
Oleh: Isa Kurniawan
PADA akhir Maret 2024 lalu, SBLF Myriset Consultant merilis elektabilitas kandidat bakal calon gubernur untuk Pilkada Sumbar 2024, dimana Mahyeldi (inkumben) di angka 52,08%, menyusul di posisi kedua jauh di bawah sekali, Andre Rosiade (Anggota DPR RI/Ketua Gerindra Sumbar) dengan 15,06%.
Setelah itu ada nama Mulyadi (Anggota DPR RI Terpilih/Ketua Demokrat Sumbar) dengan angka 14,60%, diikuti Audy Joinaldy (Wagub Sumbar) 6,44%, dan Sutan Riska Tuanku Kerajaan (Bupati Dharmasraya) dengan 4,14%.
Sementara Epyardi Asda (Bupati Solok) yang sudah menyatakan tekad maju di Pilkada Sumbar, hanya di angka 3,44%, disusul Fadly Amran (mantan Walikota Padang Panjang/Ketua NasDem Sumbar) berada di posisi keenam dengan angka 3,17%.
Mencermati hasil survei tersebut yang sangat jomplang antara Mahyeldi dengan bakal calon lainnya, tentunya membuat pihak Mahyeldi merasa di atas angin dan jumawa.
Kemudian terbetik berita bahwa Mahyeldi akan tetap berpasangan dengan Audy Joinaldy sebagai bakal calon wakil gubernur. Dan propaganda serta baliho pun sudah banyak yang ditebar. Sepertinya sekalian menjawab slogan “Otewe”-nya Epyardi Asda.
****
Pada Pilkada Sumbar 2020, ketika Mahyeldi berpasangan dengan Audy Joinaldy, jagad politik Sumbar seakan tidak percaya, karena melihat sosok Audy yang selama ini tidak dikenal di Sumbar. Tiba-tiba saja muncul dari langit. Bahkan saat itu, pengalaman memimpin di Sumbar pun Audy tidak punya.
Kemudian terjawab, ternyata Audy Joinaldy itu adalah “kapal gula”, yang menyiapkan Rp50 miliar untuk Pilkada Sumbar 2020 itu.
Pola berpasangan dengan “kapal gula” sebenarnya sudah dilakoni juga oleh Mahyeldi di Pilkada Padang 2018, saat berpasangan dengan Hendri Septa, yang juga “kapal gula” —walaupun dari orangtuanya.
Selagi tidak ada aturan dan perundang-undangan yang dilanggar, tentunya ini tidak jadi masalah.
Di Pilkada Sumbar 2020 itu, Mahyeldi – Audy Joinaldy menang tipis dari pasangan Nasrul Abit – Indra Catri. Yakni, 32,43% dan 30,30%. Selisih 2,13%, dimana sempat berperkara di MK (Mahkamah Konstitusi).
Kalaulah Indra Catri (mantan Bupati Agam) bisa maksimal di Kabupaten Agam, tentu ceritanya akan lain. Pasangan Nasrul Abit – Indra Catri kalah oleh Mahyeldi – Audy Joinaldy di Kabupaten Agam —padahal Indra Catri itu 2 periode jadi Bupati Agam.
Adapun dukungan dari alumni Unand/civitas akademika, secara signifikan turut memenangkan Mahyeldi – Audy Joinaldy saat itu.
Dari 4 pasangan yang ikut Pilkada Sumbar 2020, yakni; Mahyeldi – Audy Joinaldy, Nasrul Abit – Indra Catri, Mulyadi – Ali Mukhni dan Fakhrizal – Genius Umar, satu-satunya alumni Unand itu Mahyeldi.
****
Beberapa waktu lalu, publik Sumbar sedikit bertanya-tanya dengan kemunculan baliho-baliho dengan gambar dan nama saja, yakni, Ir Surya Tri Harto, MM, MBA.
Surya Tri Harto, atau akrab disapa dengan STH, merupakan seorang profesional bisnis dan praktisi perminyakan yang saat ini mengemban amanah sebagai Direktur Human Capital & Corporate Service di salah satu Sub-Holding Pertamina di bidang Intergrated Marine Logistic, yaitu; PT Pertamina International Shipping.
Pria kelahiran Solok, pada tanggal 21 Oktober 1966 ini merupakan alumnus Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unand.
STH meraih Magister Teknik (MT) dalam bidang Manajemen Proyek dari Universitas Indonesia (UI). Dan, Master of Business Administration (MBA) dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Dalam pendidikan eksekutif, STH telah mengikuti General Management Program di Harvard Bussiness School, Amerika Serikat tahun 2012 serta Global Executive Development Program, kerjasama Pertamina dengan INSEAD Singapore tahun 2014.
Tahun 2023, STH mendapat amanah memangku gala pusako dari kaum Suku Guci, Nagari Koto Laweh, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, dengan gelar Datuak Rangkayo Mulia Nan Di Apa.
Kemudian, semasa kuliah, STH pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Unand periode 1987-1990.
Setelah berkiprah sebagai profesional bisnis, STH juga memiliki aktivitas organisasi kemasyarakatan dengan menjadi pendiri dan terpilih sebagai Ketua Umum Keluarga Alumni Fakultas Teknik Universitas Andalas (KATUA) dalam dua kali Kongres KATUA periode 2005 – 2010 serta periode 2010-2015.
STH pernah menjadi Wakil Ketua Umum/Ketua Harian IKA Unand Periode 2016-2021, dengan Ketua Umum Asman Abnur, yang menjadi Menteri PAN-RB waktu itu.
****
Saat ini, mencermati munculnya baliho-baliho Surya Tri Harto, bagi alumni Unand/civitas akademika, setelah melihat konstelasi politik serta rekam jejak yang ada, maka STH itu sepertinya ikut Pilkada Sumbar.
Kuat dorongan alumni Unand/civitas akademika, STH itu bisa berpasangan dengan Mahyeldi, yakni sebagai bakal calon gubernur-wakil gubernur; Mahyeldi – Surya Tri Harto.
Kan Unand keduanya? Untuk diketahui, Gamawan Fauzi – Marlis Rahman itu Unand juga keduanya. Pada Pilkada Sumbar 2005 berhasil menang.
Kemudian, jarang sekali pilkada itu diikuti pasangan yang sama pada pilkada berikutnya. Meskipun itu inkumben.
Makanya, Mahyeldi perlu penyegaran dan memilih pasangan baru. Kalau tujuannya untuk yang lebih baik, kenapa tidak.
Kalau Gerindra saja pede memasangkan Mahyeldi – Vasco Ruseimy, kenapa tidak dengan Surya Tri Harto yang track record dan kepemimpinannya sudah teruji.
Anggap lah ini sebagai “politik balas budi” dari Mahyeldi terhadap alumni Unand/civitas akademika yang telah mendukung selama ini.
Kalau mengenai “kapal gula”, memang tidak sekapalgula yang kemarin-kemarin. Tapi ada lah, karena bekerjanya di PT Pertamina.
Untuk partai pengusung, dengan pergaulan STH di tingkat nasional yang luas, sepertinya dengan menggandeng PKB sudah cukup untuk berlayar. Jadi, PKS (10) + PKB (3) = 13 kursi. Syarat minimal terpenuhi. Mudah-mudahan bisa ditambah yang lain.
Penulis : Pengamat Abal-abal / Alumni Unand
