PADANG, AmanMakmur ––Rencananya Hamas (Himpunan Media Sumbar) akan menggelar acara “75 Tahun Prof Harris Effendi Thahar”, Sastrawan, Wartawan dan Akademisi Indonesia asal Ranah Minang, di awal bulan Januari 2025.
“Kami sudah bertemu dengan Prof Harris untuk minta izin menggelar acara peringatan milad ke 75 Prof Harris, yakni pada tanggal 4 Januari 2025,” ujar Isa Kurniawan, pelaksana acara dari Hamas, Selasa (12/11/2024).
Pertemuan tersebut, kata Isa, berlangsung di ruang kerja Prof Harris di “Kampus Selatan”, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Padang (UNP) Air Tawar.
Disampaikan Isa, pada prinsipnya Prof Harris tidak masalah dengan akan digelarnya acara “75 Tahun Prof Harris Effendi Thahar”, dan mengucapkan terima kasih karena ada perhatian dari Hamas.
Isa mengungkapkan bahwa pada tahun 2024 ini, sudah 4 kegiatan berkesenian dan berkebudayaan yang gelar Hamas dengan mengangkatkan tokoh-tokoh seniman Ranah Minang, berikut karya-karyanya yang fenomenal.
Di antaranya, sebut Isa, di bulan Februari “Peringatan 88 Tahun Rusli Marzuki Saria”, lanjut “Peringatan 20 Tahun Wafatnya Hamid Jabbar”. Kemudian “Mengenang Sang Legenda Chairul Harun”, dan terakhir Oktober, “Parade Baca Puisi Karya Upita Agustine”.
“Selanjutnya awal Januari 2025, rencananya kita gelar peringatan milad ke 75 Prof Harris, yang akan berisikan Orasi Budaya, Testimony Speech, Life Achievement Award, Bedah Cerpen dan Parade Baca Puisi,” terang Isa, yang saat menemui Prof Harris didampingi pengurus Hamas lainnya, Sandy Sitia.
Ditambahkan Isa, kegiatan berkesenian dan berkebudayaan ini merupakan bagian dari upaya Hamas untuk menghargai para seniman yang sudah mengharumkan nama Sumbar, dan Ranah Minang, melalui karya-karya mereka yang melegenda.
“Dan juga (acara) ini sekaligus untuk memberikan motivasi kepada kaum muda untuk dapat berkarya pula seperti para tokoh-tokoh seniman tadi, bahkan kalau bisa melebihi dari para pendahulu tersebut,” tukas owner forumsumbar.com ini.
“Mudah-mudahan acara ini mendapatkan dukungan dari semua pihak,” tukuk Isa.
Sekilas Prof Harris Effendi Thahar
Prof Dr Harris Effendi Thahar, MPd (lahir 4 Januari 1950) merupakan seorang Sastrawan, Wartawan dan Akademisi, yang juga guru besar Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Padang (UNP), yang banyak menulis cerita pendek (cerpen) dan sajak. Namanya tercatat sebagai salah satu penyair angkatan 1970-an di Sumatera Barat.
Harris, anak ketujuh dari sebelas bersaudara, lahir dari pasangan Thahar Umar dan Nurijah Rasyad asal Minangkabau. Kedua orang tuanya gemar membaca, yang kemudian memberikan pengaruh terhadap pembentukan dirinya.
Setelah lulus STM jurusan Bangunan Air di Padang, Harris melanjutkan pendidikannya di IKIP Padang dengan mengambil jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur. Tahun 1986, ia memperoleh gelar sarjana muda.
Harris meneruskan pendidikannya di universitas yang sama hingga memperoleh gelar sarjana (1994) dan master (2000). Tahun 2006, ia meraih titel doktor dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Dan empat tahun kemudian ia dikukuhkan sebagai guru besar UNP, dalam bidang Pendidikan Sastra Indonesia.
Kemudian, Harris memulai kariernya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan IKIP Padang. Bersamaan dengan itu ia bekerja sambilan sebagai wartawan di SKM Canang terbitan Padang.
Di IKIP Padang, ia menjadi dosen di Fakultas Bahasa, Sastra, dan Seni. Tahun 1995, ia sempat mengajar Sastra Indonesia di Universitas Tasmania, Hobart, Australia.
Selain mengajar dan menjadi wartawan, ia juga aktif menulis. Menulis dijadikannya sebagai sarana untuk mengungkapkan kegelisahan-kegelisahannya.
Sebagai seorang penulis, Harris ikut terlibat dalam kelompok diskusi “Kerikil Tajam” bersama para penulis lainnya seperti Hamid Jabbar dan Darman Moenir.
Cerpen-cerpennya banyak menyoroti budaya dan masyarakat Minang, antara lain “Si Padang” yang menggambarkan perilaku para tokoh panutan di rantau yang justru tidak pantas untuk diteladani.
Cerpen ini dimuat di harian Kompas pada tanggal 14 September 1986, dan sempat menghebohkan orang Minang perantauan. Cerpen lainnya “Arwana” juga menyodorkan sisi lain orang Minang yang berlatar militer.
Cerpen-cerpennya juga sering muncul di majalah Horison, antara lain “Lurus” di edisi Mei 1981, “Pemilihan Umum” di edisi Juni 1981, “Berburu di Belantara Jakarta” di edisi Mei 1983, dan “Diam” di edisi Desember 1988.
Selain cerpen, puisinya juga pernah muncul di majalah tersebut, di antaranya “Mengapa Aku Diam” dan “Bukit Cina”. Keduanya di edisi Januari 1975.
Karya-karyanya kemudian diterbitkan dalam bentuk buku kumpulan sajak “Lagu Sederhana Merdeka” (1979) dan dua buku kumpulan cerpen “Si Padang” (2003) serta “Anjing Bagus” (2005). Selain itu ia juga menulis buku yang berjudul “Kiat Menulis Cerpen” (1999).
Ia menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Sumatera Barat (DKSB) periode 2007-2010.
Pada 2020 terbit dua buku terbarunya, “Kopi Rasa Bahagia” (kumpulan kolom, diterbitkan Kabarita), dan “Rumah Ibu” (kumpulan cerpen, diterbitkan Penerbit Buku Kompas).
Adapun karya-karya Harris Effendi Thahar di antaranya sebagai berikut;
Si Padang (cerpen, 1986);
Arwana (cerpen, 2006);
Lagu Sederhana Merdeka (kumpulan sajak, 1979);
Kado Istimewa: Cerpen Pilihan KOMPAS (1992);
Pelajaran Mengarang: Cerpen Pilihan KOMPAS (1993);
Lampor: Cerpen Pilihan KOMPAS (1994);
Laki-Laki yang Kawin dengan Peri: Cerpen Pilihan KOMPAS (1995);
Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan: Cerpen Pilihan KOMPAS (1997)
Kiat Menulis Cerpen (1999);
Dua Tengkorak Kepala: Cerpen Pilihan KOMPAS (2000);
Beautiful Eyes: Cerpen Pilihan KOMPAS (2001);
Si Padang (kumpulan cerpen, 2003);
Anjing Bagus (kumpulan cerpen, 2005);
Riwayat Negeri yang Haru: Cerpen KOMPAS Terpilih 1981-1990 (2006);
Kopi Rasa Bahagia (kumpulan kolom, 2020);
Rumah Ibu (kumpulan cerpen, 2020).
(Ika)