
PADANG, AmanMakmur —Penyair kaliber ASEAN Syarifuddin Arifin dan Fauzul el Nurca bakal tampil di acara Peringatan 88 Tahun Rusli Marzuki Saria yang dilaksanakan oleh Kapas (Komunitas Pemerhati Sumbar) dan Hamas (Himpunan Media Sumbar), hari Selasa tanggal 27 Februari 2024 pukul 14.00-17.30 Wib, bertempat di Hotel Daima Jl Sudirman Padang.
Menurut pelaksana acara Isa Kurniawan, kedua penyair senior Ranah Minang tersebut, Syarifuddin Arifin dan Fauzul el Nurca, sudah menyatakan kesediaannya untuk ikut ambil bagian membaca puisi dalam rangka memperingati 88 tahun Rusli Marzuki Saria “Papa”.
“Alhamdulillah, kedua penyair kondang Ranah Minang, Bang Syarifuddin dan Pak El, siap untuk membacakan puisi karya Papa Rusli,” ujar Isa, Sabtu (10/2/2024)
Lanjut Isa, keduanya pernah sama-sama tampil membacakan puisi karya masing-masing saat acara Peringatan 40 Tahun Ery Mefri Berkarya di bulan November 2023 lalu, dimana Syarifuddin membacakan “Gunung yang Angkuh“, dan Fauzul, “Ini Negeriku“.
Secara terpisah, ketika diminta komentarnya oleh amanmakmur.com mengenai keikutsertaan di acara Peringatan 88 Tahun Rusli Marzuki Saria, keduanya senada menyampaikan, mudah-mudahan ini bisa menjadi kado ulang tahun bagi Rusli Marzuki Saria “Papa”.

Sudah Kenal Lama
Disampaikan Syarifuddin Arifin, ia sudah kenal lama dengan Rusli Marzuki Saria, yang akrab disapa dengan Papa. “Papa itu saya kenal di tahun 1970an. Bertubuh ramping, tinggi dan rambutnya bergombak”, ujarnya.
Papa itu, lanjut Syarifuddin, kesehariannya sangat sederhana, kemana-mana selalu jalan kaki, meski pun ia menjadi Anggota DPRD Padang saat itu, yakni di tahun 1990an.
Syarifuddin Arifin yang merupakan Presiden Ziarah Kesenian Nusantara (ZKN) Indonesia ini menyebutkan Papa itu beberapa kali jadi bendahara di Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumbar dan Dewan Kesenian Sumatera Barat (DKSB).
Syarifuddin mengisahkan saat ia mengikuti Pertemuan Sastrawan Nusantara (PSN) 1989 di Johorbaru Malaysia, dimana ketika itu Papa menyodorkan kuitansi untuk dia tandatangani, lalu memberikan amplop.
“Ini penggantian tiket dan belanjamu,” kata Syarifuddin menirukan ucapan Papa saat itu.
“Ya, ketika itu saya ke Malaysia bersama Grup Musik Pentas Sakral yang show di Kuala Lumpur dan Melaka. Lalu saya meluncur ke Johor. Eh, ternyata tiket saya diganti oleh DKSB, yang bendaharanya Papa Rusli Marzuki Saria,” kenang penerima Anugerah Utama Puisi Dunia dari Numera Malaysia ini.
Kemudian ditambahkan Syarifuddin, pada tahun 1987-2001, ia mengabdi di Harian Haluan sebagai wartawan, dimana ketika itu Papa merupakan Redaktur Budaya dan ruang Remaja Minggu Ini di Haluan Minggu.
“Papa tidak suka saya jadi wartawan, karena setiap hari diburu dead line. Tulisan jadi amburadul, asal jadi,” tutur pria kelahiran 1956 ini.
“Jaan manulih berita juo lai. Tulisan kariang indak badagiang. Tulihlah cerpen atau puisi gai,” ucap Syarifuddin, menirukan kata-kata Papa saat itu.
Penulis novel Menguak Atmosfir yang dimuat secara bersambung di majalah wanita Kartini ini menyampaikan bahwa Papa Rusli tidak suka pula ketika ia direkrut menjadi PNS di Taman Budaya, karena alasannya akan terjebak dengan rutinitas kewajiban PNS.
“Pai lah ka Mentawai tu agak 3 bulan. Dah tu tulih, buek novel,” kata Syarifuddin, menyampaikan anjuran Papa kepadanya.
Menurut Syarifuddin lagi, diam-diam ia merasakan kalau Papa memperhatikan tulisannya. Dan ia sering ditugasi untuk mewawancarai pakar budayawan seperti Chaidir Anwar, AA Navis, NH Dini, Muchtar Lubis, dan lainnya, yang dimuat di ruang Budaya Harian Haluan, setiap Selasa.
“Saya menulis cerpen yang dimuat di beberapa harian dan majalah terbitan Jakarta. Oleh Papa saya direkomendasi agar bisa ikuti Lokakarya Penulisan Cerpen yang ditaja Majalah Sastra Horison dan majalah budaya Basis,” pungkasnya.

Penghargaan untuk Seniman
Sementara itu, Fauzul el Nurca melihat acara yang digagas Kapas dan Hamas dapat menjadi sentilan bagi Pemprov Sumbar yang semestinya menginisiasi dan memfasilitasi kegiatan berkesenian seperti ini.
“Sudah seharusnya dipikirkan oleh Pemprov Sumbar melalui Dinas Kebudayaan untuk memberikan Anugerah Sastra bagi para seniman/budayawan, khususnya sastrawan. Itu nan mestinya terjadi, sebagai wujud perhatian dan peran pemerintah daerah terhadap kebudayaan, berkenaan keberadaan, dedikasi, dan sumbangsih karya para sastrawan bagi daerah ini,” ujar Fauzul.
Saatnya pelaku-pelaku seni, khususnya sastra, yang telah berbuat banyak buat daerahnya diberikan apresiasi oleh pemerintah daerah.
Dan “Papa” Rusli Marzuki Saria yang bulan ini genap berusia 88 tahun, sebut Fauzul, jelas layak untuk itu. “Banyak penyair yang beliau ‘bidani’ kelahirannya, berkat perhatian dan kesempatan yang beliau berikan melalui ruang budaya suratkabar Harian Haluan yang beliau gawangi,” tukas Fauzul.
(Putrie)