
Oleh: Isa Kurniawan
SEWAKTU bersekolah di Kweekschool Bukittinggi, Tan Malaka jatuh hati pada seorang gadis yang satu sekolah dengannya bernama Syarifah Nawawi –anak seorang guru terkenal di Bukittinggi. Tapi sayang seribu kali sayang, Tan bertepuk sebelah tangan. Cinta Tan ditolak.
Setamat sekolah di Bukittinggi, Tan berencana melanjutkan pendidikannya ke Belanda. Sebelum berangkat, keluarga sempat memberikan pilihan kepada Tan. Apakah menerima gelar datuk yang akan diturunkan kepadanya, atau bertunangan dengan gadis pilihan orangtuanya? Tan akhirnya memilih menerima gelar datuk daripada bertunangan.
Sepertinya cinta Tan ke Syarifah sangatlah dalam. Jadilah Tan muda pergi ke Belanda melanjutkan sekolah dengan membawa lara hatinya.
Dari ceritanya, gadis pujaan Tan itu akhirnya kawin dengan seorang bupati di Tanah Pasundan (Jawa Barat). Dan kemudian perkawinan mereka kandas. Berakhir dengan perceraian.
Beberapa perempuan silih berganti hadir di kehidupan Tan. Mulai saat di Belanda. Dalam petualangannya di Asia Timur. Dan saat kembali ke Tanah Air sewaktu Indonesia sudah merdeka.
Apakah Tan sempat bertemu kembali dengan Syarifah setelah 20 tahunan berkelana? Itu yang masih menjadi misteri dari romansa cinta “Bapak Republik” itu.
Tapi sampai akhir hayatnya, Tan masih tetap lajang. Mungkin di samping kesibukan dalam pergerakan yang menyita waktunya, sepertinya cinta pertama itu sangat membekas bagi “Sang Revolusioner“. Cintanya kepada Syarifah, gadis Minang yang jadi pujaan hatinya.
Penulis adalah Pengagum Tan Malaka
(Dari berbagai sumber; Historia)













