
MENCARI sosok yang sebenar Minang, salah satu patronnya adalah Tan Malaka, yakni pandai bersilat dan mengaji (waktu kecil di kampungnya Tan Malaka belajar silat dan mengaji di surau yang ada di depan rumahnya di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Kabupaten Limapuluh Kota).
Tan Malaka itu seorang avonturir (merantau) dan mengutamakan pendidikan. Umur 16 tahun Tan sudah merantau ke Belanda untuk melanjutkan sekolah.
Kemudian Tan itu seorang penulis (mampu menuangkan pikirannya dalam bentuk tulisan-tulisan/sajak/prosa), visioner (pandangan jauh ke depan, dimana Tan jauh-jauh hari sudah mengeluarkan buah pikirnya tentang Republik Indonesia).
Dan juga seorang pionir (pelopor), cerdik (panjang akal), independen (merdeka dalam berpikir), “tulang punggung yang lurus” atau tidak terbiasa membungkuk pada seseorang, dan “jiwa pemberontak” dalam artian melawan penindasan dan ketidakadilan.
Kemudian, salah satu yang semakin memperkuat Tan itu sosok Minang Sejati adalah dengan gelar datuk yang disandangnya, yakni Datuk Tan Malaka. Kalau di Minang, sudah bergelar datuk, maka nama kecilnya tidak dipanggil lagi. Nama kecil Tan itu Ibrahim, jadi nama lengkap Tan adalah Ibrahim Datuk Tan Malaka. Tidak banyak “orang pergerakan” dari Ranah Minang yang bergelar datuk, dan Tan adalah salah satu yang diberi amanah sebagai pemimpin kaumnya juga.
Sebagai manusia, dan orang Minang, Tan tentu jauh dari sempurna, sebab kesempurnaan itu hanya milik Allah. Tetapi Tan telah menunjukkan kepada kita bagaimana sesungguhnya orang Minang Sejati itu.
Hari ini, 21 Februari 2022, genap “73 Tahun Wafatnya Tan Malaka”, dan mari kita tafakur sejenak untuk mengirim Alfatihah kepada “Sang Revolusioner“.
Penulis adalah Pengagum Tan Malaka.
https://historia.id/politik/articles/hari-ini-adalah-hari-kematian-tan-malaka-6kRrj













