PADANG, AmanMakmur –—Forum Perjuangan Seniman Sumatera Barat (FPS-Sumbar) menggelar Diskusi Budaya dengan tema; Setahun Panggung Ekspresi Seniman, di Galeri Taman Budaya Sumbar, Jl Diponegoro Padang, Rabu (27/12/2023).
Tampil sebagai narasumber, Dr Yulizal Yunus Dt Rajo Bagindo, Pengajar Sastra, Budaya Minangkabau serta Kebudayaan Masyarakat Indonesia di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang, dan Syarifuddin Arifin, Presidium FPS Sumbar.
Menurut Yulizal Yunus, masa satu tahun belum lah seberapa, tapi gema aktivitas FPS Sumbar sudah jauh melewati batas-batas nagari.
“Gerakan ini bukan gerakan senyap. Tapi gerakan yang lantang. Suaranya bergema. Dan ini menjadi sebuah gong bagi pemajuan seni dan budaya di Sumbar, yang menginspirasi sampai ke nagari-nagari,” ucap Yulizal.
Yulizal memandang FPS Sumbar merupakan wadah pemersatu bagi para seniman dan budayawan Sumbar di dalam memperjuangkan eksistensi berkesenian.
“Setahun ini FPS Sumbar sudah menggelar panggung ekspresi. Dan ini dapat dipandang sebagai spektrum mendinamisasi perjuangan di Sumbar dari aspek seni,” ujar Yulizal.
“Gerakan ini bukan untuk ditakuti, tapi banyak juga yang takut,” imbuhnya.
Padahal, sebut Yulizal, dalam pergerakannya, ia melihat FPS Sumbar sebatas melakukan kritik, menawarkan ide dan gagasan dalam memberi arah kebijakan untuk seni.
Yulizal mengkilasbalik munculnya FPS Sumbar ini, yakni berangkat dari kegelisahan seniman yang dipicu oleh fenomena adanya semacam gerakan sumbang, dimana rumah seniman terganggu.
“Ada rencana Zona C Gedung Kebudayaan Sumbar akan dikonversi menjadi hotel berbintang. Kemudian lahir lah petisi seniman untuk menggugat,” terangnya.
Setelah seniman duduk bersama dengan Gubernur Sumbar Mahyeldi, keluar pernyataan tidak akan ada pembangunan hotel berbintang. Pernyataan inilah yang dikawal oleh para seniman.
Selanjutnya, lahirlah wadah FPS Sumbar, yang kemudian melakukan kritik-kritik dan mengadakan panggung ekspresi. Dan saat ini perjalanannya sudah satu tahun.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Syaifullah, dalam sambutannya mengatakan bahwa mengenai permasalahan pembangunan Gedung Kebudayaan Sumbar, pemerintah bukan dalam posisi berhadap-hadapan dengan para seniman.
“Diskusi yang diadakan FPS Sumbar ini, merupakan bagian dari dialektika untuk pengembangan seni dan budaya di Sumbar. Dan kami siap berdialog apa saja yang menjadi aspirasi dari seniman,” ujarnya.
Diskusi yang dipandu Dr Hermawan An ini turut dihadiri Anggota DPRD Sumbar Hidayat, Presidium FPS Sumbar Ery Mefri, Rusli Marzuki Saria “Papa”, dan para seniman lainnya.
(Ika)