“TIDAK ada mimpi yang terlalu tinggi untuk dicapai, yang ada hanya niat yang terlalu rendah untuk melangkah” – Bung Chandra
Mimpi? Apa itu mimpi? Kata mimpi tentunya sudah tidak asing di telinga seseorang, mimpi merupakan suatu cita-cita yang tidak mudah untuk mencapainya, suatu keinginan yang ingin sekali diwujudkan, mempunyai harapan tersendiri dalam menghadapi dunia.
Banyak yang memiliki mimpi, mengejar mimpi, bahkan sudah ada yang membayangkan hari besok bakal seperti apa dan bagaimana.
Mengapa harus memiliki impian? Karena mimpi adalah suatu upaya tujuan hidup, dan semangat hidup, tidak ada manusia yang tidak memiliki mimpi, tujuan, dan harapan.
Tapi bolehkah memimpikan sesuatu yang indah, dan bercita-cita setinggi langit?
“Bercita-citalah setinggi langit, karena jika kamu terjatuh maka kamu akan terjatuh di antara bintang bintang” – Ir Soekarno.
Anak yang masih berusia dini sudah mempunyai mimpi dan cita-cita, ada yang ingin menjadi pilot, dokter, guru, polisi dan banyak lagi impian lainnya tanpa mereka pikirkan bahwa keinginan itu bisa dicapai atau tidak.
Dalam menggapai suatu mimpi tidak menjanjikan jalannya akan mudah. Kegagalan? Kegagalan demi kegagalan pasti dialami. Banyak cobaan-cobaan yang datang saat meraih mimpi. Jatuh berulang kali dan sedih yang mendalam menjadi hal biasa dalam perjalanan hidup, tapi kegagalan bukan lah suatu hambatan untuk meraih mimpi.
Jika sesuatu yang dikerjakan gagal, maka bangkit lah dan lanjut berjuang, harus bersemangat, bertekad, dan yakin akan sesuatu hal yang dikerjakan, kegagalan justru jadi pelajaran untuk menyempurnakan.
Petualangan yang harus dilewati untuk mencapai puncak yang selama ini dijadikan tujuan perlu waktu, kesabaran, ketekunan, dan konsisten dengan apa yang dilakukan.
“Apa yang tidak dimulai dari hari ini, tidak akan pernah selesai besok” – Johann wolfgang Von Goeth.
Bercita-cita dan memiliki keinginan yang sangat indah merupakan suatu hal yang paling bahagia apalagi suatu keinginan itu tercapai. Untuk menggapai cita-cita tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan, terkadang apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan keinginan.
Lalu bagaimana dengan seorang yang putus sekolah sejak dini, bagaimana dengan mimpinya, bukankah pemerintah sudah menerapkan sekolah wajib 12 tahun, tapi mengapa sebagian orang tidak bisa melanjutkan pendidikan, misalnya seorang yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA, apa penyebabnya?
Bisa dilihat dari buku bertajuk pendidikan untuk pembangunan Nasional karya Mohammad Ali, dimana data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan bahwa mayoritas (76%) keluarga menyatakan penyebab utama putus sekolah adalah karena alasan ekonomi.
Banyak mimpi yang tidak bisa di wujudkan oleh seseorang, bukan karena ia tidak mau ingin mewujudkan mimpinya, memang faktor ekonomi salah satu hambatan yang bisa membuat seseorang yang tidak ingin menggapai mimpinya, terkadang dukungan dari keluarga juga merupakan hambatan dari seorang yang ingin menggapai mimpinya.
Putus sekolah juga berdampak bagi setiap orang, dampak yang ditimbulkan bisa berupa pengangguran, kenakalan remaja, kriminalitas, dan kemiskinan.
Ada juga sebagian orang yang tidak mau mewujudkan mimpinya, padahal mempunyai ekonomi yang cukup bahkan lebih. Faktor ekonomi salah satu hambatan seorang yang berkehidupan tidak cukup tidak menggapai mimpinya. Sebagian orang banyak yang berpikir pendek tentang susahnya mewujudkan mimpi, padahal jika seseorang memiliki pikiran yang panjang, seseorang itu akan mencari jalan keluar dari permasalahan perekonomian, misalnya mencari beasiswa setiap sekolah, atau untuk yang ingin melanjutkan ke jenjang kuliah, seseorang juga bisa mencari beasiswa setiap kampus, seperti beasiswa (KIP Kuliah) yaitu bantuan biaya pendidikan dari pemerintah bagi lulusan SMA/sederajat yang memiliki potensi akademik baik tetapi memiliki keterbatasan dalam perekonomian keluarga.
