ArtMagz
  • Beranda
  • Berita
  • Artikel
  • Opini
  • Advertorial
No Result
View All Result
ArtMagz
  • Beranda
  • Berita
  • Artikel
  • Opini
  • Advertorial
No Result
View All Result
ArtMagz
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita
  • Artikel
  • Opini
  • Advertorial
Home Opini

Sisi Lain Demonstrasi 25-30 Agustus 2025; Belajar dari Kejujuran Rakyat Kecil

Jumat, 05/9/25 | 09:53 WIB
in Opini
0
Post Views: 163
Ibu yang mengembalikan jam tangan mewah Ahmad Sahroni yang diambil anaknya. (Foto : Dok)

Oleh: Novita Sari Yahya
(Penulis dan Peneliti)

BANYAK pelajaran yang didapat dari eskalasi demonstrasi pada tanggal 25-30 Agustus 2025 baru lalu.

Ketika membaca kisah seorang ibu yang mengembalikan jam tangan mewah milik Ahmad Sahroni senilai Rp11 miliar yang diambil anak remajanya saat penjarahan di rumah Sahroni pada 30 Agustus 2025, serta seorang pria yang mengumpulkan barang-barang berserakan di jalanan dari rumah Sri Mulyani dan mengembalikannya, saya tersentuh.

Baca Juga

Festival Agriculture Punggung Kasiak 2025, Padukan Kekuatan Budaya Minangkabau dan Sektor Pertanian

Festival Agriculture Punggung Kasiak 2025, Padukan Kekuatan Budaya Minangkabau dan Sektor Pertanian

Senin, 24/11/25 | 20:34 WIB
DPD RI Minta Biarkan Masyarakat Papua Hidup Tenang di Atas Tanah Milik Mereka

DPD RI Minta Biarkan Masyarakat Papua Hidup Tenang di Atas Tanah Milik Mereka

Senin, 24/11/25 | 20:24 WIB
Reuni Akbar 212 Kembali Digelar di Monas; Revolusi Akhlak untuk Selamatkan NKRI dari Penjahat

Reuni Akbar 212 Kembali Digelar di Monas; Revolusi Akhlak untuk Selamatkan NKRI dari Penjahat

Senin, 24/11/25 | 20:04 WIB

Kisah ini mengajarkan banyak hal tentang kehidupan marhaen dan makna kejujuran bagi rakyat kecil.

Marhaen: Simbol Rakyat Kecil

Istilah “Marhaen” diciptakan Soekarno untuk menyebut rakyat kecil, terinspirasi dari percakapannya dengan seorang petani penggarap.

Marhaen mewakili kelompok terbesar dalam piramida masyarakat Indonesia, seperti petani, nelayan, pedagang kecil, dan buruh. Mereka adalah pekerja keras yang bangun pagi, berkeringat di bawah terik matahari di sawah atau laut, dan berjuang di tengah hujan untuk menjajakan dagangan di jalanan.

Berbicara tentang marhaen membuat hati saya terenyuh. Para pendiri bangsa berjuang untuk menyejahterakan kelompok ini, namun kenyataannya, marhaen sering kali menjadi kelompok terpinggirkan dalam kebijakan negara. Dominasi kapitalisme dan penguasaan sumber daya oleh segelintir pihak membuat mereka terus tertindas.

Pandangan Pendiri Bangsa tentang Marhaenisme

Marhaenisme, konsep yang dikembangkan Soekarno, menggabungkan nasionalisme, sosialisme, dan semangat gotong royong untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.

Berikut pandangan para tokoh pendiri bangsa;

Soekarno: Melihat marhaen sebagai simbol rakyat kecil yang harus dibebaskan melalui Marhaenisme, kombinasi nasionalisme dan sosialisme. Dalam Di Bawah Bendera Revolusi (1959), ia menyatakan, “Rakyat Marhaen harus jujur dan tulus, karena itulah yang membedakan kita dari penjajah yang licik.”

Mohammad Hatta: Menekankan pemberdayaan marhaen melalui koperasi dan ekonomi kolektif. Dalam pidato pada Kongres Pemuda 1928, Hatta berkata, “Kejujuran rakyat kecil adalah modal utama bangsa merdeka; tanpa itu, kemerdekaan hanyalah ilusi.”

Sutan Sjahrir: Berfokus pada pendidikan dan modernisasi untuk memajukan marhaen. Dalam Out of Exile (1949), ia menulis, “Rakyat Marhaen harus belajar kejujuran dari pengalaman penjara Belanda; itu satu-satunya cara menghadapi diplomasi licik.”

Tan Malaka: Melihat marhaen sebagai kekuatan revolusioner. Dalam Madilog (1943), ia menyatakan, “Kejujuran rakyat Marhaen adalah dialektika materialis yang melawan idealisme kosong dan membangun republik.

