PADANG, AmanMakmur —–Gebu Minang (Gerakan Ekonomi dan Budaya Minang) siap mendukung kegiatan berkesenian dan berkebudayaan di Sumbar, atau Ranah Minang.
Sesuai dengan namanya, pergerakan Gebu Minang itu konsentrasinya di bidang ekonomi dan budaya Minang. Yakni, bagaimana mengangkat ekonomi, dan juga melestarikan budaya Minang yang selama ini hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat.
Gerakan ini ditunjukkan secara konkret oleh DPW (Dewan Pengurus Wilayah) Gebu Minang Sumbar, yang diketuai Fadly Amran Dt Paduko Malano, yang siap mendukung acara berkesenian dan berkebudayan yang diadakan oleh Hamas (Himpunan Media Sumbar), yakni “75 Tahun Prof Harris Effendi Thahar”, seorang sastrawan, wartawan dan akademisi Indonesia asal Ranah Minang.
“Kita siap mendukung acara berkesenian dan berkebudayaan yang diangkatkan oleh Hamas, yakni acara “75 Tahun Prof Harris Effendi Thahar”, sebagai komitmen dalam pergerakan budaya Gebu Minang,” ujar Fadly Amran, seperti disampaikan Isa Kurniawan, selaku pelaksana acara dari Hamas, Sabtu (14/12/2024).
Menurut Isa Kurniawan, acara “75 Tahun Prof Harris Effendi Thahar” tersebut akan digelar pada hari Sabtu 4 Januari 2025 bertempat di Auditorium Istana Gubernuran Sumbar, dan berisikan; Orasi Budaya oleh Prof Harris Effendi Thahar, kemudian Testimony Speech, Life Achievement Award, Bedah Cerpen, dan tak ketinggalan Parade Baca Puisi oleh para penyair kawakan, akademisi, mahasiswa dan siswa.
“Kita sudah minta, saat acara, Ketua DPW Gebu Minang Sumbar Pak Fadly Amran dapat memberikan sambutan, dan mudah-mudahan sekaligus bisa ikut serta baca puisi,” tukas Isa.
Diungkapkan Isa, kerjasama dengan DPW Gebu Minang Sumbar bukan kali ini saja, pada acara “Mengenang Sang Legenda Chairul Harun” di bulan Agustus 2024 lalu, sudah bekerjasama pula.
Bahkan, lanjut Isa lagi, Ketua DPW Gebu Minang Sumbar Fadly Amran ikut baca puisi saat itu, dengan judul “Padang Kotaku” karya penyair legendaris Rusli Marzuki Saria “Papa”.
Penampilan Fadly Amran, Walikota Padang Terpilih di Pilkada Serentak 2024 lalu, mendapat pujian dari kalangan seniman, wartawan, dan hadirin yang hadir saat acara tersebut dilaksanakan di Hotel Daima Padang Jl Sudirman.
Isa berharap agar kerjasama Hamas dengan DPW Gebu Minang Sumbar bisa terus berlanjut di dalam pergerakan berkesenian dan berkebudayaan di Sumbar, atau Ranah Minang.
Mudah-mudahan, kata Isa lagi, dengan dilantiknya nanti Fadly Amran sebagai Walikota Padang Periode 2025-2030, kegiatan berkesenian dan berkebudayan di Kota Padang akan semakin hidup dan menggeliat.
“Kita sudah usulkan ke Pak Walikota Fadly, agar di Gedung Youth Center Bagindo Aziz Chan nanti bisa digelar acara-acara berkesenian dan berkebudayaan yang melibatkan seniman-seniman secara intens,” pungkas Isa.
Sekilas Prof Harris Effendi Thahar
Prof Dr Harris Effendi Thahar, MPd (lahir 4 Januari 1950) merupakan seorang Sastrawan, Wartawan dan Akademisi, yang juga guru besar Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Padang (UNP), yang banyak menulis cerita pendek (cerpen) dan sajak. Namanya tercatat sebagai salah satu penyair angkatan 1970-an di Sumatera Barat.
Harris, anak ketujuh dari sebelas bersaudara, lahir dari pasangan Thahar Umar dan Nurijah Rasyad asal Minangkabau. Kedua orang tuanya gemar membaca, yang kemudian memberikan pengaruh terhadap pembentukan dirinya.
