DIALOG Publik dan Diskusi Tematik ‘Kemilau Mentawai’ sebagai pengembangan dari rencana awal Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan oleh Ranah Rantau Circle (RRC) Institute dengan tema ‘Revitalisasi Kearifan Lokal sebagai Kekuatan dalam Membangun Mentawai Kita’ telah dilaksanakan dengan lancar dan berlangsung penuh antusias kemarin (30/04). Acara hasil kerjasama dengan DPTD PKS Mentawai, Pusat Kajian Kearifan Lokal Universitas Negeri Padang (PKKL UNP), Komunitas Pemerhati Sumbar (KAPAS), Forum Minang Mandiri (FMM) dan Yayasan Pembangunan Kemajuan Mentawai (YPKM) dilaksanakan di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat. Ikut mendukung penuh jajaran Pemerintah Propinsi Sumatera Barat dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi dalam sambutannya sangat merespon pelaksanaan acara yang di inisiasi oleh penggiat, pemerhati dan aktivis yang peduli pada perkembangan Mentawai. Sebagai satu-satunya daerah tertinggal di Sumatera Barat maka Gubernur bertekad untuk mempercepat pembangunan, berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan para pemangku kepentingan terkait untuk berkolaborasi membangun kemitraan. Komunikasi dengan Menko Marves, Luhut Panjaitan dan beberapa kementerian lainnya telah dijajaki dengan intens. “Mudah-mudahan bisa segera kita realisakan”, ucap Gubernur yang direncanakan akan mengadakan kunjungan kerja ke kabupaten Kepulauan Mentawai.
Staf Ahli Bupati Mentawai, Zulfikar menyampaikan salam dan permintaan maaf Bupati Yudas Sabaggalet yang tidak bisa hadir karena sedang mengadakan kunjungan kerja ke Sikakap. Sedangkan Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Desti Seminora dengan lugas dan tangkas mempresentasikan kondisi terkini Mentawai pasca pandemi Covid 19. Sebagai tujuan andalan pariwisata turis mancanegara, keadaan yang telah berlangsung lebih satu tahun ini sangat memukul perekonomian Mentawai, meski kondisi yang sama juga dialami oleh Sumatera Barat dan Indonesia, bahkan dunia internasional. Sekalipun demikian, Desti optimis dengan segala potensi yang ada, termasuk sektor perikanan dan pertanian Mentawai, mampu bangkit. Kata kuncinya tentu dukungan pemerintah pusat dan propinsi.
Diacara yang di antar Ahmad Siddiq, SP (Ketua DPTD PKS Mentawai) menampilkan sejumlah narasumber dan pakar, baik dari kalangan akademisi, pelaku usaha, aktivis, budayawan, tokoh pemuda hingga jurnalis. Prof Dr. Deddi Prima Putra (Rektor Unidha), Novrial, SE, MA.Ak (Kadis Pariwisata Sumbar), Dr. Ir. Novian Jamil, M.Sc (BKP Sumbar), Dr. Ir. Feri Arlius (Dekan Fateta Unand) dan Dr. Wirdanengsih, M.Si (Ketua PKKL UNP) secara bergantian menyampaikan presentasi. Sementara Team Penyusun RPJMD Sumbar sekaligus Pelaku Usaha Pariwisata M. Zuhrizul bersama Budayawan Edy Utama, Ketua Forum Mahasiswa Mentawai (FORMA) Heronimus Eko Zebua, pengusaha milenial Rapta Saleleubaja dan Josel Rafi Dansis serta aktivis Tarida Hernawati (YCMM) menyampaikan pandangan dan pengalama tentang Mentawai sesuai dengan perspektifnya masing-masing.
Acara berkonsep interaktif dipandu duet host Deni Pratama (FMM) dan Nofri Yani (YPKM) secara marathon mulai pukul 14.00 sampai beduk maghrib menggema ini, dibungkus dengan ciamik oleh jurnalis senior Sukri Umar. Anggota Dewan Pendidikan Sumatera Barat ini menyimpulkan kegiatan Dialog Publik dan Diskusi Tematik ini sangat sesuai dengan program percepatan pembangunan satu daerah dan pengembangan ekonomi kreatif melalui konsep yang dikenal dalam teori perubahan dengan istilah Pentahelix. Berasal dari kata ‘penta’ atinya lima, sedangkan ‘helix’ berarti jalinan. Sinergi pemerintah (kabupaten dan propinsi), akademisi (Unand, UNP & Unidha), pelaku usaha, komunitas dan media sangat tampak pada kegiatan yang diharapkan bakal menjadi kunci menuju keberhasilan program Kemilau Mentawai ini.
Banyak informasi, pertanyaan dan ide-ide kreatif dihasilkan dari pertemuan lintas sektoral yang dihadiri kombinasi lengkap dari berbagai kalangan masyarakat Mentawai khususnya, Sumatera Barat umumnya. Menurut Inisiator acara Ilhamsyah Mirman, amat mirip dengan Indonesia Lawyer’s Club (ILC) yang pernah tayang di salah satu media nasional. “Sampai nyaris berganti hari ILC belum juga selesai, demikian juga acara kali ini, nyaris sampai beduk berbunyi masih belum tuntas”, ungkap founder RRC Institute. Agar kian mengerucut dan konkrit dalam eksekusi program, direncanakan dalam waktu 2 (dua) bulan akan diadakan pertemuan lanjutan dan pendalaman dengan tuan rumah Mentawai. Sebelumnya akan didahului oleh penajaman skala prioritas oleh team kecil yang akan dilakukan setelah Idul Fitri. *)
Penulis adalah Founder Ranah Rantau Circle (RRC) Institute