USAHA peternakan sapi memiliki prospek yang cerah bagi masyarakat dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi jika dapat dikelola dengan baik dan benar. Apalagi jika ternak yang dipelihara dapat beranak 1 kali dalam setahun, dengan demikian peternak mendapatkan keuntungan guna meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Tapi sering kali terjadi gangguan pada reproduksi ternak diantaranya kawin berulang dan kegagalan proses fertilisasi sehingga calving interval (jarak beranak) menjadi panjang.
Menyikapi hal tersebut Ahli Reproduksi Ternak yaitu Syafri Nanda, SPt, MSi, dosen Fakultas Peternakan Universitas Andalas (Unand) yang merupakan salah satu anggota tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) memberikan penyuluhan mengenai “Apa saja penyakit & gangguan reproduksi yang sering terjadi di peternakan rakyat beserta solusinya”.
Kegiatan PKM ini dilakukan oleh Tim dari Dosen Unand yang diketuai oleh Yesi Chwenta Sari, SPt, MSi dengan anggota Syafri Nanda SPt, MSi, Fatma Poni Mardiah, SE, MSM, dan Roza Yunita SP, MSi, serta ikut serta mahasiswanya Siti Auliarasulina dan Reyhan Adri Putra.
Adapun PKM ini dilaksanakan pada kelompok Tani Ternak Ambacang Permai Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota.
Masyarakat menyampaikan keluh kesahnya mengenai ciri-ciri penyakit reproduksi yang diderita oleh ternak sapi dan kerbau yang dipeliharanya, seperti prolapsus (keluarnya peranakan), kegagalan pada kawin alam dan Inseminasi Buatan (IB) yang seringkali terjadi pada ternak mereka.
Bahkan ada yang mengatakan jika pada ternak sapi yang dimilikinya telah dilakukan sekitar 3-5 kali Inseminasi Buatan, namun tidak ada satupun yang berhasil.
Gangguan atau kegagalan dalam reproduksi adalah berkurangnya kemampuan atau ketidakmampuan individu untuk menghasilkan anak secara normal, hal ini dapat disebabkan dari salah satu atau kombinasi dari beberapa penyebab. Seperti yang dijelaskan oleh Syafri Nanda, SPt, MSi, gangguan reproduksi pada ternak dapat disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya ; 1) cacat anatomi pada saluran reproduksi, 2) gangguan fungsional pada organ reproduksi, 3) kesalahan dalam manajemen, 4) dan juga infeksi pada organ reproduksi.
Kecacatan anatomi pada saluran reproduksi ada yang sudah dibawa sejak lahir dan ada juga yang diperoleh ketika ternak beranjak dewasa. Salah satu contoh cacat sejak lahir pada anatomi saluran reproduksi adalah hipoplasia ovarium, Agnesis indung telur (indung telur tidak terbentuk), Freemartin (abnormal jantan & betina), serta Atresia vulva (pengecilan vulva). Sedangkan cacat perolehan dapat berupa ovarian hermorhagie dan juga salphingitis.
Gangguan fungsional adalah keadaan dimana organ reproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan Sista Ovarium (ovaria, folikel, luteal), Birahi tenang, Anestrus dan Ovulasi tertunda (delayed ovulation).
Kesalahan manajemen erat kaitannya dengan pakan atau nutrisi. Jika ternak kekurangan nutrisi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan produksi hormon menurun yang mengakibatkan ovarium tidak berkembang sebagaimana mestinya, juga dapat menyebabkan silent heat atau yang disebut juga dengan birahi tenang, gagal konsepsi dan kematian dini pada embrio.
Selain itu infeksi pada organ reproduksi juga dapat menjadi salah satu penyebab kegagalan dalam proses reproduksi pada ternak. Infeksi terbagi menjadi dua yaitu infeksi nonspesifik dan infeksi spesifik.
Contoh infeksi nonspesifik adalah Endometritis (radang uterus), Pyometra (radang uterus bernanah) dan Vaginitis (radang vagina). Sedangkan contoh infeksi spesifik adalah infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan protozoa.
Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi reproduksi pada ternak, sebaiknya kandang dikondisikan sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan ternak. Lingkungan yang kurang cocok dapat menyebabkan ternak menjadi stres sehingga berdampak terhadap reproduksi.
Peternak dapat mengantisipasi gangguan pada reproduksi dengan melakukan seleksi genetik, manajemen pakan yang baik, menjaga kesehatan ternak, dan menjaga kebersihan kandang agar ternak terhindar dari pemyakit dan gangguan reproduksi. *)
Penulis adalah Dosen Fakultas Peternakan Universitas Andalas (Unand)