MALUKU TENGAH, AmanMakmur–– Akses transportasi menuju Pulau Rhun yang masih sangat minim. Diperlukan upaya yang serius dari pemerintah daerah untuk membangun infrastruktur untuk transportasi laut dan darat yang memadai, sehingga memudahkan bagi para wisatawan yang hendak menyambangi pulau terluar dan terkecil dari 11 pulau di Kepulauan Banda Naira ini.
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua I DPD RI Letjen TNI (Mar) Purn Dr Nono Sampono, MSi disela-sela acara peresmian Musala Assolihin di Desa Rhun Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah dalam sebuah rangkaian kunjungan kerja sebagai Wakil Ketua DPD RI, Rabu, (8/11/2023).
Dalam sambutannya, senator asal Maluku itu menyampaikan beberapa pesan dan juga nasehat agar masyarakat Rhun selalu menjaga kearifan lokal baik dari sisi budaya maupun kekayaan alamnya. Karena dari hal tersebut lah, Pulau Rhun akan selalu menjadi incaran para turis, baik lokal maupun internasional.
“Banda telah terbuka aksesnya, tetapi layanan transportasi laut maupun udara untuk askes pengunjung datang dan keluar mungkin juga harus kita tingkatkan lagi kualitasnya,” ujar Nono.
Dikatakan Nono Sampono, Pulau Rhun menyimpan sejarah masa lalu yang sangat mendunia. Ditambah kearifan lokal masyarakat setempat dalam menjaga nilai-nilai keagamaan, adat istiadat dan budaya.
Wilayah ini juga memiliki daya tarik tersendiri dengan pesona sumber daya alam, baik di perairan maupun wilayah daratan.
Di sela-sela menjalankan tugas sebagai pimpinan lembaga tinggi negara, Senator asal Maluku ini menyempatkan diri untuk hadir menyapa masyarakat sekaligus meresmikan sebuah musala sebagai nilai-nilai keagamaan.
“Kami berharap dengan adanya bangunan musala ini warga lingkungan Pulau Rhun dapat meningkatkan rasa keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT” jelas Nono Sampono.
Tak lupa, Nono Sampono juga mengimbau untuk menjaga nilai-nilai keagamaan yang ditinggalkan sebagai warisan turun temurun.
Nono Sampono juga mendorong agar dibangun sebuah masjid yang tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah saja, namun juga dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan, baik hafalan Quran dan memperbaiki kualitas bacaan Quran dan aktivitas syiar lainnya.
Berdasarkan data, ada sekitar 500 KK atau sebanyak 2000 jiwa yang menempati pulau dengan luas sekitar 600 hektar ini. Sejak jaman dahulu, Pulau Rhun terkenal sebagai penghasil pala dengan kualitas terbaik di Indonesia. Konon, harga pala dari Pulau Rhun lebih mahal dari harga emas di kala itu.
Masih menurut Nono Sampono, Pulau Rhun memiliki catatan sejarah yang panjang. Tidak kurang dari 50 tahun, Belanda dan Inggris memperebutkan pulau penghasil pala ini.
“Di Banda, hampir semua wilayah dikuasai Belanda, kecuali Rhun, karena Rhun dikuasai Inggris. Kenapa Inggris bertahan di Rhun? Di zaman itu, palanya lebih banyak daripada pala di Pulau Banda,” terang Nono Sampono.
Seperti diketahui, pihak Belanda pernah rela menukar Pulau Rhun yang dikuasai oleh Inggris dengan Niew Amsterdam (sekarang Manhattan) yang kala itu dikuasai oleh Belanda. Oleh karena itu, Pulau Rhun layak dijuluki syurga buah pala di Timur Indonesia.
(Rel/dpd)