LEARNING loss, hilang kemampuan belajar pada anak atau menurunnya hasil belajar anak karena adanya jeda proses belajar siswa, yaitu di saat masa pandemi Covid-19. Dimana ada program pembelajaran jarak jauh, program pembelajaran jauh ini memiliki problema tersendiri di antaranya; pertama, infrastruktur terkait penggunaan teknologi (listrik mati, sinyal hilang, kuota terbatas).
Problem kedua adalah mindset. Cara pandang kita terhadap teknologi tersebut. Secara umum sebelum pandemi pandangan terhadap teknologi sudah negatif, sulit menerima keberadaan teknologi.
Hal semacam inilah yang mendorong keinginan pembelajaran tatap muka kembali dilakukan, walaupun urgensi kesehatan masih sangat diperlukan. Dengan pembelajaran online membuat anak-anak cepat bosan, interaksi siswa dengan guru dan teman kurang berarti.
Problem ketiga, karena selama ini orientasi adalah nilai, membuat orang tua membantu siswa mengerjakan tugas untuk mendapatkan nilai, padahal tujuan dari pendidikan adalah agar anak dapat menghadapi tantangan sehingga membuat tugas dengan segala perubahan itu adalah tantangan, bukan suatu hambatan.
Problem lain, ada anggapan bahwa program pembelajaran jauh mengganggu tumbuh kembang anak, karakter dan kognitif anak mengalami learning loss dan anak-anak stres. Jadi dalam problem program pembelajaran jarak jauh ada mainstrem yang keliru, belajar lebih berorientasi pada angka nilai sehingga tidak aneh ada ketidakjujuran pada proses pembelajaran. Ada kasus orang tua mengerjakan tugas anak ketika anak tidak mau mengerjakan tugas sekolah. Agar nilai rapor sang anak aman, maka orang tua membuatkan tugas tersebut.
Selain itu ada mainstream bahwa pendidikan itu terpusat pada pendidikan formal, padahal Ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa pendidikan itu harus bersifat tri pusat pendidikan. Bahwa pendidikan itu perlu kerja sama antara pendidikan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Namun realitanya kita sering menganggap bahwa keluarga bukan sentra pendidikan tapi sangat berorientasi pada proses pendidikan di sekolah saja. Ada kecenderungan setelah belajar di sekolah kita melanjutkan dengan pembelajaran bimbel, rumah sering hanya dijadikan tempat istirahat, sehingga ketika masa pandemi timbul suatu kegagapan, dimana pendidikan yang selama ini terorientasi di sekolah, sekarang beralih fungsi terfokus di rumah, dalam hal ini keluarga dan masyarakat.
Belajar untuk ilmu bukan belajar untuk angka nilai makanya Ujian Nasional (UN) di hapus, karena fenomena sekolah lebih beorientasi nilai. Sekolah mengejar angka tinggi sehingga pembelajaran lebih kepada bagaimana mengerjakan soal ujian, bukan hakiki pembelajaran yang memberikan tantangan kepada para siswa.
Jadi sebenarnya learning loss, bukan pada teknologinya tapi bagaimana guru mensiasati proses pembelajaran yang ada. Oleh karenya perlu disosialisasikan langkah digitalisasi pendidikan, diantaranya; (1) Menyiapkan infrastruktur pendidikan (laptop, hp, wifi, pulsa), (2) Infrastruktur, selama ini infrastruktur ini berupa WhatshApp, dll belum terstruktur dengan baik, perlu aplikasi lainnya; dan (3) Info culture, belajar tidak harus satu tempat, bisa dimana saja
Dan catatan terpenting adalah bagaimana belajar pengalaman hidup. Belajar yang tidak intens di sekolah pada masa pandemi ini, peluang besar bagi kita orang tua bisa mengajar untuk belajar hidup (meningkatkan lifeskill), belajar keseharian mereka/pengalaman. Jangan biarkan pengalaman lewat begitu. Berdialog dengan anak kita atas perubahan lingkungan yang ada dan jadikan pengalaman selama pandemi sebagai bagian dari belajar sepanjang hidup (long life learned).
