
LIMAPULUH KOTA, AmanMakmur.com —Belakangan pemerintah gencar melakukan impor daging sapi dengan alasan belum stabilnya pasokan daging lokal untuk memenuhi permintaan pasar. Adapun hal ini menjadi tantangan bagi para akademisi untuk bergerak dan berkontribusi meningkatkan produksi ternak dalam negeri.
Untuk itu Tim Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas (Unand) yang diketuai Yesi Chwenta Sari, SPt, MSi dari Fakultas Peternakan terjun ke lapangan membantu usaha kelompok ternak agar mampu berkembang dan siap menghadapi pasar.
Tim LPPM ini beranggotakan Syafri Nanda SPt, MSi (Fakultas Peternakan), Fatma Poni Mardiah, SE, MSM (Fakultas Ekonomi) dan Roza Yunita, SP, MSi (Fakultas Pertanian).
Tim LPPM Unand melakukan kegiatan pendampingan Manajemen Usaha pada hari Sabtu, 27 November 2021 lalu, pada
Kelompok yang menjadi mitra tim LPPM Unand, yakni kelompok tani ternak Ambacang Permai di Nagari Batu Payung, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Limapuluh Kota.
Serangkaian program disusun untuk membantu pengembangan usaha, mulai dari pendampingan peningkatan produksi ternak, pengelolaan pakan ternak hingga manajemen usaha.
“Manajemen usaha ini perlu menjadi perhatian khusus untuk kelompok tani ternak, terutama terkait pembukuan. Dengan adanya pembukuan yang baik dan disiplin, kita mampu menjaga usaha untuk terus hidup. Pembukuan juga menjadi salah satu bahan evaluasi kinerja usaha” terang Fatma Poni dalam keterangan persnya, Kamis (2/12).
Pada kegiatan ini, lanjut Fatma, dijelaskan bagaimana pentingnya melakukan pencataan keuangan dan disiplin dalam pembukuan.
Menurut Fatma, pencatatan keuangan dilakukan untuk keseluruhan kegiatan yang berhubungan dengan semua transaksi yang terjadi dalam usaha, yaitu transaksi uang masuk, uang keluar, penjualan, pembelian, dan lainnya.
Dari catatan pembukuan itu, sebutnya, dapat membuat laporan yang menggambarkan kinerja keuangan usaha. “Peternak diajarkan menyusun buku kas umum, buku piutang, buku hutang dan buku pencatatan stok,” terangnya.
Lebih lanjut disampaikan Fatma, pencatatan yang paling dasar untuk setiap bisnis adalah menggunakan buku kas. Dari buku kas bisa diketahui seberapa besar uang masuk, berapa besar uang yang keluar dan berapa saldo kas yang tersisa.
Dengan mengetahui posisi keuangan, pelaku usaha bisa lebih hati hati dalam menggunakan uang untuk keperluan lain. Untuk pencatatan piutang juga perlu dilakukan dengan tertata. Piutang yang terlalu tinggi bisa menghambat cash flow usaha.
Peserta pengabdian kepada masyarakat antusias dan tertarik pada materi pembukuan usaha. Saat ini pencatatan keuangan kelompok belum disusun dengan baik, baru sekedar dicatat tanpa tertata sehingga bisa berpotensi terjadinya kesalahan dalam menghitung cash flow kelompok.
Pembukuan usaha, kata Fatma, pada dasarnya merupakan kegiatan pencatatan dan dilanjutkan dengan perhitungan mengenai kedudukan dari perubahan kekayaan dan modal, penerimaan, dan pengeluaran dari operasi usaha sebagai satuan organisasi ekonomi yang berdiri sendiri sesuai dengan tujuan dibentuknya.
Dalam kegiatan ini juga mengingatkan kelompok untuk bijak dalam pengelolaan modal kerja. Ketika adanya surplus kas, peternak sebaiknya memanfaatkan untuk pengembangan usaha, bukan untuk konsumtif. Pun ketika kas minus dan butuh modal kerja. Peternak bisa memanfaatkan pinjaman jangka pendek.
“Jangan gunakan pinjaman jangka panjang untuk kebutuhan jangka pendek, karena hal tersebut bisa merusak cash flow usaha”, ujar Fatma Poni.
Tim LPPM Unand berharap dengan kegiatan ini peternak tidak hanya mampu mengelola keuangan kelompok, tapi juga mampu mengelola keuangan rumah tangga, apalagi sebagian besar anggota kelompok tersebut adalah perempuan.
“Jika keuangan rumah tangga stabil, mereka juga akan bisa berkontribusi positif terhadap kelompok,” pungkas Fatma.
(YCS)