PADANG, AmanMakmur-—Patra Rina Dewi, SSi, MSc merupakan Caleg DPRD Kota Padang dari Partai PAN Dapil 6 (Padang Utara, Padang Barat, Nanggalo) dengan Nomor Urut 3, yang dikenal sebagai aktivis kemanusiaan (kebencanaan) yang penuh semangat, ramah dan gemar membantu sesama.
Kehidupan Patra sebagai aktivis kebencanaan dimulai pada saat terjadinya tsunami Aceh 26 Desember 2004, dimana saat itu Patra dan sekelompok relawan berlayar sebanyak 3 kali pelayaran ke Pulau Simeulue untuk menyalurkan logistik bagi para penyintas tsunami Aceh.
Ketika akan melakukan pelayaran ketiga di bulan April 2005, terjadi gempa Padang dengan kekuatan 6.7 SR pada 10 April 2005.
Patra dan relawan Amerika, Australia, dan Indonesia yang tengah melaksanakan persiapan pelayaran ketiga ke Pulau Simeulue melihat betapa paniknya warga Kota Padang paska gempa terjadi.
“Masyarakat takut terjadi tsunami, tapi sebagian besar tak menyelamatkan diri menjauhi pantai atau bangunan/perbukitan,” ujar Patra berkisah kepada amanmakmur.com, Senin (11/12/2023).
Dan, pada majalah National Geographic Indonesia edisi I kala itu diberitakan bahwa Kota Padang berisiko paling tinggi untuk ancaman tsunami.
Setelah pelayaran ketiga, maka sejumlah profesional dan relawan di Kota Padang bersepakat untuk mendirikan Komunitas Siaga Tsunami (KOGAMI) pada 4 Juli 2005.
Sejak tahun 2005, Patra bersama KOGAMI telah membantu Pemerintah dan masyarakat Kota Padang untuk membangun kesiapsiagaan bencana.
Karena dedikasinya dan konsistensinya dalam upaya membangun budaya siaga bencana, Patra Rina Dewi dianugerahi penghargaan:
1). Tokoh Masyarakat Bidang Kemanusiaan oleh Walikota Padang, 2022
2). Perempuan Pramuka Inspiratif oleh Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Pramuka, 2022
3). Relawan dalam misi kemanusiaan Tsunami Aceh dari Pemerintah San Francisco, Amerika Serikat.
Dan Patra juga kerap diundang sebagai narasumber membahas isu-isu kebencanaan untuk skala, lokal, nasional, bahkan internasional.
Patra Rina Dewi mengkampanyekan kepada dunia bahwa Kota Padang telah melakukan ikhtiar/upaya untuk Pengurangan Risiko Bencana, khususnya gempa dan tsunami (dengan izin Allah) sehingga image kota Padang yang menakutkan sebagai kota berisiko tinggi tsunami menjadi kota yang dijadikan sebagai salah satu tempat studi banding untuk kesiapsiagaan bencana.
“Selama 18 tahun mendampingi masyarakat dan mengadvokasi pemerintah daerah dalam hal pengurangan risiko bencana, banyak hal yang ditemui sebagai faktor yang harus ditingkatkan untuk membangun ketangguhan terhadap bencana,” kata alumnus Biologi FMIPA Unand ini.
Disebutkan Patra, di antaranya, faktor pendidikan, faktor ekonomi dan sosial dan faktor kesempatan bagi perempuan untuk berdaya. Juga masih kurangnya perhatian terhadap organisasi keperempuanan dan kerelawanan.
Kemudian disinggung Patra bahwa yang ia bawakan bukan sekadar masalah kebencanaan, masalah pemberdayaan perempuan dan anak pun menjadi bagian dari perjuangannya.
Menurutnya, perempuan itu harus melek politik. Dan terjunnya ia ke politik dengan menjadi Caleg adalah untuk memperjuangkan aspirasi kaum perempuan secara konkret di parlemen, atau di DPRD Padang.
“Siapa lagi yang akan memperjuangkan nasib kaum perempuan, selain perempuan itu sendiri. Makanya perempuan itu harus bisa menjadi bagian dari pengambil kebijakan, dan memutuskan masalah anggaran, agar kegiatan-kegiatan keperempuanan bisa berjalan dengan maksimal,” terang Patra, yang magisternya (S2) ditamatkan di University Science Malaysia (USM).
“Pokoknya agar perempuan itu bisa lebih banyak di parlemen, maka pemilih (terutama perempuan) harus lah memilih Caleg perempuan,” pungkas Patra.
Selain bidang kebencanaan dan pemberdayaan perempuan, Patra juga aktif di kepramukaan dan Dewan Masjid Indonesia (DMI). Ia mempunyai motto; Berjuang dan Berdaya Bersama.
Dengan itu, Patra berharap bisa ‘meluaskan manfaat’ jika nanti duduk sebagai anggota DPRD Kota Padang dan berharap niat mulia ini diridhai Allah dengan dukungan dan doa dari seluruh masyarakat Kota Padang yang berada di Dapil 6 (Padang Utara, Padang Barat, Nanggalo).
(putrie)