JAKARTA, AmanMakmur.com —Generasi milenial bagian dari anak muda yang memiliki potensi luar biasa dan sangat diperlukan pada masa ini. Berdasarkan Susenas 2020, sekitar 64,50 juta jiwa penduduk Indonesia berada dalam kelompok umur pemuda. Populasinya hampir seperempat dari total penduduk, yakni 23,86 persen.
Bila diberdayakan secara optimal, maka bisa meningkatkan daya saing dan daya tawar tinggi bagi bangsa kita. Kini saja, banyak dari mereka telah menempati posisi strategis di perusahaan maupun pemerintahan, seperti menjadi CEO, pejabat negara dan memimpin pemerintahan.
Secara umum mereka adalah generasi yang tidak mengalami kondisi sulit, namun peka terhadap perubahan. Apalagi yang berkaitan dengan teknologi atau gadget. Hal ini membuatnya beda dengan Generasi X dan Baby Boomers yang melewati zaman perang.
Dua karakteristik yang cukup menonjol dari mereka adalah saling terhubung dan seolah tak bisa dibatasi. Keberadaan internet, wi-fi, laptop dan smartphone memungkinkan mereka saling terhubung dan memiliki perspektif global.
Hal tersebut diungkapkan salah seorang tokoh muda nasional asal Sumbar yang kini menjabat Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Yuliandre Darwis, Rabu (27/10), terkait Hari Sumpah Pemuda ke-93 yang diperingati har ini, Kamis (28/10), seperti dikutip dari Harian Padang Ekspres.
“Keberadaan mereka juga sangat berpengaruh dalam perubahan produk, inovasi dan teknologi dunia. Bahkan, produk teknologi yang muncul akan banyak mengikuti perilaku dan gaya hidup milenial,” ungkap Wakil Ketua KNPI Sumbar Bidang Luar Negeri periode 2011-2014 yang biasa disapa Andre ini.
Ketua KPI Pusat periode 2016-2019 ini, juga menyampaikan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan bahwa saat ini Indonesia didominasi generasi milenial, yakni generasi yang lahir antara tahun 1980 sampai tahun 2000.
Sementara BKKBN menyebutkan bahwa Indonesia akan memasuki bonus demografi “Indonesia Emas” pada tahun 2045. Hal ini ditandai struktur penduduk didominasi oleh kalangan usia produktif, di antaranya milenial dan generasi Z.
“Saat jumlah generasi usia produktif jauh lebih banyak jumlahnya. Indonesia menjadi negara yang memiliki daya saing dan daya tawar tinggi,” ungkap Andre yang meraih gelar doktor Mass Communication and Media Studies Universitas Teknologi Mara, Malaysia pada usia 30 tahun.
Sebagai ujung tombak pembangunan bangsa, kata Andre, peran pemuda sangat penting. Bukan hanya dalam menciptakan inovasi dan kreativitas bidang teknologi, namun juga hiburan, pendidikan, bisnis dan politik.
Di bidang politik dan pemerintahan, Andre mencontohkan terobosan Presiden Joko Widodo yang mengangkat banyak staf khusus yang membantunya dalam pemerintahan periode 2019-2024. Staf khusus itu adalah anak muda atau kalangan milenial.
“Anak muda kreatif yang dapat memanfaatkan teknologi digital dengan baik. Bahkan, beberapa dari staf khusus itu memiliki startup bidang digital,” ujar Yuliandre yang pernah menjadi Presiden Mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Ketua Umum Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) periode 2013–2017.
Di bidang Pendidikan, Presiden Komisi Penyiaran Sedunia (IBRAF) periode 2017-2018 ini menyebutkan, bahwa Indonesia memiliki anak muda yang yang berhasil memanfaatkan kemajuan era digital dengan baik, di antaranya aplikasi Ruang Guru.
Seperti disampaikan Charles Darwin, kata Andre, di era digital ini bukan yang terkuat yang bertahan, namun yang lebih bisa beradaptasi dengan keadaan.
“Tentu saja, harus bisa dan berani memanfaatkan peluang sesuai kondisi yang ada, kreatif dan inovatif,” kata Andre yang meraih Unand Award sebagai Dosen Entrepreneur tahun 2011, masuk daftar 40 Inspiring Young Entrepreneurs HIPMI tahun 2012 dan Indonesia Marketeers Champion” Markplus, Inc tahun 2013.
Dari perspektif kepemimpinan, Andre melihat para pemuda banyak yang berpotensi jadi calon pemimpin masa depan di sektor publik. Anak muda yang mampu merumuskan kebijakan penting dan relevan dengan kebutuhan nasional dan daerah tanpa meninggalkan kultur keindonesiaan.
