PADANG, forumsumbar —Bicara mengenai peta jalan pendidikan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045, akarnya adalah apa yang dilakukan hari ini. Apa yang dipersiapkan dan dilakukan untuk menuju ke sana.
Saat ini, masih butuh kerja keras yang luar biasa agar apa yang dicita-citakan pada tahun 2045 itu dapat terwujud.
“Jadi kita harus melakukan lompatan-lompatan, dimana penyokongnya adalah pemerintah daerah dan provinsi, sementara penggeraknya adalah pemerintah pusat,” ujar Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) RI Fajar Riza Ul Haq, saat memberikan kuliah umum dengan tema; Peta Jalan Pendidikan Indonesia Menuju Indonesia Emas 2045, di Auditorium Syafii Maarif Kampus I Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UM Sumbar), Pasie Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah Padang, Jumat (13/12/2024).
Disampaikan Wamen Fajar, dalam kacamata pendidikan, ada 4 poin agar pencapaian menuju Indonesia Emas 2045 itu bisa terwujud.
Pertama, adanya akses berkeadilan terhadap pendidikan. Semua setara dalam mendapatkan akses pendidikan. Jangan sampai terjadi ketimpangan.
“Saat ini akses untuk anak sekolah menengah sulit, sehingganya banyak yang putus sekolah,” kata Wamen Fajar.
Kedua itu, mutu pendidikan yang holistik. Dimana semua pihak bisa menikmati layanan pendidikan yang bermutu.
Ada disparitas mutu pendidikan, baik antar daerah maupun antar sekolah negeri dan swasta. Kemudian aspek kuantitas lebih ke depan daripada kualitas, sehingganya kadang seorang sudah level sarjana, tetapi pola pikirnya masih ditahap sekolah menengah, bahkan bisa di bawah itu.
“Dan pendidikan itu seharusnya bukan sekadar mengejar kecerdasan intelegensia, tetapi juga kecerdasan sosial dan spiritual,” tegas Wamen Fajar.
“PR kita Kementerian itu di situ. Bagaimana meningkatkan pendidikan bermutu untuk semua. Pelajaran di sekolah membekas pada anak didik, dan bisa membentuk karakter mereka,” tukuknya.
Ketiga, adanya relevansi pendidikan dengan tujuan besar pendidikan. Yakni, mampu menempatkan diri, bagaimana membaca perkembangan zaman.
“Saat ini kita terlalu tergantung kepada pendidikan teknis, padahal ke depan semua akan dihandel oleh mesin, yakni dengan adanya AI (Artificial Intelegence),” terang Wamen Fajar.
Untuk itu yang diperlukan bagaimana bisa berpikir lebih analitis dalam melihat persoalan yang rumit. Dimana penting adanya kemampuan untuk beradaptasi, dan perlunya memperkuat softskill.
Jangan sampai disandera, atau menjadi budak teknologi. Kediktatoran digital itu harus dilawan. Yang tidak dipunyai AI itu adalah hati nurani. Makanya diarahkan pendidikan itu mempertajam rasa. Dan peta jalan pendidikan itu bagaimana memperkuat jati diri dengan mengasah hati nurani.
“Tugas kita di Kementerian Dikdasmen ya menyiapkan regulasi bagaimana membentuk generasi yang adaptik,” tukas Wamen Fajar.
Terakhir, keempat, perlunya partisipasi dan akuntabilitas. Dimana lembaga pendidikan harus bisa membuka diri dengan melibatkan peran serta masyarakat.
“Akuntabilitas lembaga pendidikan diperlukan, karena menyangkut kepercayaan, baik oleh orangtua maupun masyarakat,” pungkasnya.
Sebelum kuliah umum, di tempat yang sama, Wamen Fajar ikut menyaksikan pengukuhan pengurus Kwarwil Hizbul Wathan (HW) Sumbar, dengan ketuanya Muhayatul, oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumbar Bakhtiar.
Hadir pada kesempatan tersebut, Gubernur Sumbar Mahyeldi, Ketua DPRD Sumbar Muhidi, Ketua PW Aisyiyah Sumbar Syuriani, Rektor UM Sumbar Riki Saputra, Kadinas Pendidikan Sumbar Barlius, Pj Walikota Padang Andre Algamar, dan pimpinan ortom di lingkungan PWM Sumbar, serta ratusan mahasiswa.
(Ika)