
PADANG, AmanMakmur.com — Berhenti sebagai politisi di pertengahan 2014 lalu, tidak membuat H Marlis diam begitu saja. Selepas jadi Anggota DPRD Sumbar, ia kembali berwirausaha, profesi yang selama ini telah ditekuni.
Ketidaktifannya di dunia politik juga menjadi batu lompatan atau milestone atas spirit entrepreneur yang dimilikinya selama ini, dimana hampir selama 10 tahun aktif sebagai Anggota DPRD Sumbar semangat kewirausahaanya tenggelam karena kesibukannya sebagai anggota dewan yang terhormat itu.
Diinisiasi pertanyaan di dalam hatinya, mau mengapa lagi pasca selesai sebagai Anggota DPRD Sumbar? Marlis, yang biasanya hiruk pikuk dengan dinamika politik Ranah Minang kini memulai usaha barunya.
Marlis kini bukan saja beraktivitas sebagai pelaku wirausaha yang sibuk dengan berbagai aktivitas usahanya, tetapi juga tengah berusaha mendirikan sekolah entrepeneur dengan nama Alinia Entrepreneur School.

Disampaikan Marlis, begitu ia tidak lagi menjadi anggota legsislatif timbul pertanyaan dalam diri pribadi, nau ngapain lagi? “Dari situlah muncul kembali spirit entrepreneur yang memang telah ada dalam diri saya, tapi tenggelam hampir 10 tahun karena hiruk pikuk serta dinamika dunia politik,” ujar Marlis, Kamis (30/6/2022).
Nah, katanya, kuncinya tentu harus membuka diri, pola pikir dan budaya kerja harus ada kecepatan di dalam memahami semua perubahan karena perubahan itu sangat cepat dan datang di luar prediksi.
Oleh karena, sebutnya, sebagai langkah awal yang ia lakukan adalah membangun usaha baru yang sama sekali tidak dipahaminya, yaitu peternakan ayam moderen dalam bentuk closed house dengan kapasitas 50.000 ekor.
“Seperti diketahui peternakan ayam dengan dengan jenis kandang closed house ini menjadikan performa ayam meningkat pesat dan angka kematian terus berkurang. Memang benar dengan sistem kelola kandang berbasis close house efektif dalam meningkatkan produktivitas panen,” tukas Marlis.
Lanjut Marlis lagi, dalam perjalanan usaha itu muncul lagi ide bisnis di bidang energi yaitu sebagai agen LPG 3 kg untuk wilayah Kabupaten Dharmasraya, serta yang lebih spektakuler adalah keputusannya untuk menjadikan lokasi peternakan seluas 3 ha ini menjadi destinasi wisata.

Secara teori dan kondisi yang ada lahan tersebut amat dan sangat tidak memenuhi kriteria untuk dijadikan suatu objek wisata, karena di samping secara fisik tidak memenuhi syarat, dan yang lebih fatalnya, menurut Marlis, infrastruktur tidak mendukung sama sekali, serta lokasinya terletak jauh dari pemukiman warga dan di dalam hutan lagi.
“Namun dengan kekuasaan Allah semua itu bisa terjadi hanya dalam waktu sekitar 5 bulan, kawasan yang tadinya adalah areal hutan untuk masyarakat berburu babi bisa disulap dengan pikiran sederhana menjadi suatu destinasi wisata yang viral dan ramai dikunjungi oleh masyarakat baik dari Sumbar, Jambi maupun Riau,” imbuhnya.
Kemudian Marlis menyampaikan bahwa sebagai Seorang guru dulunya, timbul pula hasrat untuk mengabdikan diri sebagai seorang pengajar dan mentor dalam bidang entrepreneur, dan hal ini pun ditunjang oleh banyaknya anak muda, dimana hari ini yang secara sadar telah menjadi penganggur intelektual.
“Dengan konsep dan pola pembelajaran yang berbeda, saya mencoba menghadirkan Alinia Enterpreneur School untuk memberikan sedikit solusi kepada bangsa Indonesia tercinta ini di dalam mencetak generasi muda yang produktif dan berguna,” pungkas Marlis.
(Rel/Agusmardi)