JAWA TIMUR, AmanMakmur— Keislaman dan Kemuhammadiyah adalah dua kalimat sederhana, namun penting. Hal itu ditekankan langsung oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir, MSi dalam sebuah acara pengajian bagi dosen dan karyawan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (3/7/2024) malam.
“Mengucapkannya itu mudah, tapi mengimplementasikannya itu tidak sederhana. Maka, perlu perhatian lebih dari kita semua,” tegasnya.
Lebih lanjut, Haedar sapaan akrabnya juga menegaskan bahwa saat ini situasi sosial sangat berubah secara masif. Hal itu menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan pengamalan dan penghayatan dalam berislam.
Banyak masyarakat mengalami kondisi berislam yang gampang-gampang susah. Maka, dalam kesempatan itu, ia memberikan contoh berislam yang mudah yakni dimulai dari lingkup keluarga.
“Keislaman perlu reaktualisasi yang baik dan itu bisa dimulai dari keluarga. Apalagi melihat dimensi kehidupan masyarakat menjadi sangat kompleks. Keluarga itu bagai kanopi yang mampu menaungi panasnya terik matahari,” imbuhnya
Kanopi yang Haedar maksud ialah sebagai tempat berteduh, keluarga sebagai rumah untuk beristirahat dan tempat merefleksikan hati serta tenaga.
Ia mengingatkan bahwa akan sangat berbahaya jika keluarga tidak memiliki ‘kanopi’. Apalagi keluarga yang memiliki produktivitas di luar rumah yang tinggi. Maka, penting bagi suami dan Istri untuk menciptakan suasana sakinah mawaddah warahmah.
“Sekarang muncul banyak konsep yang berkaitan dengan urusan rumah tangga. Mulai dari emansipasi, perdebatan terkait dengan hak, dan lain sebagainya. Sebetulnya itu baik dan boleh saja, namun jangan sampai narasi itu terlalu menggerogoti alam bawah sadar dan akhirnya malah melupakan kewajiban masing-masing. Terlebih lagi konsep dasar dari semua itu lahir dari konsep neo-marxisme yang kurang kita pahami bersama,” jelasnya.
Dia mengingatkan bahwa agama Islam itu sangatlah seimbang. Misalnya saja ada habluminallah dan habluminannas (hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia) atau juga konsep ikhtiar dan tawakkal (berusaha dan pasrah). Ini menjadi dimensi kosmopolit yang harus kita pahami bersama.
“Selain berurusan dengan pencipta, kita juga berhubungan dengan manusia. Apalagi soal perintah ikhtiar dan tawakkal. Satu sisi kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh, tapi kita juga diminta untuk pasrah. Inilah maksud dari agama itu seimbang, jadi tidak perlu ragu untuk mengambil konsep dan nilai dari agama Islam,” pesannya.
Sementara itu, Rektor UMM Prof Dr Nazzarudin Malik, MSi menyampaikan bahwa Kampus Putih sebagai salah satu Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) juga memiliki peran dakwah. Selama ini, UMM melakukan konsolidasi organisasi, infrastruktur, hingga sumber daya manusia agar lebih siap dalam menghadapi perubahan dalam dunia pendidikan tinggi.
Tidak hanya sekadar kompetisi saja, namun juga mampu menciptakan perbedaan yang kontras. Terlebih lagi UMM berada di naungan Persyarikatan Muhammadiyah.
“Lewat UMM ini, semoga kita dapat memberikan berkah yang lebih baik kepada lingkungan sekitar. Semangat moderasi dan wasathiah yang kita pegang teguh sebagai warga muhammadiyah harus terus dapat termanifestasikan dengan baik dalam segala bentuk. Baik dalam konteks dakwah bil lisan (dengan ucapan) maupun bil hal (dengan perbuatan),” pesannya.
(Tan/Diko)
Sumbar: suaramuhammadiyah.id