Setelah lulus STM jurusan Bangunan Air di Padang, Harris melanjutkan pendidikannya di IKIP Padang dengan mengambil jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur. Tahun 1986, ia memperoleh gelar sarjana muda.
Harris meneruskan pendidikannya di universitas yang sama hingga memperoleh gelar sarjana (1994) dan master (2000). Tahun 2006, ia meraih titel doktor dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Dan empat tahun kemudian ia dikukuhkan sebagai guru besar UNP, dalam bidang Pendidikan Sastra Indonesia.
Kemudian, Harris memulai kariernya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan IKIP Padang. Bersamaan dengan itu ia bekerja sambilan sebagai wartawan di surat kabar terbitan Padang.
Di IKIP Padang, ia menjadi dosen di Fakultas Bahasa, Sastra, dan Seni. Tahun 1995, ia sempat mengajar Sastra Indonesia di Universitas Tasmania, Hobart, Australia.
Selain mengajar dan menjadi wartawan, ia juga aktif menulis. Menulis dijadikannya sebagai sarana untuk mengungkapkan kegelisahan-kegelisahannya.
Sebagai seorang penulis, Harris ikut terlibat dalam kelompok diskusi “Kerikil Tajam” bersama para penulis lainnya seperti Hamid Jabbar dan Darman Moenir.
Cerpen-cerpennya banyak menyoroti budaya dan masyarakat Minang, antara lain “Si Padang” yang menggambarkan perilaku para tokoh panutan di rantau yang justru tidak pantas untuk diteladani.
Cerpen ini dimuat di harian Kompas pada tanggal 14 September 1986, dan sempat menghebohkan orang Minang perantauan. Cerpen lainnya “Arwana” juga menyodorkan sisi lain orang Minang yang berlatar militer.
Cerpen-cerpennya juga sering muncul di majalah Horison, antara lain “Lurus” di edisi Mei 1981, “Pemilihan Umum” di edisi Juni 1981, “Berburu di Belantara Jakarta” di edisi Mei 1983, dan “Diam” di edisi Desember 1988.
Selain cerpen, puisinya juga pernah muncul di majalah tersebut, di antaranya “Mengapa Aku Diam” dan “Bukit Cina. Keduanya di edisi Januari 1975.
Karya-karyanya kemudian diterbitkan dalam bentuk buku kumpulan sajak “Lagu Sederhana Merdeka” (1979) dan dua buku kumpulan cerpen “Si Padang” (2003) serta “Anjing Bagus” (2005). Selain itu ia juga menulis buku yang berjudul “Kiat Menulis Cerpen” (1999).
Ia menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Sumatera Barat (DKSB) periode 2007-2010.
Pada 2020 terbit dua buku terbarunya, “Kopi Rasa Bahagia” (kumpulan kolom, diterbitkan Kabarita), dan “Rumah Ibu” (kumpulan cerpen, diterbitkan Penerbit Buku Kompas).
Adapun karya-karya Harris Effendi Thahar di antaranya sebagai berikut;
Si Padang (cerpen, 1986);
Arwana (cerpen, 2006);
Lagu Sederhana Merdeka (kumpulan sajak, 1979);
Kado Istimewa: Cerpen Pilihan KOMPAS (1992);
Pelajaran Mengarang: Cerpen Pilihan KOMPAS (1993);
Lampor: Cerpen Pilihan KOMPAS (1994);
Laki-Laki yang Kawin dengan Peri: Cerpen Pilihan KOMPAS (1995);
Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan: Cerpen Pilihan KOMPAS (1997)
Kiat Menulis Cerpen (1999);
Dua Tengkorak Kepala: Cerpen Pilihan KOMPAS (2000);
Beautiful Eyes: Cerpen Pilihan KOMPAS (2001);
Si Padang (kumpulan cerpen, 2003);
Anjing Bagus (kumpulan cerpen, 2005);
Riwayat Negeri yang Haru: Cerpen KOMPAS Terpilih 1981-1990 (2006);
Kopi Rasa Bahagia (kumpulan kolom, 2020);
Rumah Ibu (kumpulan cerpen, 2020).
(Ika)