TANAH DATAR, AmanMakmur.com — Sebanyak 225 mahasiswa Universitas Bung Hatta (UBH) melakukan fieldtrip (kuliah lapangan) di Istano Silinduang Bulan Pagaruyung Darul Qorur, Kabupaten Tanah Datar.
Latar belakang kuliah lapangan ini berlandaskan bahwa Indonesia memiliki keberagaman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dimana Ada 6 agama yang berbeda yang diakui negara, 38 provinsi, 1.340 suku bangsa, dan juga budaya yang berbeda-beda.
“Hanya toleransi yang harus ditanamkan sejak dari dini, dalam konteks keberagamaan, dengan adanya perbedaan suku, ras, serta budaya, tapi dengan saling menghargai dan juga rasa memiliki, dalam kehidupan sosial bermasyarakat, dibaurkan dalam mata kuliah fieldtrip, atau studi lapangan ini”, kata Koordinator Studi Lapangan Mahasiswa UBH, Wirnita Eska, Minggu (20/11/2022) di Batusangkar.
Ia menjelaskan, kuliah lapangan ini untuk mempertajam pemahaman mahasiswa mengenai adat melalui seminar dengan ahli adat Minangkabau pada pusat kerajaan Minangkabau di Istano Silinduang Bulan.
Sekaligus, lanjut Wirnita, mahasiswa dibawa meninjau dari dekat tiga ragam arsitektur rumah gadang pada tiga luhak di Minangkabau yaitu Luhak Nan Tuo / Tanah Datar di Sikaladi, Luhak Agam di Pinang Balirik dan Luhak Nan Bungsu / Limapuluh Kota di Limbukan.
Kemudian, katanya, dengan adanya Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM), yang merupakan kebijakan Menteri Pendidikan Kebudayaan dan Riset Teknologi (Mendikbudristek), yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja serta untuk memahami adat dan budaya berbisnis orang Minang dan pendidikan di Minangkabau melalui anak dipangku kamanakan dibimbiang, pasa jalan dek baturuik, lanca kaji dek baulang.
“Maka dilakukan fieldtrip pada mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Prodi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP),” terangnya.
“Ini untuk meningkatkan kreativitas mahasiswa, memperoleh pengetahuan dasar adat budaya Minangkabau secara signifikan, serta meningkatkan berpikir kritis mahasiswa dalam pandangan berbangsa untuk masa mendatang,” imbuh Wirnita.
Adapun narasumber yang membahas peran ayah dan mamak dalam mendidik anak dan kemenakan di Minangkabau, yakni Yang Dipertuan Gadih, Mande Soko, Prof Puti Reno Raudha Thaib.
Budaya berdagang atau berbisnis orang Minang oleh Dt I Malano dan Dt Cumano. Sementara, tatacara makan secara adat oleh Dt Bungsu dan Paduko Siramo.
(FM)