrut di awal karir. “Niat saya berbisnis itu tulus. Ingin membuka lapangan pekerjaan. Mengajak bekerja orang-orang yang mungkin belum mendapatkan kesempatan. Karena itu saya putuskan saya harus fight. Tidak boleh loyo. Karena usaha ini bukan hanya untuk kepentingan saya pribadi. Tapi juga amanah besar untuk kehidupan orang lain,” tuturnya.
Sebagai pengusaha, LaNyalla pernah dipercaya sebagai Ketua KADIN Jatim, dan juga mengabdikan dirinya untuk sejumlah organisasi sosial kemasyarakatan dan profesi. Dia pun pernah menjabat sebagai ketua MPW Pemuda Pancasila Jawa Timur.
Kemudian pernah pula dipercaya sebagai Ketua DPD Gabungan Pengusaha Konstruksi Nasional (Gepeknas) Jawa Timur. Juga pernah aktif di KONI Jawa Timur. LaNyalla juga terlibat di berbagai yayasan sosial-keagamaan. Bahkan ia mendirikan sendiri Yayasan LaNyalla Academia, yang aktif bergerak di wilayah sosial-keagamaan dan olahraga.
LaNyalla dan Pemuda Pancasila
Mewarnai adalah salah satu ciri LaNyalla. Itulah yang terjadi ketika sosok LaNyalla yang juga pengusaha dipercaya memimpin Pemuda Pancasila Jawa Timur. Ormas yang dulunya dikenal tempat berkumpulnya pemuda urakan dan preman, disulap oleh La Nyalla menjadi tempat berkumpulnya para pemuda Pancasilais yang berjiwa entrepreneur.
Semua ketua Pemuda Pancasila di tingkat Kota dan Kabupaten di Jatim didorong untuk mendirikan badan usaha. Apakah itu di bidang jasa, pengadaan atau lainnya. Yang berminat di bidang konstruksi, didorong untuk terlibat aktif di organisasi profesi. Termasuk mendorong anggota dan kadernya untuk bergabung di DPC Gepeknas di tingkat Kota dan Kabuapten.
Hasilnya? Pemuda Pancasila Jatim pun menjadi salah satu yang mapan dan besar di antara Pemuda Pancasila di provinsi lain di Indonesia.
Setiap musyawarah wilayah, selalu di helat di gedung besar yang dapat menampung belasan ribu peserta. Dengan dana swadaya. Seperti terlihat dalam Muswil pada bulan Maret 2017 lalu. Sedikitnya 15 ribu kader dan anggota Pemuda Pancasila menyesaki ballroom Jatim Expo di Surabaya.
LaNyalla dan KADIN Jatim
Saat memimpin KADIN Jatim, LaNyalla merasa jiwa kepemimpinannya makin terasah. Ketua Umum Asosiasi Tenaga Ahli Konstruksi (ATAKI) Jatim periode 2004-2009 itu bertekad membuat KADIN Jatim benar-benar sebagai organisasi payung para pengusaha di Jatim. Yang mengayomi dan menjawab kebutuhan dan tantangan para pengusaha di Jatim.
LaNyalla pun menggagas lahirnya Kadin Institute di Jatim. Pusat pendidikan dan pelatihan para calon pengusaha dan para pengusaha UKM/UMKM. Kadin Institute dibuat untuk mempercepat lahirnya pengusaha-pengusaha baru di Jatim.
Di benak LaNyalla, Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan baru. Karena saat ia memimpin KADIN di masa itu, jumlah pengusaha di Indonesia baru sekitar 1,7 persen dari total populasi. Bandingkan dengan Singapura yang sudah mencapai 7 persen. Malaysia 5 persen. Thailand 3 persen. Sedangkan Jepang sudah mencapai 10 persen dan Amerika Serikat di angka 12 persen.
“Indonesia masih sangat jauh tertinggal. Untuk mencapai angka 4 persen, dibutuhkan sekitar 6 juta pengusaha baru. Mudah-mudahan dari 6 juta pengusaha baru itu, di antaranya akan lahir dari Jatim,” ujar LaNyalla ketika menjabat sebagau Ketua Umum KADIN Jatim.
Alhasil, bangunan empat lantai tepat di samping Graha KADIN Jatim itu mendapat apresiasi dari KADIN Indonesia. Karena KADIN Jatim menjadi satu-satunya KADIN Provinsi di seluruh Indonesia yang memiliki lembaga pencetak wirausahawan.
Di era LaNyalla, KADIN Jatim juga sukses menggerakkan misi dagang antar provinsi. LaNyalla membawa para pengusaha skala kecil dan menengah asal Jatim untuk memasarkan produknya di seluruh Indonesia. Caranya, KADIN Jatim membuka kantor perwakilan dagang Jatim di 25 provinsi di Indonesia.
