
PADANG, AmanMakmur-—Festival Sastra Internasional Gunung Bintan 2024, atau FSIGB, merupakan salah satu iven sastra internasional bergengsi yang paling ditunggu-tunggu oleh para penyair dan sastrawan dari pelbagai tempat di tanah air, dan dari manca negara, pada setiap akhir tahun.
Iven ini tak hanya menyajikan gelar pertunjukan seni, diskusi sastra, peluncuran buku karya dari penyair yang lolos kurasi, mengunjungi lokasi bersejarah budayap ataupun sastra di kepulauan setempat, juga sebagai silaturahmi bersama antar sesama seniman dan sastrawan yang hadir.
FSIGB merupakan acara tahunan masyarakat sastra yang diinisiasi oleh tokoh sastrawan dan budayawan terkemuka, Datuk Ridha K Liamsi.
Kegiatan FSIGB pada tahun ini, selain meneruskan agenda rutin tahunan, juga digelar dalam rangka memperingati hari jadi ke 22 tahun, Provinsi Kepri.
Diselenggarakan atas kerjasama tak hanya oleh pemerintah daerah setempat, Dinas Kebudayaan Tanjung Pinang, dan Yayasan Sagang.
Pada tahun sebelumnya, diketahui juga melibatkan institusi Kementerian Agama Tanjung Pinang, serta perguruan tinggi setempat. Biasanya, tak kurang dari seratusan penyair akan hadir meramaikan sekaligus mengisi acara.
Tahun ini, FSIGB akan diadakan pada tanggal 24-29 September, dengan mata acara utama, peluncuran 100 buku puisi karya para peserta, lalu melakukan ziarah budaya ke Kota Rebah, sebagaimana disampaikan oleh Ketua Panitia, Datuk Seri Lela Budaya, dan Ridha K Liamsi, penyelenggaraan FSIGB mengambil tema “Memperkukuh dan Memperkasa Persaudaraan Sesama Penyair (Ukhuwah Assyu’ra)”.
Ridha yang juga dikenal sebagai tokoh pers nasional, berharap FSIGB memberi konstribusi bagi dunia kepenyairan agar tetap kukuh, hidup dan berkembang. Sehingga mampu membangun komunitas sastra yang dinamis dan produktif.
Sebagaimana biasa tahun sebelumnya, penyair dan sastrawan dari Sumatera Barat, negeri yang dikenal dengan negeri kata-kata, juga ikut diundang untuk meramaikan.

Yeyen Kiram, salah seorang penyair perempuan yang selalu hadir diundang khusus dalam iven perhelatan ini sejak 2018 lalu.
“Besar harapan iven ini tak hanya menumbuhkan apresiasi yang lebih luas lagi bagi iklim sastra dan perpuisian di tanah air. Namun terutama adalah, pengalaman kami yang hadir nantinya bisa dialih wacana kan ke daerah kita masing-masing, untuk lebih menghidupkan dan menyuburkan dunia kesusastraan setempat,” ujar Yeyen Kiram, Rabu (11/9/2024).
Selain Yeyen Kiram, juga diundang khusus, Dr. Endut Ahadiat, Dr. Hermawan An, Dr. Hasanuddin WS, Syarifuddin Arifin yang dikenal sebagai penyair lintas negara, dan penyair M. Ibrahim Ilyas.
“Besar harapan, kehadiran kami di iven sastra internasional ini, sekiranya bisa menyentuh pejabat pemerintahan kita, untuk juga memperhatikan iklim kesusastraan di Sumatera Barat,” ungkap Yeyen Kiram, yang pada iven ini tahun ini, menyertakan lima puisinya.
Dan, sekaligus meluncurkan antologi biografinya bersama beberapa penulis dari pelbagai provinsi lainya, berjudul “Dibalik Layar”.
Sebagai perbandingan, pada bidang olahraga pemerintah bersedia habis-habisan memberi apresiasi dan kesempatan. “Sedangkan kita di bidang seni seperti ini, mesti berjuang sendiri-sendiri dahulu,” ujar aktivis perempuan yang juga pernah diundang menghadiri Banda Neira Festival, pada tahun 2017 lalu, sebagai pembicara.
Semoga, harap Yeyen, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, bisa lebih baik lagi dalam mengapresiasi dunia kesusastraan ini.
(yk)