HARI MINGGU yang diwarnai hujan rintik pada pagi jelang siang, menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh aktivis perempuan Minang yang tergabung dalam organisasi Bundo Kanduang Mancanegara (BKM). Mereka bertungkus lumus membahas isu menarik yang menyangkut langsung peri kehidupannya. Mengangkat tema acara ‘Esensi, Peran dan Penguatan Posisi Bundo Kanduang dalam Dinamika Kehidupan Hari ini’.
Nyaris tidak ada penjuru di muka bumi yang absen mengirimkan wakilnya mengikuti acara ini. Dari Amerika Serikat, Negeri Belanda, Jepang, Malaysia, Australia, selain di berbagai daerah rantau Nusantara serta tuan rumah ranah Minang, termasuk sejumlah kaum pria, terlibat aktif dalam zoom meeting yang berlangsung sejak pukul 09.00 WIB.
Webinar yang dilaksanakan oleh Bidang Adat Istiadat BKM bekerjasama dengan Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas (Unand) ini menampilkan pembicara Ustadz H Mulyadi Muslim Datuak Said Marajo Nan Putiah, Lc, MA, (Pimpinan Perguruan Ar Risalah) dan Bundo Dr Zurmailis, MA (Dosen FIB Unand) dengan moderator Bundo Dr Wirdanengsih, MSi (Ketua Bidang Adat Istiadat BKM).
Acara yang dibuka oleh Ketua Umum BKM Bundo Dra Nurbaiti McKosky, MS (Chem), MS (FST), diikuti oleh hampir 200 peserta, pengurus, anggota maupun peserta dari berbagai perguruan tinggi dan organisasi masyarakat Minang.
Pada pembukaan acara, Ketua Umum BKM Bundo Ben, panggilan akrab Nurbaini McKosky, menjelaskan tentang peran organisasi yang baru dilahirkan dan memiliki anggota yang sangat beragam, tempat tinggal maupun profesi. Kendati demikian, sejumlah program telah berhasil dilaksanakan, termasuk webinar kali ini.
Dengan posisi yang jauh dari sumber budaya asal Ranah Minang, tentu menjadi tantangan tersendiri bagaimana mereka yang telah lama berdiaspora menjalani hidup di rantau jauah, tetap berupaya memperkenalkan sekaligus mewariskan adat Minangkabau di keluarga.
Dalam paparannya Ustadz Mul menyampaikan tentang telah usainya pertentangan adat budaya Minangkabau dengan Islam. Salah satu kaidah ushul fikri tentang budaya yang telah mengakar di dalam satu kelompok masyarakat menempati posisi untuk diakomodir oleh agama Islam, sejauh tidak menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
Pada kesempatan yang sama, usai menanggapi sejumlah pertanyaan dari peserta yang cukup tajam, Sekretaris MUI Kota Padang tersebut menyampaikan penghargaan serta dukungan kepada BKM yang telah dengan sungguh-sungguh menggali dan memperkenalkan adat istiadat kepada anak kemenakan di rantau.
Sementara Bundo Lili, panggilan akrab Dr Zurmailis, dalam paparannya banyak menyoroti konsep mendasar dan filosofi Bundo Kanduang dari kacamata seorang akademisi yang juga aktivis ‘bandel’ sejak masa kecilnya.
Bagaimana sikap tomboy namun tetap diajarkan bersikap dan berpakaian layaknya gadis Minang kala sang mamak singgah ke rumahnya, menjadi kenangan membekas betapa tinggi penghargaan terhadap kaum wanita, kendati di rumah sendiri.
Saat merespons pertanyaan menyangkut isu sensitif, seperti uang jemputan, wanita melamar pria, atau tentang hak waris, dengan cergas diuraikan dengan jernih.
Kendati dalam beberapa hal ada perbedaan pandangan antar para pembicara, namun secara umum keduanya mampu menyampaikan pemikiran dengan amat mumpuni, sehingga waktu tiga jam tidak terasa.
Pada diskusi bernas yang dipandu dengan ciamik Bundo Wirda, disampaikan pula tentang rencana pembentukan tim implementasi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) di lokasi komplek Mesjid Raya Sumatera Barat. Diharapkan dari program ini dapat disusun modul pembelajaran yang mampu mengintegrasikan adat budaya Minangkabau dalam proses pembelajaran formal, yang bisa pula diterapkan di berbagai daerah, di ranah maupun rantau, ujar dosen yang juga Ketua Pusat Kajian Kearifan Lokal Universitas Negeri Padang (UNP).
Di bagian akhir acara, Rektor Universitas Andalas Prof Dr Yuliandri, SH, MH, tidak mampu menutupi kekagumannya pada diskusi yang berlangsung dengan semangat berbagi dan menggali filosofi oleh para Bundo Kandung tersebut.
Sebagai perguruan tinggi yang memiliki Jurusan sastra dan budaya Minangkabau, berharap kerjasama BKM dengan Unand ini dapat ditindaklajuti lebih intens. Untuk itu pihaknya sangat membuka diri, ucap Rektor di tengah perjalanannya.
Hingga akhir jelang ditutup oleh ketua Panitia Bundo Dr Nilma Suryani, SH, MH, ratusan peserta tetap mengikuti dengan antusias dan mengucapkan terima kasih atas ilmu bermanfaat yang mereka dapatkan, sebagaimana tertulis pada chatroom selama diskusi berlangsung. *)
Penulis adalah Ketua Pusat Kajian Kearifan Lokal Universitas Negeri Padang (UNP)