Misi dagang itu mampu meningkatkan volume perdagangan Jatim hingga Rp600 miliar per tahun. Karena itu, Juli 2017 silam, La yalla mendapatkan gelar Bapak UMKM Jatim dari asosiasi pengusaha kecil dan menengah Jatim.
LaNyalla dan Sepak Bola
Prestasi LaNyalla di dunia sepak bola juga tercatat cemerlang. Tentu bukan sebagai pemain bola. Tetapi sebagai pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan sebagai Ketua Badan Tim Nasional Sepak Bola Indonesia.
Saat dipercaya sebagai Ketua Badan Tim Nasional Sepakbola Indonesia di PSSI, sejak tahun 2013 hingga 2015, peringkat sepak bola Indonesia di dunia berhasil ia naikkan. Dari sebelumnya peringkat 172, berhasil naik ke peringkat 156 FIFA ranking.
Sebagai ketua Badan Timnas saat itu, LaNyalla tercatat berhasil mempersembahkan Tropi Juara AFF untuk Tim Nasional U-19, yang dimotori Evan Dimas dkk. Tropi yang sudah belasan tahun dirindukan publik sepak bola nasional.
LaNyalla juga berhasil membawa pulang Medali Perak Sea Games XXVII/2013 dari Myanmar melalui Timnas yang dibesut pelatih Rahmad Darmawan.
Alumni Universitas Brawijaya Malang ini juga pernah dipercaya sebagai Ketua Umum PSSI Pusat, masa bakti 2015-2016. Setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PSSI sejak 2013 hingga 2015. Dan di era LaNyalla, sejak PSSI berdiri tahun 1930, untuk pertama kalinya PSSI lulus FIFA Performance Program pada Desember 2013 dan mendapat bantuan FIFA Goal Project pada tahun 2014.
LaNyalla dan Yayasan
Tahun 1999, LaNyalla membentuk komunitas yang ia beri nama LaNyalla Academia. Yang kini kini telah berbadan hukum yayasan. Bukan tanpa alasan bila tagline yayasan tersebut ditulis: “Bersama untuk Kebaikan.” Karena kalimat tersebut ternyata penuh makna bagi seorang LaNyalla.
“Terus terang saya menemukan prinsip hidup yang saya jalani dalam kalimat tersebut. Sederhana tapi mendasar. Saya tidak ingin menjadi orang yang merugi. Itu yang ada dalam pikiran saya. Karena semua orang pada hakekatnya merugi. Kecuali orang yang beriman dan beramal sholeh atau berbuat kebaikan. Ini prinsip dasarnya,” tukasnya.
Itulah visi hidup pribadinya. Karena bagi LaNyalla, ada janji Allah SWT di Al-Quran. Yaitu orang-orang yang beriman dan beramal sholeh akan kekal di surga. “Dan Allah SWT juga mengatakan, mereka itulah pewaris bumi ini. Karena Allah SWT ridlo kepada mereka untuk mengelola bumi ini. Itu sejatinya,” katanya datar namun dengan mimik serius.
Oleh karena itu, lanjutnya, harus ditindaklanjuti dengan misi di dalam pribadi kita untuk menjalankan visi itu. Apa itu? Pastikan kita beriman. Mukmin. Beriman kepada Allah SWT, beriman kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan seterusnya. Dan itu harus diwujudkan dengan keyakinan yang kuat di hati. Dikatakan dalam lisan dan dijalani dengan perbuatan.
Lalu, kita perbanyak amal sholeh yang telah dicontohkan Rasulullah SAW. Sehingga ini menjadi perpaduan antara hablum-minallah dan hablum-minannas.
Ada banyak amal sholeh, katanya. Mulai dari yang sederhana sampai yang berat. Amal sholeh yang sederhana tetapi dicintai Rasulullah SAW adalah memasukkan kebahagiaan ke dalam dada saudaranya. Artinya bermanfaat bagi sesama. Membantu saudara kita yang kesulitan. Bahkan itu lebih dicintai Rasulullah SAW daripada sebulan penuh itikaf di masjid Nabawi.
Itulah kenapa di dalam Al-Quran ada puluhan ayat di beberapa surat, dimana Allah SWT mengulang-ulang tentang keutamaan orang-orang yang beriman dan beramal sholeh. “Itulah yang menjadi prinsip atau boleh dikatakan visi hidup saya pribadi. Dan itu tertuang dalam kalimat tagline di Yayasan LaNyalla Academia, yaitu, bersama untuk kebaikan,” ungkapnya.
