PADANG, AmanMakmur —Menuju Kota Metropolitan dengan penduduk yang hampir 1 juta jiwa, Kota Padang haruslah berbenah. Dari 11 kecamatan dan 104 kelurahan, harus dilakukan pemetaan masalah secara wilayah, pemerintahan, serta tantangan dan peluang yang ada.
Dengan semakin banyaknya penduduk Kota Padang, tentunya pembangunan yang dilakukan semakin kompleks. Dan ini tidak bisa dilakukan secara serampangan, tapi butuh pengelolaan yang profesional.
“Pembangunan yang dilakukan itu harus memberikan manfaat untuk masyarakat banyak. Dan memberikan kesempatan yang sama pada semua elemen masyarakat,” ujar Irwan Basir Dt Rajo Alam, Ketua DPD LPM Kota Padang, pada acara silaturahmi dan diskusi yang digelar SIMAPAD (Silaturahmi Masyarakat Padang), bertempat di Cafe D’Veena Piai Tangah Kecamatan Pauh Kota Padang, Sabtu (30/9/2023).
Di diskusi yang bertemakan “Padang Menuju Kota Metropolitan” ini, Irwan Basir menyampaikan bahwa perubahan itu bergerak begitu cepat, tapi diingatkannya akar budaya jangan sampai tercerabut. “Adat Basandi Syara’ dan Syara’ Basandi Kitabullah, atau ABS SBK, itulah yang menjadi pedoman agar budaya tadi tetap kokoh dan lestari,” ujar mantan Ketua KNPI Padang ini
Dari sisi pemerintahan, Irwan Basir menuturkan bahwa harus bisa menciptakan good governance dan clean goverment, dengan birokrasi yang transparan, kemudian mendudukkan orang sesuai dengan kapasitas atau tempatnya, right man in the right place, serta menghindari kasta-kasta.
Menurut Irwan Basir, sangat naif melihat kondisi Kota Padang yang sekarang disebut dengan Kota Metropolitan. Dicontohkannya soal terminal Anak Air Lubuk Buaya yang sudah lama diresmikan penggunaannya, tapi tidak maksimal.
“Asas manfaatnya tidak pas, karena tidak cocok lokasinya, sehingganya bus-bus enggan masuk ke terminal, dan membuat terminal bayangan di jalan-jalan, yang akhirnya membuat macet,” tukasnya.
Lanjut Irwan Basir lagi, PAD (Pendapatan Asli Daerah) Padang itu rendah, hal ini karena pengelolaan yang keliru. Selama ini banyak yang ABS (Asal Bapak Senang), dimana penyampaiannya bagus-bagus, tapi sebenarnya keropos.
Untuk pengelolaan parkir saja, katanya, Padang itu penerimaannya kalah jauh dari Bukittinggi.
Pada kesempatan tersebut, sekalian dilaksanakan acara mengheningkan cipta terhadap arwah korban Gempa 30 September 2009, yang melanda Kota Padang saat itu, dan sudah 14 tahun berlalu.
Acara diskusi yang dipandu Edi Zambros Rajo Bujang, yang merupakan tokoh masyarakat Pauh itu, turut hadir penggagas dan anggota SIMAPAD, di antaranya Isa Kurniawan, Sandy Sitia, Zahirsyah Bob, Ali Hanafiah, Elman Musa, Joni Ismed, Teja Mulkan, Risfalino, Cornelius Sabailatty, Ilham Majid, dan lainnya.
Seterusnya hadir juga tokoh-tokoh masyarakat Pauh, yakni; mantan Camat Pauh Amri yang terkenal dengan program “Pauh Bangkit”, Syafwan (mantan Camat Lubuk Kilangan), Munyar M (mantan Lurah tahun 1980-an), Amran M Nur (mantan Ketua LPM, yang menjabat selama 12 tahun), Warman Dt Rajo Bujang, dan banyak lainnya.
Kemudian dari ibu-ibu KPPI (Komunitas Peduli Perempuan Indonesia) Sumbar, di antaranya Linda Reflinda (Pembina), Rosi Mery (Ketua), Titi Halimandini (Sekretaris), Defi Defrawati (Humas), dan Nina.
(ika)