
PADANG, AmanMakmur –— Tidak hanya Amerika, Indonesia juga memiliki Hero yang melanglang buana menegakkan keadilan.
Ya. Itulah Si Bungsu, tokoh sentral dari cerita silat karya Makmur Hendrik yang berjudul “Tikam Samurai”.
Si Bungsu awalnya adalah pemuda kampung yang tak paham beladiri sedikit pun. Dalam hal berkelahi, penakutnya luar biasa. Hanya ada tiga hal yang dia kuasai dengan sangat mahir. 1.Judi. 2. Judi dan 3. Judi!
Namun tatkala ayahnya dibunuh tentara Jepang di depan matanya, ibu serta kakaknya diperkosa dan juga dibunuh, dendam memaksanya belajar secara otodidak mempergunakan samurai yang ditinggal tentara Jepang yang tertancap di dada ayahnya.
Kendati tubuhnya juga luka parah dibabat samurai oleh tentara Jepang yang membunuh ayahnya.
Hampir setahun berlatih di pinggang Gunung Sago, Kabupaten Limapuluh Kota, dia menjadi seorang pengguna samurai yang tangguhnya amat luar biasa, dengan jurus-jurus yang tak terdapat dalam pakem pengguna samurai manapun.
Bersenjatakan samurai yang ditinggal tertancap di dada ayahnya itu, dia membunuh beberapa tentara Jepang yang masih berkuasa di Indonesia.
Juga membunuh orang Minang yang jadi begundal dan Cina yang menjadi mata-mata Jepang.
Dia juga membunuh seorang datuk kepala adat yang memperkosa Mei-Mei, gadis Cina yang dia selamatkan dari dunia pelacuran di Payakumbuh.
Mei-Mei akhirnya meninggal, setelah diperkosa tentara Jepang di daerah Tarok. Gadis itu meninggal ketika Si Bungsu pergi mencari kadi untuk menikahkan mereka.
Dia mencari tentara Jepang itu, dan samurainya menyudahi dendamnya!

Di awal kemerdekaan dia pergi ke Jepang, ke negeri “leluhur samurai”, mencari Kapten Saburo Matsuyama, komandan tentara Jepang yang membunuh ayah, ibu dan kakaknya di desanya, Situjuh Ladang Laweh, di kaki Gunung Sago, Kabupaten Limapuluh Kota untuk membalas dendam.
Di kereta api, dalam perjalanan menuju kota dimana mantan tentara Jepang yang membunuh ayahnya berada, dia membela seorang gadis yang akan dinista oleh sekelompok begundal Jepang.
Dalam perjalanan panjang itu, persahabatan terjalin di antara mereka, bahkan saling jatuh hati. Siapa sangka, gadis itu ternyata adalah anak semata wayang tentara Jepang yang membantai keluarganya!
Ketangguhannya bersamurai diakui oleh Zato Ichi. Legenda samurai yang amat dipuja orang Jepang itu, yang sudah lenyap selama puluhan tahun, secara aneh tiba-tiba bertemu dengan Si Bungsu dalam kasus yang menegangkan.
Dia harus mempertahankan diri dari berbagai kelompok gangster Jepang, di antaranya dari kelompok Kumagaigumi, kemudian Yakuza, yang amat ditakuti di era pendudukan tentara Amerika selepas Perang Dunia II di Negeri Sakura itu.
Tak seorangpun pernah menyangka, dia menundukkan kelompok bandit yang ditakuti di seantero Jepang tersebut.
Jika awalnya dia mencari Saburo, perwira Jepang yang membantai keluarganya, setelah bertemu dia lalu mengurungkan niatnya membunuh Saburo, Saburolah justru yang melakukan seppuku, hara-kiri, karena merasa berdosa, kini ganti dia yang diburu Michiko, anak Saburo yang ditolongnya dari cengkeraman begundal Jepang, gadis yang dia cintai dan mencitai dirinya.
Michiko berdendam karena ayahnya hara-kiri karena kesalahan Si Bungsu.
Michiko mencarinya sampai ke Indonesia. Namun dia terluka ketika terjebak dalam penyergapan yang dilakukan tentara PRRI di Lembah Anai.

Dalam kondisi kritis, dia diselamatkan oleh pilot helikopter berkebangsaan Amerika, yang menyelusup ke kaki Gunung Singgalang, mendrop senjata untuk PRRI.
Dia membawa Michiko ke basecamp-nya di sebuah tempat di Singapura, kemudian ke Amerika, untuk menyelamatkan gadis itu dari keadaan kritis.
Si Bungsu menyusul ke Amerika, namun gadis itu ternyata sudah menikah dengan pilot yang menyelamatkan nyawanya.
Si Bungsu menerima tawaran seorang miliuner Amerika, untuk mencari anak gadisnya yang bertugas sebagai perawat dan hilang dalam perang di Vietnam.
Di sana, neraka perang Vietnam menantinya. Kendati berhasil menyelamatkan lima tentara Amerika, termasuk si perawat. Namun Si Bungsu harus membayar mahal, tertawan oleh tentara Vietnam yang terkenal bengis.
Dari semula hanya ingin membalas dendam, hidup sebatang kara dan menyaksikan banyak sekali ketidakadilan, keadaanlah yang memaksa anak Minang dari desa terpencil di kaki Gunung Sago itu muncul sebagai super hero di berbagai belahan bumi.
Menjadi pembela pihak yang lemah dan tertindas. Meski untuk itu dia terpaksa membunuh banyak orang, tak peduli apa bangsanya.
Ya tentara Australia, ya tentara Vietnam, ya Jepang, ya tentara Amerika, bahkan orang kampungnya sekalipun.
(Tan)