JAWA BARAT, AmanMakmur —-Di Sumbar, termasuk di Tanah Datar, masih kurangnya pemahaman masyarakat dan simpang siurnya informasi yang beredar terkait vaksin yang lebih banyak negatif ketimbang yang positifnya.
Pertarungan informasi terkait vaksin masih saja terjadi, dimana saat ini di Sumbar masih banyak kelompok masyarakat yang anti vaksin dengan berbagai dalih, seperti produk non muslim, dan ditambah lagi filosofi Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK), sementara vaksin tersebut diproduksi Biofarma.
Hal itu dikatakan Pjs Bupati Tanah Datar Arry Yuswandi ketika melakukan kunjungan kerja ke PT Biofarma Jl Pasteur No 28 Kecamatan Sukajadi Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu 16 Oktober 2024 lalu.
Arry Yuswandi menyebut terkait program imunisasi wajib tantangan Dinkes cukup berat karena Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Tanah Datar masih 35 persen di triwulan IV dan itu sudah jor-joran sementara waktu tinggal dua bulan dan vaksin dari BCG ngak mungkin langsung ke vaksin campak.
“Mudah-mudahan dengan adanya kunjungan kerja ini ke biofarma akan dapat informasi yang dapat diluruskan kepada masyarakat, MUI sebenarnya juga diikutsertakan namun karena sesuatu lain hal ngak bisa ikut,”ujar Arry, melalui keterangan persnya, Jumat (18/10/2024).
Dijelaskan Arry juga bahwa biofarma merupakan perusahaan vaksin terbesar di Asia Tenggara, dan informasi ini juga perlu disampaikan kepada masyarakat bahwa Indonesia pun sudah bisa memproduksi vaksin dan juga sudah diekspor malah.
Kemudian Taufik Wilmansyah, selaku Kepala Divisi Manajemen Produksi dan Distribusi Biofarma menyampaikan jika Biofarma merupakan pabrik vaksin yang sudah cukup tua berdiri semenjak 6 Agustus 1890 di Rumah Sakit Militer Weltevreden Batavia yang saat ini berubah fungsi menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta.
“Kita memproduksi vaksin tidak hanya nasional namun juga men-suport global dan sudah mengekspor ke lebih dari 150 negara didunia terutama produk vaksin polio dan terakhir telah me-launching vaksin novel oral polio dan merupakan yang pertama kali di dunia,” ucapnya.
Taufik juga menyebut dalam waktu dekat WHO juga akan melakukan inspeksi ke Biofarma, hal ini juga dikarenakan Biofarma telah mengekspor vaksin produk dalam negeri ke berbagai negara di belahan dunia.
Pada kesempatan yang sama Kepala Dinas Kesehatan Tanah Datar dr Yesrita Zedrianis mengatakan, permasalahan terkait vaksin di Tanah Datar masih banyak yang ragu mengingat halal atau tidak sehingga berpengaruh terhadap program imunisasi.
“Di Kabupaten Tanah Datar saat ini masih belum tercapainya target IDL dan Universal Child Immunization (UCI) dan juga masih lemahnya strategi untuk pencapaian program imunisasi,” ucapnya.
Dari perbandingan cakupan imunisasi Kota Bandung dan Kabupaten Tanah Datar disampaikannya IDL Kota Bandung sebesar 91,5 % Tanah Datar baru 20,6%, PIN Polio Kota Bandung 99% Tanah Datar 78%.
Hal yang mempengaruhi, sebut Yesrita, yaitu rendahnya capaian program imunisasi di Tanah Datar berbanding lurus dengan temuan kasus PD3I dalam 2 (dua) bulan terakhir yaitu kasus Campak Rubella dan AFP.
Mengingat dari itu sampai Yesrita perlunya melaksanakan kunjungan kerja ke Biofarma dan kaji tiru ke Dinas Kesehatan Kota Bandung bersama OPD terkait, sehingga capaian program imunisasi bisa lebih ditingkatkan.
(Rel/Prokopim)