PADANG, AmanMakmur.com-–Gubernur Sumbar yang diwakili Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi dan Keuangan Syafrizal Ucok mengatakan bahwa turunnya produksi padi di Sumbar akhir-akhir ini diakibatkan oleh gagal panen karena perubahan iklim yang ekstrem, serangan hama wereng dan tikus.
Penyebab lainnya adalah karena terus terjadinya alih fungsi lahan pertanian khususnya sawah di kabupaten/kota.
Hal itu disampaikan Syafrizal Ucok ketika membuka Rapat Peningkatan Produksi Padi dan Jagung Provinsi Sumbar tahun 2021 di Basko Hotel, Jalan Hamka Padang, Kamis (7/10).
Hadir dalam pembukaan rapat ini Kadis Perkebunan Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumbar Syafrizal, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar dan Kepala BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Sumbar.
Rapat yang diikuti 80 orang peserta ini berlangsung sehari penuh, terdiri dari Kepala Badan Pusat Statistik kabupaten/kota, Kadis Pertanian kabupaten/kota, UPT yang berada di bawah Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Holtikultura dan utusan dari BPTP Solok, Sumbar.
Produksi padi Sumbar tahun 2020 berjumlah 1.387 juta ton dari luas sawah yang dipanen 295,6 ribu hektar. Jumlah produksi ini mengalami penurunan sebesar 97,86 ribu ton dibandingkan produksi tahun 2019. Sedangkan produksi jagung Sumbar tahun 2020 935.716 ton atau kurang 59.465 ton dari target produksi yang ditetapkan.
Untuk meningkatkan produksi padi, menurut Syafrizal Ucok pemerintah dan masyarakat perlu melakukan langkah-langkah konkret dan nyata.
Langkah itu antara lain, melakukan pola tanam padi serentak, membasmi hama wereng, membudayakan kembali berburu tikus untuk memutus populasi hama tikus, dan mengambil langkah yang tegas untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian khususnya sawah.
“Sudah jarang kita mendengar masyarakat melakukan kegiatan berburu tikus sambil bergotong royong membersihkan saluran air sawah. Kegiatan berburu tikus ini harus kita lakukan lagi sebagai budaya petani sehingga populasi hama tikus dapat dikendalikan,” kata Syafrizal Ucok yang pernah menjadi Wakil Bupati Pesisir Selatan 2005-2010.
Kemudian, dalam menjaga luas areal sawah produktif, diharapkan oleh Syafrizal Ucok agar pimpinan daerah di kabupaten/kota bersikap tegas mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian khususnya sawah.
Bupati/walikota diharapkan jangan terlalu mudah memberikan izin alih fungsi lahan sawah atau merevisi Perda Tata Ruang Wilayah.
“Sekarang ada modus dari pemilik sawah di daerah yang sengaja menelantarkan sawahnya seolah-olah tidak ada pengairan, sehingga menjadi lahan tidak produktif. Atas alasan itu, kemudian dalam waktu yang tidak begitu lama lahan itu tiba-tiba sudah beralih fungsi saja menjadi perumahan. Mari kita stop alih fungsi lahan pertanian,” tegas Syafrizal Ucok.
Karena peningkatan produksi padi dan jagung ini menjadi prioritas dari pasangan Gubernur-Wakil Gubernur Mahyeldi-Audy, sebagai wujud swasembada pangan, maka diharapkan OPD provinsi memberikan perhatian pada program ini.
Sekaligus bersinergi dengan kabupaten/kota, karena sesungguhnya lahan pertanian itu adalah milik masyarakat di kabupaten/kota.
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Holtikultura Syafrizal mengharapkan dari rapat ini dilahirkan masukan dan rekomendasi, yang menjadi acuan dalam program menuju peningkatan produksi padi dan jagung di Sumbar.
“Kita tidak boleh lengah terhadap penurunan jumlah produksi padi dan jagung. Kita dari provinsi akan melakukan intervensi, apakah dengan pengetahuan pola tanam, pembagian bibit unggul dan bantuan pemberantasan hama penyakit tanaman,” kata Syafrizal.
(Rel/Nov)