Oleh: Annisa Azzahra
SETIAP wilayah atau daerah memiliki histori terhadap nama daerahnya, begitu juga dengan Nagari Silungkang. Bahkan Silungkang memiliki keistimewaan terhadap gelar bagi anak laki-lakinya. Keistimewaan tersebut terpakai hingga ke anak cucu sampai sekarang ini.
Gelar di dalam KBBI yaitu sebutan kehormatan, kebangsawaan ataupun kesarjanaan yang biasanya ditambahkan pada nama orang. Contohnya penambahan sutan, raden, tengku, dokter, serjana pertanian, serjana ekonomi dan lainnya pada bagian depan ataupun belakang nama orang tersebut.
Di setiap daerah pemberian atau pengangkatan gelar ini berbeda-beda. Dalam asal usul nama Silungkang ini berasal dari mulut ke mulut secara lisan. Di Nagari Silungkang terdapat kisah dari pendapatan gelar datuk yang berhubungan dengan adu kerbau yaitu, pada zaman dahulu Silungkang bernama “TALANG TULUIH BATU BADAGUA“.
Kapan berubah menjadi Silungkang tidak diketahui, sebab sebab perubahan nama sehingga menjadi SILUNGKANG ada beberapa versi yang berkembang di masyarakat antara lain:
Versi pertama : Silungkang berasal dari nama Lurah (anak sungai) yang ada di Silungkang, yaitu lurah Lungkang di Surau Bingkuang.
Versi Kedua : Silungkang berasal dari kata Lungkang yang berarti air yang tergenang, karena Silungkang terletak di sebuah lembah yang diapit oleh perbukitan.
Versi ketiga : Berkaitan dengan peristiwa adu kerbau yang sudah melegenda di seluruh Minangkabau. Peristiwa ini kemungkinan terjadi pada masa Kerajaan Bukit Batu Patah, yang berlokasi di daerah Padang Panjang.
Pada zaman itu Kerajaan Pagaruyung belum ada. Singkat cerita, pada waktu itu datang ancaman atau ultimatum dari sebuah kerajaan di pulau Jawa agar Kerajaan Bukit Batu Patah takluk dan menjadi jajahan kerajaan dari Jawa tersebut, dan membayar upeti setiap tahun. Kalau tidak, Kerajaan Bukit Batu Patah akan diserang oleh kerajaan dari Jawa tersebut.
Ketika itu yang menjadi penasehat kerajaan adalah seorang yang bernama Lungkang, dan berasal dari Nagori Talang Tuluih yang sudah terkenal akan kecerdikannya.
Segera raja dan para menteri serta penasehat kerajaan berunding untuk mengatasi hal ancaman tersebut. Penasehat kerajaan yang bernama Lungkang ini mengusulkan agar di adakan adu kerbau, karena kalau dilawan dengan cara peperangan hampir bisa dipastikan bahwa Kerajaan Bukit Batu Patah akan kalah karena kerajaan dari Jawa tersebut kerajaan yang besar, dan selain itu tentu akan jatuh korban yang banyak.
Dalam adu kerbau ini diajukan persyaratan apabila kerbau dari Kerajaan Bukit Batu Patah yang kalah maka kerajaan dari Jawa berhak menjajah dan Kerajaan Bukit Batu Patah akan takluk tanpa perlawanan.
Akan tetapi jika kerbau dari Kerajaan Bukit Batu Patah yang menang, maka kerajaan dari Jawa tersebut tidak berhak menjajah Kerajaan Bukit Batu Patah sampai kapan pun. Adapun persyaratan tersebut disetujui oleh kerajaan dari pulau Jawa tersebut.
Singkat cerita tibalah hari diadakannya adu kerbau ini, kerajaan dari Jawa membawa seekor kerbau yang sangat besar, sedangkan Kerajaan Bukit Batu Patah mempersiapkan seekor kerbau kecil yang masih menyusu dan dipisahkan dengan induknya selama tiga hari, kemudian di mulut anak kerbau tersebut diikatkan sebuah pisau yang berbentuk kerucut yang sangat tajam.
Setelah kedua kerbau dilepaskan, kerbau kecil tadi mengira kerbau besar tersebut adalah induknya, kemudian kerbau kecil tersebut berlari mengejar untuk menyusu. Tentu saja perut kerbau besar robek ususnya terburai lalu kemudian mati.
Dengan demikian, Kerajaan Bukit Batu Patah tetap berkuasa dan utusan kerajaan dari Jawa pulang dengan membawa kekalahan.
Dengan kemenangan adu kerbau tersebut, nama Si Lungkang menjadi terkenal dan jadi pembicaraan dimana-mana, sampai ke pelosok-pelosok negeri yang dibicarakan orang hanya tentang adu kerbau dan usul dari si Lungkang Sang Penasehat Raja.
Karena usul adu kerbau ini datangnya dari Si Lungkang, raja menanyakan ingin hadiah apa sebagai penghargaan atas jasanya sehingga memperoleh kemenangan.
Pada saat Raja menanyakan tentang hadiah tersebut, Raja memperkirakan tentu Si Lungkang akan meminta emas atau pun perak. Akan tetapi jawaban Si Lungkang di luar perkiraan raja tersebut. Si Lungkang menjawab bahwa dia ingin hadiah yang tidak bisa habis sampai kapan pun.
Lama raja terdiam mendengar permintaan dari Si Lungkang ini, kemudian raja berkata; “Kalau begitu di Nagori Talang Tuluih dimana Si Lungkang berasal berhak memakai gelar datuk untuk semua laki-laki mau yang besar atau pun yang kecil”.
Dalam hal ini, pengertian dari kata datuk tersebut adalah abang sebagai panggilan dari yang kecil kepada yang lebih tua. Dimana di daerah lain di Minagkabau yang berhak memakai gelar DATUK ini adalah seorang Penghulu Adat yang mana mengepalai sebuah suku dan untuk peresmiannya harus dengan pesta Batogak Pangulu dengan memotong seekor kerbau.
Sampai sekarang ini satu-satunya nagari di Minangkabau yang semua penduduk laki-lakinya di panggil Datuk, yang berarti abang hanya di Silungkang.
Lalu kita beralih ke Si Lungkang tadi, dia menjadi buah bibir masyarakat banyak. Saat itu dimana-mana pembicaraan penduduk hanya tentang adu kerbau dan Si Lungkang. Lama kelamaan nama Talang Tuluih Batu Badagua hilang, kalah populer dengan nama Si Lungkang. Dan semenjak adu kerbau tersebut nama Nagori Talang Tuluih berubah menjadi SILUNGKANG.
Lalu wilayah Kerajaan Bukit Batu Patah tersebut dari kata MENANG KABAU, lama kelamaan menjadi sebutan MINANGKABAU yang tetap lestari sampai saat ini.*)
Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas