PADANG, AmanMakmur —Tepuk tangan membahana mengiringi Walikota Padang Hendri Septa ketika membacakan puisi dengan judul “Padang Kotaku” karya ‘Papa’ Rusli Marzuki Saria, Minggu (5/5/2024), di Palanta Rumah Dinas Walikota Padang Jl A Yani Padang.
Dengan penjiwaan yang pas, Hendri Septa berhasil membawakan puisi yang mengisahkan kecintaan seorang warga terhadap kotanya itu.
Hendri Septa bukan saja membacakan puisi “Padang Kotaku” yang ditulis oleh ‘Papa’ Rusli Marzuki Saria pada tahun 1975 itu yang dalam bahasa Indonesia-nya saja, tetapi yang versi bahasa Inggris-nya pun dibacakan.
“Ini baru saya baca puisi. Biasanya kan berkeseniannya main drum. Tetapi karena puisi Papa Rusli ini cocok syairnya, apalagi mengenai Kota Padang, ya penghayatannya lebih pas,” tutur walikota.
“Dan lagi, saya itu lahir, besar dan hidup di Padang,” tukuk walikota yang baru saja dilewakan sebagai panghulu/niniak mamak di Lubuk Begalung dengan gelar Datuak Alam Batuah.
Adapun pembacaan puisi ini dilakukan saat acara Diskusi Budaya yang difasilitasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Padang, serta sekaligus penyerahan penghargaan dari Walikota Padang kepada penyair Indonesia asal Ranah Minang, ‘Papa’ Rusli Marzuki Saria.
“Kalau begini baca puisi Walikota Hendri Septa, sudah sama dengan penyair yang sebenarnya,” ujar Dr Hermawan, sastrawan yang merupakan dosen Universitas Rokania Rokan Hulu Riau, salah seorang Presidium FPS (Forum Perjuangan Seniman) Sumbar, mengapresiasi penampilan Walikota Hendri Septa.
Selain Walikota Hendri Septa, ikut pula membaca puisi, ‘Papa’ Rusli Marzuki Saria dengan puisi yang sama dengan walikota, yakni “Padang Kotaku“. Kemudian penyair senior Syarifudin Arifin dengan “Beri Aku”, serta Fauzul el Nurca membawakan puisi “Beri Aku Tambo Jangan Sejarah”. Puisi-puisi tersebut merupakan karya dari ‘Papa’ Rusli Marzuki Saria.
Ikut mendampingi Walikota Hendri Septa, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Padang Yopi Krislova.
Kemudian, di samping ‘Papa’ Rusli Marzuki Saria, Dr Hermawan, Syarifudin Arifin dan Fauzul el Nurca, hadir pula dari kalangan seniman/wartawan di antaranya Yurnaldi, Yusrizal KW, Isa Kurniawan, Saribulih, Sandy Sitia, Ikhsan Santana, dan lainnya.
Sekilas Rusli Marzuki Saria
Rusli Marzuki Saria, atau akrab dipanggil dengan Papa, merupakan penyair modern Indonesia yang bernafas panjang. Ia pejuang PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia), anggota Mobile Brigade/Polisi Brimob. Pernah menjadi Anggota DPRD Padang dan wartawan Harian Haluan sejak harian itu berdiri.
Rusli Marzuki Saria sudah menerima berbagai penghargaan, antara lain Penghargaan Sastra dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 1997, Penghargaan Tuah Sakato dari Pemprov Sumbar tahun 2008, dan Penghargaan Sastra ASEAN dari Kerajaan Thailand (SEA Write Award) tahun 2017, melalui karya Sendiri-sendiri, Sebaris sebaris (Penerbit Kabarita, 2017).
Puisi Padang Kotaku
PADANG KOTAKU
(Rusli Marzuki Saria)
Padang kotaku. Suatu waktu nanti takkan lagi terdengar terompa kuda /
Padang kotaku. Suatu hari nanti takkan lagi dengar ringkik kuda /
Padang kotaku. Takkan lagi bermimpi derak-derik /
Leguh legah pedati dan genta /
Padang kotaku. Nanti takkan lagi terisak /
Dari perjalanan jauh yang lama /
Gedebur ombak Purus menghiba, kuning air Muara /
Dan kapal-kapal kecil di senja /
Dan aku tak melupakanmu, Gunung Padangku, taman Siti Nurbaya /
Meriam Jepang serta kuburan Tionghoa /
Panasmu lusuhkan kemeja, deru badaimu /
Angin lengkisaumu dan masa lampaumu /
Aku tak bersedih karena semuanya ini /
Sebab; telah menggelitik bawah sadarku sampai aku jatuh cinta /
Bila aku tiada lagi nanti Padang kotaku, jangan bersedih /
Bagai mentari tenggelam di balik lautmu
1975
(Ika)