ArtMagz
  • Beranda
  • Berita
  • Artikel
  • Opini
  • Advertorial
No Result
View All Result
ArtMagz
  • Beranda
  • Berita
  • Artikel
  • Opini
  • Advertorial
No Result
View All Result
ArtMagz
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita
  • Artikel
  • Opini
  • Advertorial
Home Opini

PLO vs Hamas: Dua Jalan Perjuangan Palestina yang Belum Bertemu

Sabtu, 19/7/25 | 20:01 WIB
in Opini
0
Post Views: 92
Irdam Imran, Alumni FISIP Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan, Angkatan 1985. (Foto : Dok)

Oleh: Irdam Imran
(Alumni FISIP Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan, Angkatan 1985)

SEJAK muda, saya menjadikan Yasser Arafat sebagai tokoh idola. Bukan hanya karena kefasihannya dalam diplomasi atau kharismanya sebagai pemimpin rakyat tertindas, tapi karena keyakinannya bahwa kemerdekaan harus diraih tanpa kehilangan legitimasi moral dan politik.

Arafat mengajarkan bahwa sekalipun tanah kita direbut, kehormatan perjuangan tak boleh dilepas.

Baca Juga

Festival Agriculture Punggung Kasiak 2025, Padukan Kekuatan Budaya Minangkabau dan Sektor Pertanian

Festival Agriculture Punggung Kasiak 2025, Padukan Kekuatan Budaya Minangkabau dan Sektor Pertanian

Senin, 24/11/25 | 20:34 WIB
DPD RI Minta Biarkan Masyarakat Papua Hidup Tenang di Atas Tanah Milik Mereka

DPD RI Minta Biarkan Masyarakat Papua Hidup Tenang di Atas Tanah Milik Mereka

Senin, 24/11/25 | 20:24 WIB
Reuni Akbar 212 Kembali Digelar di Monas; Revolusi Akhlak untuk Selamatkan NKRI dari Penjahat

Reuni Akbar 212 Kembali Digelar di Monas; Revolusi Akhlak untuk Selamatkan NKRI dari Penjahat

Senin, 24/11/25 | 20:04 WIB

Dalam sejarah panjang perjuangan Palestina, Arafat tampil sebagai wajah diplomasi. Lewat PLO (Palestine Liberation Organization). Ia membawa suara Palestina ke panggung dunia, dari mimbar PBB hingga meja perundingan di Oslo.

Ia tahu bahwa dunia hanya mau mendengar mereka yang bisa bicara dalam bahasa diplomasi, bukan hanya bahasa senjata.

Namun, tidak semua rakyat Palestina merasakan hasil dari diplomasi itu. Dari puing-puing Gaza, lahirlah Hamas, dengan pendekatan yang jauh berbeda. Mereka tak percaya lagi pada kompromi. Bagi Hamas, pendudukan hanya bisa dilawan dengan kekuatan, bukan perundingan. Mereka percaya bahwa musuh hanya menghormati kekuatan, bukan kesepakatan.

Dua Jalan, Satu Tujuan

Yasser Arafat memilih jalan sulit: membangun kepercayaan global, menerima kompromi politik, bahkan dituduh “terlalu lunak” oleh bangsanya sendiri. Tapi warisan Arafat adalah fondasi negara Palestina modern—lembaga, paspor, perwakilan resmi di dunia internasional.

Hamas memilih jalan lain: mengangkat senjata, menolak kesepakatan, dan bertahan di medan perang. Mereka menjadi simbol perlawanan keras, tetapi juga membawa Gaza ke dalam penderitaan panjang: blokade, kehancuran, dan isolasi.

Diplomasi Tanpa Hasil vs Perang Tanpa Akhir

Pertanyaannya: apakah diplomasi Arafat gagal? Ataukah perlawanan Hamas terlalu mahal? Rakyat Palestina, yang menjadi korban dari keduanya, mungkin punya jawabannya. Mereka lelah menunggu hasil dari perundingan yang tak kunjung selesai. Tapi mereka juga lelah menyaksikan anak-anak mereka mati karena bom dan peluru.

Saya percaya bahwa perjuangan bangsa yang besar membutuhkan sintesis—bukan dikotomi. Diplomasi tanpa kekuatan dianggap lemah. Tapi kekuatan tanpa arah politik justru menjauhkan dari kemerdekaan yang sejati.

