Oleh: Elfi Dt Tumangguang Sati /
Kepala Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan PDI-P Sumbar
MOMEN bertemu keluarga dan kampung halaman, terutama saat sedang merantau, menjadi obat terbaik, melepas rasa rindu.
Inilah pemandangan satu, dua minggu ke depan yang bisa kita lihat di hampir seluruh pelosok Sumatera Barat. Ketika ribuan perantau pulang basamo tumplek, baik atas nama pribadi, kaum, maupun ikatan kekeluargaan di rantau. Mereka pun kumpul di kampung halaman.
Perantau asal Minangkabau yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, sejak tiga tahun terakhir agak terkendala untuk pulang mudik. Ada masalah Covid-19 dan era pendemi yang menarung.
Maka tahun ini, tercatat sebagai puncak perantau pulang basamo, pasca pendemi dengan memanfaatkan suasana lebaran Idhul Fitri 1444 Hijriah. Perantau sejak sepuluh hari hingga minus satu hari menjelang lebaran sudah mengalir pulang mudik.
Mereka, pulang kampung dengan memanfaatkan banyak jasa transportasi, mulai dari pesawat, bus umum, kendaraan pribadi, sampai dengan fasiltas bus yang disediakan Ikatan Keluarga Minang (IKM) Jakarta.
Apa aktivitas perantau di kampung halaman? Di satu sisi, melepas taragak dengan dunsanak, ketemu teman sebaya, mereka pun bersilaturahmi.
Selanjutnya, adalah menikmati kemajuan kampung halaman, secara fisik jalan-jalan yang dulunya berbentuk jalan setapak atau jalan aspal seadanya, kini telah berubah menjadi jalan hotmix (aspal beton). Begitu juga bangunan sekolah, telah berubah menjadi mentereng, sarana irigasi, tempat bermain dulunya, misalnya juga sudah berubah permanen.
Perantau dari beragam profesi ini, mestinya dimaksimalkan oleh Pemerintah Daerah. Jangan dibiarkan perantau tanpa agenda selama di kampung halaman.
Pemerintah Daerah yang cerdik, biasanya mengajak perantau untuk bersilaturahmi. Saatnya, Gubernur, Bupati atau Walikota mendiskusikan kemajuan yang telah diraih daerah, berbagai prestasi daerah, dan yang tak kalah pentingnya mengajak perantau untuk berpartisipasi dalam bentuk investasi.
Biasanya, dengan kemudahan aturan yang disiapkan Pemda akan memancing partisipasi, perantau untuk investasi. Baik dalam investasi fisik, bangunan maupun jasa, seperti lembaga pendidikan.
Dengan memaksimalkan kehadiran perantau, maka informasi yang baik tentang kampung halaman akan menjadi opini positif di rantau, dan ini sangat penting untuk dukungan masa depan daerah.
Sebab, perantau, walaupun tidak dikampung, namun dukungan terhadap daerah sangat diperlukan. Misalnya, ketika daerah perlu tanah untuk pembangunan, sementara pemiliknya ada di rantau. Diperlukan komunikasi dengan pemiliknya. Karena hubungan rantau dan ranah sudah terjalin, maka akan ada kemudahan.
Akhirnya, kita melihat, bahwa kehadiran perantau, walau hanya beberapa hari di kampung, tidak hanya dicermati sebagai wisatawan lokal, yang hadir untuk berbagi THR untuk dunsanak, atau berbelanja kuliner, yang lebih penting, membawa udara segar, pertanda mereka di rantau cukup sukses. “Marantau bujang dahulu, di rumah paguno balun …” *)