Sosok Marhaen. (Foto : Ilustrasi)

Marhaenisme dan Konsep Gotong Royong

Marhaenisme menekankan pentingnya gotong royong dalam menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Gotong royong diartikan sebagai kerja sama dan saling membantu untuk mencapai tujuan bersama. Dalam konteks Marhaenisme, gotong royong merupakan salah satu pilar utama dalam membangun masyarakat yang adil dan makmur.

Pelajaran dari Kejujuran Marhaen

Kisah ibu dan pria yang mengembalikan barang curian menggambarkan nilai malu dan batasan yang kini hilang dari banyak pejabat. Pejabat yang korup atau memamerkan kekayaan seharusnya malu, belajar dari marhaen yang hidup sederhana, bekerja keras, dan menjunjung etika.

Mari kita renungkan kutipan Tan Malaka: “Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.”

Kesimpulan

Keempat tokoh pendiri bangsa sepakat bahwa kejujuran marhaen adalah nilai inti perjuangan kemerdekaan dan pembangunan Indonesia. Soekarno menekankan nasionalisme idealis, Hatta berfokus pada ekonomi praktis, Sjahrir pada rasionalitas diplomatis, dan Tan Malaka pada revolusi radikal.

Nilai-nilai ini relevan dalam diskusi anti-korupsi saat ini. Marhaen mengajarkan kita tentang hidup sederhana, kerja keras, dan etika.

————————

Sekilas Penulis

Novita Sari Yahya adalah penulis dan peneliti. Buku-bukunya antara lain; Romansa Cinta, Padusi: Alam Takambang Jadi Guru, Novita & Kebangsaan, Makna di Setiap Rasa: Antologi 100 Puisi Bersertifikat Lomba Nasional dan Internasional, Siluet Cinta, serta Pelangi Rindu

Novita Sari Yahya, Penulis dan Peneliti. (Foto : Dok)

 

(Putrie)

ShareSendShare

Most Viewed Posts

  • Istri Rektor ITP Hendri Nofrianto Berpulang ke Rahmatullah (15,472)
  • Lalai Eksekusi Bupati Pessel, LBH Sumbar akan Laporkan Kejari Painan ke Jamwas dan Komjak (11,745)
  • Klaim Rinaldi sebagai Ketum IKA FMIPA Unand Ditolak Alumni (9,347)
  • Ibunda Tercinta Mulyadi Wafat, Banyak Tokoh Nasional Kirim Karangan Bunga Duka Cita (9,063)
  • Ambulans Sumbangan Warga Padang Ikut Bantu Evakuasi Korban di Palestina (9,026)
  • Mevrizal: Profesi Pengacara Syariah Menggiurkan dan Kian Diminati (8,297)
  • Menakar Peluang DPD RI Dapil Sumbar di Pemilu 2024 (7,380)
  • Memenuhi Syarat, Bacalon DPD RI Hendra Irwan Rahim Dinilai Paling Siap (6,869)
  • Puncak Peringatan Hari Koperasi, Hendra Irwan Rahim: Dua Menteri Bakal Hadir di Sumbar (6,719)
  • DPD RI Bentuk Pansus Guru dan Tenaga Kependidikan Honorer (5,807)

Berita Lainnya

Inyiak Rajo: Pemimpin Baru dan Harapan Baru

‘Ajo JKA Pulang Kampuang’

Jumat, 21/2/25 | 00:37 WIB
‘Raja Penyair’ Pinto Janir Tampil Memukau di Acara Peringatan 20 Tahun Wafatnya Hamid Jabbar

‘Raja Penyair’ Pinto Janir Tampil Memukau di Acara Peringatan 20 Tahun Wafatnya Hamid Jabbar

Kamis, 30/5/24 | 06:00 WIB
‘Raja Penyair’ Pinto Janir: Taman Budaya Sumbar Itu Pengawal Peradaban!

‘Raja Penyair’ Pinto Janir: Taman Budaya Sumbar Itu Pengawal Peradaban!

Jumat, 14/6/24 | 20:18 WIB
“78 Tahun Makmur Hendrik”, Rektor Unand: Kaya akan Nilai Budaya dan Kearifan Lokal

“78 Tahun Makmur Hendrik”, Rektor Unand: Kaya akan Nilai Budaya dan Kearifan Lokal

Kamis, 05/6/25 | 01:41 WIB
“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”, Hary: Unand Dukung Gerakan Berkesenian dan Berkebudayaan

“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”, Hary: Unand Dukung Gerakan Berkesenian dan Berkebudayaan

Jumat, 16/5/25 | 12:12 WIB
“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”: Hamas Apresiasi Komitmen Fadly Amran Terhadap Pemajuan Kebudayaan

“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”: Hamas Apresiasi Komitmen Fadly Amran Terhadap Pemajuan Kebudayaan

Minggu, 11/5/25 | 19:31 WIB
  • Aman Makmur
  • Beranda
  • Tim Redaksi

© 2025 - Amanmakmur.com

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita
  • Artikel
  • Opini
  • Advertorial

© 2025 - Amanmakmur.com