LIMAPULUH KOTA, AmanMakmur.com — Salah satu teknologi reproduksi pada ternak untuk mempermudah perkembangbiakkan ternak adalah dengan melakukan Inseminasi Buatan, atau Artificial Insemination (AI), dan lebih dikenal dengan sebutan IB.
Teknologi IB cukup popular di Indonesia dan sudah banyak masyarakat yang menggunakan pada ternak mereka. IB dianggap lebih mudah dan praktis dilakukan untuk perkembangbiakkan ternak serta sangat bermanfaat, baik dari segi ekonomis dan juga genetik.
Mengaplikasikan IB kepada peternak sapi, Tim Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas (Unand), melaksanakan penyuluhan kepada kelompok Tani Ternak Ambacang Permai Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Limapuluh Kota, pada hari Sabtu 6 November 2021, melalui Program Kemitraan Masyarakat Membantu Usaha Berkembang dari LPPM Unand.
Penyuluhan yang dilakukan Tim LPPM Unand diketuai Yesi Chwenta Sari, SPt, MSi, beserta dosen lainnya, Syafri Nanda, SPt, MSi, dari Fakultas Peternakan Unand, sebagai salah satu anggota, memberikan penyuluhan mengenai ‘Inseminasi Buatan dan Tanda-tanda Birahi serta Waktu yang Tepat untuk Mengawinkan Ternak’.
Disampaikan Syafri Nanda, melakukan IB dapat menghemat biaya dari pemeliharaan ternak pejantan, mencegah terjadinya kawin sedarah (inbreeding), meningkatkan mutu genetik, dapat mengatur jarak kelahiran antar ternak dengan baik, dan dapat menghindari cedera yang biasa terjadi saat kawin alam serta mencegah penularan penyakit dari organ reproduksi.
“Selain itu semen beku untuk IB juga dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dengan memanfaatkan teknologi dan alat yang tepat,” ujarnya, melalui keterangan pers, Kamis (2/12).
Lanjut Nanda, peternak sangat antusias dengan penyuluhan, dan mengatakan sudah mengaplikasikan IB pada ternaknya, namun beberapa terjadi kegagalan, atau tidak berhasil bunting, dan mengatakan ingin mengetahui lebih dalam mengenai IB dan penyebab kegagalannya.
IB itu sendiri, sebut Nanda, merupakan proses memasukkan semen beku (spermatozoa) yang telah dicairkan dan berasal dari ternak jantan yang unggul ke dalam saluran reproduksi ternak betina.
“Dengan dilakukannya IB, diharapkan mampu untuk meningkatkan mutu genetik hewan ternak dalam waktu singkat dan menghasilkan anakan berkualitas dalam jumlah banyak dengan menggunakan bantuan manusia dan alat khusus yang disebut ‘Insemination Gun‘,” kata Nanda.
Adapun IB dilakukan dengan beberapa tujuan: 1). Meningkatkan mutu genetik pada ternak. 2). Tidak mengharuskan membawa pejantan yang unggul untuk di bawah ketempat yang dibutuhkan untuk perkawinan, sehingga akan lebih menghemat biaya. 3). Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan yang unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama. 4). Meningkatkan angka kelahiran secara cepat dan teratur. 5). Mengurangi gangguan fisik / cedera pada ternak betina pada saat proses perkawinan.
Syafri Nanda menjelaskan mengenai teknik IB dengan menggunakan metoda rektovaginal dengan melalui rektum untuk merabah serviks. Selain itu ia juga menjelaskan saat melakukan IB, waktu dan tempatnya harus tepat agar pelaksanaan dan hasilnya dapat optimal.
“Siklus birahi berlangsung rata-rata 21 hari (antara 18 – 24 hari) dengan lama birahi kurang lebih 18 jam,” sebut Nanda.
Pada saat tersebut, katanya, peternak harus bisa mengamati dan mengenali gejala birahi, agar bisa segera dilaporkan dan dilakukan IB. Waktu optimum untuk melakukan inseminasi pada sapi adalah pada pertengahan birahi.
Selain itu juga dijelaskan mengenai perhitungan waktu IB pada sapi, dimana waktu ovulasinya berkisar 10–15 jam sesudah akhir birahi dan waktu kapasitasinya 4 – 6 jam. Sperma dapat berumur sampai 24 jam, sedangkan ovum hanya dapat bertahan 12 jam.
“Jika ternak memperlihatkan gejala birahinya pada pagi hari maka harus di lakukan IB pada sore hari itu juga, dan akan terlambat jika dilakukan keesokan harinya. Sebaliknya jika ternak memperlihatkan gejala birahinya pada sore hari maka harus di IB pada keesokan paginya, akan terlambat jika dilakukan pada keesokan siangnya,” ujar Syafri Nanda menjelaskan.
Namun dalam pelaksanaannya, juga harus mempertimbangkan segala sesuatunya sebelum IB dilakukan. Pelaksanaan IB harus diurungkan apabila: 1). Ternak sedang dalam keadaan yang tidak sehat / sakit. 2). Tidak ada indikasi birahi. 3). Lendir birahi keruh / kotor. 4). Ternak dalam keadaan bunting. 5). Kurang dari 50 hari pascapartum.
“Selain itu tingkat keberhasilan IB sendiri dipengaruhi beberapa faktor di antaranya kualitas semen, ketepatan waktu IB, inseminator dan juga lingkungan ternak betina,” pungkas Nanda.
(YCS)