Persiapan Protokol Kesehatan Sekolah Pembelajaran Tatap Muka
Adanya gejala learning loss pada masa pendemi, banyak kalangan yang menginginkan kembali untuk belajar tatap muka, namun demikian seandainya belajar tatap muka tetap diteruskan karena memang beberapa sekolah sudah memulai pembelajaran tatap muka yang terbatas. Maka perlu beberapa hal yang perlu diperhatikan bagaimana protokol kesehatan dalam pembelajaran tatap muka ini, adapun beberapa saran dilakukan terkait dengan protokol kesehatan pembelajaran tatap muka di antaranya
1. Persiapan dari rumah untuk pembelajaran tatap muka masa pendemi. Sarapan dengan gizi baik, memastikan kondisi tubuh dalam keadaan sehat dengan suhu tubuh yang stabil, memastikan mengunakan masker, membawa alat perlengkapan sendiri nulai perlengkapan ibadah, alat makan, alat olah raga agar tidak saling meminjam untuk menghindari penyebaran virus, setelah dipastikan juga membawa hand sanitizer untuk kebutuhan pencucikan tangan. Dan terpenting keberangkatan ke sekolah dimulai dengan doa kepada Tuhan agar di beri keselamatan dan keberkahan
2. Di saat perjalanan sekolah, diperhatikan jarak sosial dalam berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain, adapun jarak yang dianjurkan itu adalah satu setengah meter dari diri kita. Selama perjalanan disarankan tidak menyentuh mata, hidung dan mulut karena lubang tersebut pintu masuknya virus. Selanjutnya hindari memegang permukaan benda yang banyak di pegang orang lain ketika bersin atau batuk terapkan etika batuk dan bersih yang menjaga kesehatan, batuk dan bersin tidak sembarangan dan menutup dengan sapu tangan yang bersih. Dan dalam perjalanan ini dianjurkan untuk cuci sebelum dan sesudah mengunakan tranpotasi umum.
3. Aktivitas menjelang masuk gerbang sekolah perlu juga mendapat perhatian, di ataranya berhentilah pada tempat yang ditentukan oleh pihak sekolah untuk masuk ke halaman sekolah, bersedia di ukur suhu tubuh, mencuci tangan terlebih dahulu.
4. Saat pembelajaran perlu ditaati juga protokol kesehatan. Jarak sosial tempat duduk siswa, cuci tangan sebelum masuk kelas, mengunakan alat belajar sendiri, alat musik dan alat makan sendiri juga. Di saat pembelajaran di sekolah pihak sekolah juga diharapkan untuk selalu mengingatkan siswa untuk jarak sosial melalui suara pengumuman sekolah seperti toa atau alat pengera suara lainya. Selanjutnya ketika pembelajaran kelar, siswa keluar keluar kelas satu persatu dengan mejaga jarak satu sama lainnya sampai pada pintu gerbang penjemputan siswa oleh orang tua dan lainnya.
5. Aktivitas setelah sampai dirumah, diharapkan meletakkan barang bawaan dari luar di taruh pada tempat tertentu tidak tergabung dengan barang lainnya, setelah itu diharapkan mandi segera dan menganti pakaian yang baru di cuci sebelum berinteraksi dengan warga lain di rumah. Dan tak lupa mencuci tangan. Jika sampai terasa badan kurang sehat, segera beristirahat dan berkonsultasi dengan dokter keluarga atau melapor pada tim kesehatan satuan pendidikan.
Itulah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam rangka protokol kesehatan dalam pembelajaran tatap muka dan perlu kemampuan beradaptasi sosial atas perubahan dalam masyarakat akibat pendemi Covid-19 ini. *)
Penulis adalah seorang Doktor, Dosen Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Unversitas Negeri Padang (UNP), dan Founder Rumah Literasi Griya Istiqlal