Oleh: Loren Vinoltia
SUMATERA BARAT kaya akan tradisi dari nenek moyang yang masih dilestarikan hingga kini. Salah satunya adalah tradisi makan bajamba saat memperingati hari besar Islam, salah satunya Isra Miraj.
Di Kabupaten Pesisir Selatan, peringatan Isra Miraj diselenggarakan dengan tradisi makan bajamba. Dan adanya peringatan-peringatan hari besar Islam yang dikolaborasikan dengan adat setempat akan menambah semarak dari kegiatan itu sendiri.
Masyarakat secara tak langsung diajak untuk dekat dengan masjid atau musala, sehingga tak ada lagi keengganan untuk datang ke rumah ibadah.
Bajamba, asal katanya jamba, merupakan dulang yang berisi nasi dan lauk-pauk yang tersusun, ditutup dengan tudung saji dilampiri dengan dalamak, kain bersulam benang emas.
Ketika makan, nasi diambil sesuap saja dengan tangan kanan. Setelah ditambah sedikit lauk pauk, nasi dimasukkan ke mulut dengan cara dilempar dalam jarak yang dekat.
Ketika tangan kanan menyuap nasi, tangan kiri telah ada di bawahnya untuk menghindari kemungkinan tercecernya nasi. Jika ada nasi yang tercecer di tangan kiri, harus dipindahkan ke tangan kanan, lalu dimasukkan ke mulut dengan cara yang sama.
Tujuan makan dengan cara tersebut agar nasi yang hendak masuk ke mulut bila tercecer tidak jatuh ke piring, sehingga yang lain tidak merasa jijik untuk memakan nasi yang ada dalam piring secara bersama-sama.
Selain itu, posisi duduk juga harus tegap atau tidak membungkuk dengan cara basimpuah (bersimpuh) bagi perempuan dan baselo (bersila) bagi laki-laki.
Kemudian setelah selesai, tidak ada lagi nasi yang tersisa di piring, dan makanan yang disediakan wajib dihabiskan.
Kearifan Lokal
Kearifan lokal ini sampai sekarang sangat kental karena masyarakatnya sangat menghargai hari-hari besar Islam, seperti Isra Miraj.
Makan bajamba dalam memperingati hari besar Islam, seperti Isra Miraj sudah berlangsung sejak lama, dan masih berjalan secara turun menurun sampai hari ini.
Kearifan lokal ini sangat menjadi kebanggaan bagi masyarakat Pesisir Selatan. Adapun jamba-nya dibawa ke masjid atau musala dengan cara dijunjung, yang mana akan dikumpulkan dan disantap bersama.
Tradisi makan bajamba juga sarat dengan perekatan silaturahmi dengan sesama. Saudara-saudara yang tinggal berjauhan dapat berkumpul pada saat tradisi ini berlangsung.
Tidak hanya itu, besan dan menantu juga dapat hadir sebagai bagian dari keluarga yang melaksanakan tradisi ini. Biasanya juga ada tausiyah di masjid tersebut dan menghadirkan tokoh-tokoh besar ulama di masyarakat.
Tak hanya dalam acara Isra Miraj, makan bajamba juga ada di acara baralek-baralek. Makan bajamba lazimya dilaksanakan saat alek laki laki, peristiwa ini biasanya berlangsung saat acara manjapuik marapulai.
Meskipun sebagian pada alek perempuan juga ada, namun pada alek perempuan secara khusus makan bajamba hanya diperuntukkan bagi karib dan kerabat terdekat dari kedua mempelai saja.
Aturan dan Tata Cara
Aturan dan tata cara dalam makan bajamba yang mesti dipahami, dimana dalam satu jamba antara mamak rumah dengan sumando tidak boleh satu jamba, harus dipisah.
Dalam hal ini di sinilah salah satu fungsi janang, di samping memantau hidangan, janang juga harus mengatur atau mendudukkan orang pada posisi yang tepat saat makan bajamba, sesuai dengan kedudukan masing masing.
Makan bajamba tergantung dari jumlah jamba dan orangnya, jika orang melebihi jamba yang dihidang maka jamba boleh diisi enam orang, namun bila mencukupi cukup diisi empat orang saja.
Tata cara makan bajamba berbeda dengan makan sendiri sendiri. Makan bajamba menyuap nasi ke dalam mulut dengan cara diambuang (dilempar), jika tak piawai nasi akan berserakan kemana-mana, jika ini terjadi akan sangat memalukan karena dapat tercampur pada suapan orang lain yang satu jamba dengan kita.
Makanya tak semua orang mau ikut dalam acara makan bajamba ini, ada aturan dan tatacara yang tak semua orang cakap melakukannya. Banyak tata aturan dalam makan bajamba, makan bajamba tak sesederhana yang kita pikirkan.
Makan bajamba tidak sama dengan makan bersama. Makan bersama lazim disebut balanjuang dalam kegiatan non formal, pada kegiatan formal disebut makan dihidang saja.
Di Padang Pariaman Juga Ada
Tak hanya di Pesisir Selatan yang mempunyai tradisi makan bajamba. Salah satu daerah yang masih melaksanakan tradisi makan bajamba ialah Kabupaten Padang Pariaman.
Tradisi ini masih dipertahankan sebagai pranata masyarakat Minangkabau pesisir Sumatra. Tradisi ini dilaksanakan seiring dengan memperingati maulid Nabi Muhammad SAW.
Secara konsep, bajamba merupakan tradisi makan yang dilakukan oleh orang Minangkabau dengan cara duduk bersama-sama dalam suatu ruangan atau tempat yang telah ditentukan.
Di Kabupaten Padang Pariaman, setiap peringatan hari Maulid Nabi Muhammad SAW diadakan acara makan bajamba. Acara tersebut dilaksanakan di setiap surau dengan waktu yang bergiliran.
Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan silaturahmi antaranggota masyarakat dan juga dapat mempertahankan tradisi, makanan tradisional, serta menciptakan karakter positif untuk seluruh masyarakat Minangkabau.
Sebelum makan bajamba dilaksanakan, terlebih dahulu masyarakat bermusyawarah di surau. Musyawarah ini dilakukan untuk menentukan hari yang tepat untuk pelaksanaan maulid nabi, makan bajamba, dan jumlah sumbangan yang harus dikumpulkan oleh masing-masing individu masyarakat.
Nah, jadi kita sebagai generasi penerus harus memperkuat tradisi makan bajamba yang mulai hilang saat sekarang, karena mulai tergantikan dengan hidangan di tempat baralek.
Makan bajamba sangat positif karena dapat membuat atau mempererat hubungan silaturahmi antar sesama. Bermacam-macam cara bajamba, contohnya; di Pesisir Selatan dan Padang Pariaman, masing-masing mempunyai adat tradisi makan bajamba sampai sekarang, tapi dilakukan saat tertentu, biasanya pada acara Isra Miraj, maulid nabi dan baralek yang dapat ditemui acara makan bajamba. *)
Penulis adalah Mahasiswi Jurusan Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Andalas (Unand)