Di zaman yang canggih akan teknologi ini, di setiap negara pasti ada fasilitas berupa beasiswa untuk para generasi yang ingin mengejar mimpinya dengan bersungguh-sungguh. Itu semua harus dilakukan dengan usaha yang kuat apalagi jika dihadapkan dengan anak-anak lain yang memiliki faktor ekonomi yang cukup, seperti yang bisa dilihat memang banyak kecurangan-kecurangan yang terjadi, tetapi hal ini tidak akan menjadi penghalang bagi para generasi dalam mengejar impian seorang walaupun lingkungan sekitarnya sering meremehkan karena finansialnya yang tidak mencukupi.
Kondisi yang bisa dilihat baru-baru ini banyak para generasi muda yang memiliki ekonomi menengah ke atas yang hanya mengandalkan keadaan finansial keluarganya dalam mengejar mimpi.
Maksudnya apa? Maksudnya ialah seorang yang hanya bisa mendapatkan mimpinya dengan cara membayar atau bisa dikatakan memiliki orang dalam.Tapi kenyataannya di era globalisasi ini semua manusia saling berambisi dengan menggunakan isi otaknya atau dalam artian mengandalkan pemikiran seorang.
Memang sebenarnya menggunakan uang lebih mudah untuk mendapatkan impian yang diinginkan, tapi setelah di pikirkan kembali, apakah seseorang yang mengandalkan uang bisa mempunyai keahliannya tersendiri? Sepertinya tidak, karena banyak dilihat di lingkungan sekitar orang-orang yang seperti itu tidak memiliki rasa ambisi karena dia sudah merasa berada di zona nyaman dengan mengejar mimpi tanpa harus berusaha mati-matian.
Terbatasnya kemampuan memenuhi kebutuhan hidup dengan kondisi orang tua dari pendapatan yang mereka hasilkan dari bekerja sebagai buruh tani. Orang tua berkewajiban membiayai seluruh keperluan pendidikan anak-anaknya, dari awal masuk sekolah sampai tamat sekolah.
Tapi ada seseorang yang rela mengubur mimpinya dalam-dalam dan memilih menjadi tulang punggung keluarga atau memilih membantu orang tua nya di rumah, seorang yang mempunyai mimpi yang tinggi, mempunyai niat untuk mengejar pendidikannya, seseorang yang ingin membuktikan ke semua orang kalau gelar sarjana bisa diraihkan, tapi mimpinya cuma sebatas mimpi karena keadaan menuntut seseorang yang ingin menggapai mimpinya untuk bekerja, seseorang dituntut untuk mengangkat ekonomi keluarga dan sering ngerasa tidak adil dengan kehidupan.
Langkah pertama yang dijalani dalam pencarian jati diri yakni yakin dengan apa yang diinginkan, bertekad, berusaha dan berdoa, menutup mata dan telinga dari kehidupan orang-orang yang mengganggu tujuanmu, menguatkan diri ketika lelah dan cukup buktikan bahwa seseorang mampu meraih apa yang diimpikan.
Banyak yang bilang akhir dari semua yang dikerjakan pasti bahagia, kalau belum bahagia berarti itu bukan akhir dari sesuatu yang dikerjakan. Kalau tidak pernah mau mencoba, tidak akan pernah tahu akan sejauh mana bisa bertahan, dan ingat bahwa seorang tidak mengejar kesempurnaan, tapi kesempurnaan itu sendiri yang akan datang.
Mimpi yang tidak sesuai harapan adalah kesempatan agar bisa memperbaiki dan menjadikan semuanya menjadi lebih bagus. Selama menjalani hidup seorang menyadari bahwa solusi ketidakmampuan adalah dengan berusaha, bukan malah berhenti dan menyerah. *)
Penulis adalah Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta.