
Oleh: Irdam Imran
(Mantan Birokrat Parlemen Senayan, Aktivis Aksi Bersama Anies Baswedan)
PAOLO FREIRE, tokoh pendidikan asal Brasil, pernah menyampaikan peringatan keras: “Semakin rendah kesadaran politik sebuah masyarakat, semakin mudah mereka dimanipulasi oleh orang yang tidak ingin kehilangan kekuasaannya.”
Kutipan ini begitu relevan dalam konteks demokrasi kita hari ini. Ketika rakyat tidak lagi peduli terhadap urusan politik, saat itulah kekuasaan mulai berjalan tanpa rem, tanpa kontrol, dan tanpa batas.
Banyak orang merasa alergi terhadap politik. Mereka menganggapnya sebagai dunia kotor, penuh intrik, dan jauh dari urusan sehari-hari. Ironisnya, sikap apatis ini justru membuka peluang bagi segelintir elit untuk menguasai sistem, mengendalikan narasi, dan memanipulasi aturan demi memperpanjang kekuasaannya.
Politik tidak pernah netral. Ia selalu berdampak: pada harga bahan pokok, akses pendidikan, lapangan kerja, dan bahkan masa depan anak-anak kita. Ketika kesadaran politik rakyat rendah, keputusan-keputusan penting dibuat tanpa partisipasi publik, tanpa transparansi, dan tanpa akuntabilitas.
Inilah saatnya kita membalikkan keadaan. Kesadaran politik harus tumbuh dari akar rumput. Bukan melalui jargon elite, melainkan dari ruang-ruang hidup rakyat: dari warung kopi, mushalla, pasar tradisional, hingga media sosial. Kita harus mendidik masyarakat bahwa menjadi warga negara berarti ikut bertanggung jawab atas arah bangsa.
Gerakan perubahan tidak bisa hanya mengandalkan satu tokoh atau satu momentum politik. Ia membutuhkan rakyat yang sadar, berdaya, dan siap mengambil bagian. Aksi Bersama Anies Baswedan (ABAH) yang saya ikuti adalah bagian dari upaya kolektif untuk membangkitkan kesadaran tersebut. Bukan sekadar mendukung figur, tapi membangun gerakan yang menjunjung etika, partisipasi, dan idealisme.
Kesadaran politik rakyat adalah benteng terakhir demokrasi. Tanpa itu, pemilu hanya akan menjadi pesta lima tahunan tanpa makna. Tanpa itu, rakyat akan terus menjadi objek, bukan subjek dalam perjalanan bangsa.
Mari kita bangun kesadaran ini bersama. Karena hanya rakyat yang sadar yang mampu berkata cukup kepada kekuasaan yang menindas. *)