“Buktinya, sekarang di Sumbar saja sudah banyak generasi muda jadi pemimpin publik, seperti Wakil Gubernur Audy Joinaldy, Walikota Padangpanjang Fadly Amran, Bupati Dharmasraya yang juga Ketua Umum APKASI Sutan Riska, Bupati Sijunjung Benny Dwifa Yuswir. Belum lagi yang mewakili rakyat Sumbar di Senayan, ada Athari Gauthi Ardi, Andre Rosiade, Rezka Oktoberia, Ade Rezki Pratama. Kemudian di Istana, ada Faldo Maldini yang kini jadi Staf Khusus Mensesneg,” jelas Andre.
Terpenting lagi, kata Andre, kepemimpinan ke depan mesti menerapkan pola kolaborasi dan inklusif. “Harus percaya diri bahwa kita bisa, ikhlas, mau mendengar, tidak sombong, mudah berbaur dengan semua kalangan dan melayani. Kemudian, berpikir optimistis menghadapi persaingan yang kompetitif dan tidak mudah patah semangat jika di-bully atau cimeeh,” tukas Wakil Kepala Bidang Riset, Data, Regulasi, Advokasi dan Hubungan Kelembagaan Badan Pengembangan Ekosistem Perfilman dan Animasi KADIN Indoneia ini.
Peluang Bisnis Anak Muda
Andre yang pernah menjadi Ketua Lembaga Negara termuda di Indonesia ini, juga menyampaikan berbagai peluang berusaha dan bekerja di era digital bagi para anak-anak muda.
“Salah satu dari semakin pesatnya perkembangan ekonomi digital yang memungkinkan munculnya model bisnis baru,” kata Dewan Pembina Sahabat Pekerja Indonesia (SPI) dan Ketua Kompartemen Informasi dan Komunikasi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ini.
Beberapa sektor industri yang memiliki potensi untuk berkembang seiring perkembangan ekonomi digital, yakni finansial, kebudayaan, pariwisata dan ekonomi kreatif sektor pertanian dan agrologistik.
Misalnya di sektor finansial. Saat ini yang sedang marak berkembang adalah penggunaan financial technology (fintech). Penduduk dunia mulai beralih cashless, tidak perlu lagi takut ketinggalan dompet.
Menurut Fintech News Singapore Riset 2020, Indonesia saat ini memiliki 322 perusahaan fintech yang terdaftar.
“Ini salah satu bukti yang menunjukkan perkembangan sektor finansial di era ekonomi digital ini. Tidak hanya sistem pembayaran, aplikasi-aplikasi digital yang berkaitan sistem pembiayaan pun banyak dikembangkan dan digunakan oleh masyarakat. Jadi, anak-anak muda bisa memanfaatkan peluang ini,” kata Andre yang pernah menjabat Staf Ahli Ketua DPD RI.
Perkembangan yang terjadi pada industri fintech di Indonesia, lanjut Andre, tidak hanya memberikan dampak pada industri di sektor keuangan, melainkan juga solusi struktural untuk pertumbuhan industri perdagangan berbasis elektronik (e-commerce), pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UKM), serta lahirnya entrepreneur baru di Indonesia. Misalnya saja, banyak UKM yang sudah memanfaatkan penggunakan QR code atau QRIS sebagai metode pembayaran.
“Saat ini, banyak juga anak muda Minang yang menjadi lead startup Indonesia. Ada Iman Usman sebagai co-founder Ruang Guru, Al Fatih Timur sebagai CEO kita bisa.com, Feri Unardi Co-Founder Traveloka dan Miftah Sabri sebagai Presiden idn.usa Innovation. Sekarang start-up menjadi salah satu medan perjuangan anak-anak muda,” jelas suami dari Rolinda Rahman ini.
Sebagai komisioner KPI Pusat yang aktif menjadi pembicara di Badan Aksesibilitas dan Informasi (BAKTI) Kemenkominfo, Yuliandre juga mengingatkan pentingnya literasi digital bagi para anak muda.
Literasi diperlukan agar memiliki kemampuan dalam menulis, membaca, menganalisis dan menggunakan media digital jadi meningkat. Apalagi, diketahui banyak konten bermuatan kekerasan, SARA, pornografi, pornoaksi, perjudian, adu-domba serta informasi hoaks di ranah digital.
“Jika sudah memiliki kemampuan membaca dan menganalisis, maka generasi milenial kita tidak akan terjebak pada konten-konten negatif seperti itu. Mereka akan mencari referensi atau sumber-sumber yang valid atau terpercaya,” jelas Dewan Pakar Ikatan Alumni Universitas Padjadjaran (IKA Unpad 2020-2024 yang pernah masuk bursa Menkominfo ini.
(Rel/esg)