Palestina Butuh Kesatuan

Hari ini, ketika dunia kembali melihat Gaza terbakar, suara Arafat seolah bergema: “Mereka membawa kita ke meja perundingan tanpa tanah di bawah kaki kita.” Dan di sisi lain, Hamas pun berseru: “Tak ada martabat dalam negosiasi saat rakyat terus dibantai.”

Dua suara ini harus dipertemukan. Bukan untuk saling meniadakan, tapi untuk saling melengkapi. Palestina butuh arah politik yang cerdas, tapi juga butuh ketegasan untuk tidak tunduk pada penjajahan.

Sebagai alumni HI dan saksi sejarah dari kejauhan, saya hanya bisa mengajak kita semua untuk lebih peka. Palestina bukan sekadar isu kemanusiaan—ia adalah cermin dunia: apakah kita masih peduli pada keadilan, atau hanya peduli pada siapa yang kuat.

Yasser Arafat tetap menjadi idola saya. Tapi perjuangan Palestina hari ini menuntut lebih dari sekadar nostalgia. Ia menuntut keberanian baru, persatuan baru, dan narasi baru—agar suatu hari nanti, bangsa Palestina tak perlu memilih antara diplomasi yang tak didengar, atau perang yang tak kunjung menang.

#FreePalestine #SolidaritasTanpaSyarat #YasserArafatLivesOn *)

ShareSendShare

Most Viewed Posts

  • Istri Rektor ITP Hendri Nofrianto Berpulang ke Rahmatullah (15,472)
  • Lalai Eksekusi Bupati Pessel, LBH Sumbar akan Laporkan Kejari Painan ke Jamwas dan Komjak (11,745)
  • Klaim Rinaldi sebagai Ketum IKA FMIPA Unand Ditolak Alumni (9,347)
  • Ibunda Tercinta Mulyadi Wafat, Banyak Tokoh Nasional Kirim Karangan Bunga Duka Cita (9,063)
  • Ambulans Sumbangan Warga Padang Ikut Bantu Evakuasi Korban di Palestina (9,026)
  • Mevrizal: Profesi Pengacara Syariah Menggiurkan dan Kian Diminati (8,297)
  • Menakar Peluang DPD RI Dapil Sumbar di Pemilu 2024 (7,380)
  • Memenuhi Syarat, Bacalon DPD RI Hendra Irwan Rahim Dinilai Paling Siap (6,869)
  • Puncak Peringatan Hari Koperasi, Hendra Irwan Rahim: Dua Menteri Bakal Hadir di Sumbar (6,719)
  • DPD RI Bentuk Pansus Guru dan Tenaga Kependidikan Honorer (5,807)

Berita Lainnya

Inyiak Rajo: Pemimpin Baru dan Harapan Baru

‘Ajo JKA Pulang Kampuang’

Jumat, 21/2/25 | 00:37 WIB
‘Raja Penyair’ Pinto Janir Tampil Memukau di Acara Peringatan 20 Tahun Wafatnya Hamid Jabbar

‘Raja Penyair’ Pinto Janir Tampil Memukau di Acara Peringatan 20 Tahun Wafatnya Hamid Jabbar

Kamis, 30/5/24 | 06:00 WIB
‘Raja Penyair’ Pinto Janir: Taman Budaya Sumbar Itu Pengawal Peradaban!

‘Raja Penyair’ Pinto Janir: Taman Budaya Sumbar Itu Pengawal Peradaban!

Jumat, 14/6/24 | 20:18 WIB
“78 Tahun Makmur Hendrik”, Rektor Unand: Kaya akan Nilai Budaya dan Kearifan Lokal

“78 Tahun Makmur Hendrik”, Rektor Unand: Kaya akan Nilai Budaya dan Kearifan Lokal

Kamis, 05/6/25 | 01:41 WIB
“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”, Hary: Unand Dukung Gerakan Berkesenian dan Berkebudayaan

“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”, Hary: Unand Dukung Gerakan Berkesenian dan Berkebudayaan

Jumat, 16/5/25 | 12:12 WIB
“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”: Hamas Apresiasi Komitmen Fadly Amran Terhadap Pemajuan Kebudayaan

“78 Tahun Sang Maestro Penulis Indonesia Makmur Hendrik”: Hamas Apresiasi Komitmen Fadly Amran Terhadap Pemajuan Kebudayaan

Minggu, 11/5/25 | 19:31 WIB
  • Aman Makmur
  • Beranda
  • Tim Redaksi

© 2025 - Amanmakmur.com

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita
  • Artikel
  • Opini
  • Advertorial

© 2025 - Amanmakmur.com