Keyakinan spiritual LaNyalla setidaknya terlihat dari perilaku keagamaan pribadi LaNyalla yang tidak banyak diketahui orang. Terutama semenjak ia menginjak usia 40 tahun. LaNyalla istiqomah menjalankan puasa sunnah Daud dan salat Tahajud serta salat Dhuha. Hingga oleh sebagian orang, LaNyalla dijuluki Mr. Tahajud Call. Karena setiap dini hari ia mengirim pesan kepada kolega dan sahabatnya, untuk mendirikan salat Tahajud melalui ponselnya.
LaNyalla dan Perkara Hukum
Nama LaNyalla, saat menjabat Ketua Umum KADIN Jatim pernah dikaitkan dengan perkara hukum penyimpangan Dana Hibah KADIN Jatim dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 2012-2104. Bahkan LaNyalla ditetapkan sebagai tersangka, dan sempat ditahan selama 7 bulan oleh Kejaksaan pada Maret 2016 silam. LaNyalla pun di sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Namun, di dalam persidangan yang panjang itu, 24 saksi yang dihadirkan Jaksa, ternyata tidak satu pun yang menjelaskan bahwa LaNyalla terbukti terlibat langsung dan korupsi Dana Hibah yang diterima KADIN Jatim tersebut.
Hasilnya, majelis hakim pun memvonis La Nyalla dengan putusan bebas murni dan tidak terbukti melakukan tindak pidana seperti didakwakan oleh Jaksa. LaNyalla pun bebas pada tanggal 27 Desember 2016. Dan pada 18 Juli 2017 lalu, pengajuan Kasasi oleh Jaksa ditolak oleh Mahkamah Agung.
Jadi Ketua DPD RI
Bagi seoarang muslim, perjalanan hidup seseorang harus diyakini sudah tertulis di Lauhul Mahfudz, yaitu kitab induk milik Allah SWT tentang perjalanan semua mahluk yang ada di bumi. Termasuk nasib dan takdir.
Usai terpilih menjadi Senator mewakili daerah pemilihan Jawa Timur dengan perolehan suara 2,2 juta lebih, LaNyalla berangkat ke Senayan, di Gedung Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia. Seolah semua pintu terbuka, nama LaNyalla melambung masuk dalam bursa calon Ketua DPD RI.
Saat maju dalam membaca visi misi sebagai calon ketua di atas mimbar di depan Senator dari seluruh Indonesia, LaNyalla sempat mengatakan, “Jika saya tidak amanah dengan jabatan sebagai Ketua DPD RI, semoga Allah SWT tidak menjadikan saya terpilih sebagai Ketua DPD RI, tetapi jika saya ikhlas dan amanah, semoga Allah SWT yang menggerakkan hati Bapak Ibu untuk memilih saya sebagai Ketua DPD RI’.
Sujud syukur adalah reaksi pertama yang dilakukan LaNyalla saat mengetahui hasil akhir perhitungan suara, yang menyatakan LaNyalla terpilih melalui vote sebagai Ketua DPD RI mengungguli tiga kandidat lainnya, yakni Nono Sampono, Mahyudin dan Sultan Baktiar Najamudin.
Dini hari, 2 Oktober 2019, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti sah dilantik sebagai Ketua DPD RI oleh Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, yang saat itu dijabat M Hatta Ali, yang tak lain adalah paman kandung LaNyalla.
Siapa menyangka, LaNyalla yang sempat ditahan selama 7 bulan di rumah tahanan Kejaksaan Agung di lantai 7 di kamar nomor 7, kemudian oleh Allah SWT digariskan mendapat hadiah sebagai pejabat negara dengan mobil yang bernopol RI 7. Itulah rahasia hidup.
Sejak saat itu, LaNyalla bertekad menjadikan DPD RI benar-benar wakil daerah. Berusaha semaksimal mungkin menjawab dan memberi solusi permasalahan yang dihadapi daerah dan stakeholder di daerah.
Dalam kurun waktu hampir dua tahun, ketika tulisan ini dibuat, beberapa persoalan dan masalah yang terjadi di daerah berhasil dibantu oleh DPD RI untuk mendapat penyelesaian dari Pemerintah Pusat.
Dan, pada Agustus 2019 lalu, saat DPD RI merayakan hari jadi ke-16, LaNyalla dan para Senator di DPD RI me-launching sebuah tagline yang menjadi spirit kerja para Senator. Yaitu; “Dari Daerah Untuk Indonesia”.
LaNyalla pun bertekad menjadikan DPD benar-benar sebagai “advokat” daerah. Dengan memprioritaskan pada tiga isu penting bagi daerah. Pertama, percepatan pembangunan daerah. Kedua, peningkatan indeks kemandirian fiskal daerah, dan yang ketiga pemerataan kemakmuran masyarakat di daerah. Karena bagi LaNyalla, wajah Indonesia adalah wajah dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia. Bukan wajah Pulau Jawa saja. *)
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Kabarbisnis, Anggota Dewan Pakar PWI Jawa Timur.