JAKARTA, AmanMakmur.com —Menurut Wakil Ketua DPD RI Sultan B Najamudin, ketika mencermati industri sawit nasional, banyak sekali industri hilir yang sangat menjanjikan dapat dibangun dari bahan baku kelapa sawit di Indonesia.
“Potensi pengolahan turunan dari kelapa sawit bukan hanya di bidang makanan dan energi, tapi juga obat-obatan dan kosmetik. Dan bukan hanya olahan melalui minyaknya, akan tetapi juga batang hingga pelepahnya bisa menjadi bernilai ekonomis”, ujar senator asal Provinsi Bengkulu ini, Jumat (7/5).
Sultan juga menambahkan, ada sembilan produk yang berbahan baku dari kelapa sawit yang bisa dihasilkan selain minyak sawit saja, yaitu fatty acids. Bisa pula jadi Crude Palm Oil (CPO), Palm Kernel Oil (PKO), Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO), Palm Fatty Acid Distillate (PFAD), dan Olein hingga Stearin.
“Selama ini petani sawit di Indonesia bergantung pada pabrik besar dengan hanya menjual tandan buah segar saja. Dan ini memiliki resiko harga yang sangat fluktuatif atau tidak memiliki kepastian pasar. Sebab petani tidak memilki opsi terhadap pasar yang disediakan”, tandasnya.
Menurut Sultan, ke depan petani sawit di Indonesia harus didorong untuk mampu mengolah produknya sendiri agar berdaya guna. Dan itu tidak mesti menggunakan industri besar atau pemakaian mesin-mesin raksasa. Sebagian besar justru dapat digerakkan melalui pembentukan aktifitas Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam pengolahan sawit.
Bahkan dalam masa Pandemi ini, peluang pemanfaatan produk turunan dari sawit bisa di optimalkan, lanjut Sultan. Misalnya seperti saat ini IPB sudah bekerjasama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa sawit (BPDPKS) dalam mengembangan handsanitizer berbahan gliserol sawit dan handsoap berbahan metil ester sulfonat.
Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Prof Erliza Hambali, Guru Besar IPB, yang menjelaskan satu persatu soal turunan minyak sawit tadi.
Untuk produk pangan misalnya, banyak yang bisa dibikin tanpa harus melalui proses hidrogenasi (merubah minyak nabati cair menjadi olesan keras) mulai dari vitamin E, A hingga biscuit creamer, ice cream hingga lainnya
Dari oleokimia, ragam produk bisa dikembangkan. Mulai dari metil ester, biodiesel, gliserol hingga asam lemak. “Nah, empat produk ini, industrinya memang harus besar. Tapi untuk produk setelahnya, oleokimia turunan, banyak yang bisa dikembangkan oleh UKM dan Koperasi.
Untuk energi juga begitu, tak melulu industri besar. Kalau untuk membikin Biodiesel, Green Gasolin, Green Olefin, Green Diesel dan Green Jet memang butuh investasi besar. Tapi untuk membikin bio briket, bio pelet, pemanas, bio oil, asap cair, bisa oleh UKM dan Koperasi. Jadi, sawit ini sangat mengakomodir ragam pelaku usaha.
Termasuk untuk membikin sabun transparan, sabun cair hingga sabun padat. “Teknologinya sangat sederhana sekali, kok. Kalau mau banyak busanya, tinggal tambahkan surfaktan yang banyak busa,” terangnya.
Terus ada pula pembersih dan pengkilap stainless & bio degreaser. Ini berguna untuk membersihkan peralatan dari stainless. Minyak sawit merah bisa dibikin UKM dan Koperasi. Minyak ini bisa untuk minyak salad, menumis, mayones, margarin dan lainnya.
“Lantaran ada replanting, pohon sawit kan ditebang. Walau sudah ditebang, batangnya masih bisa menghasilkan gula merah. Satu hektar tanaman sawit bisa menghasilkan 300 kilogram nira perhari selama 40 hari,” Erliza merinci.
Lantas, permen sari jahe, hard candy, berbahan nira sawit juga bisa dibikin. Termasuk permen minyak kayu putih yang bisa melegakan tenggorokan dan menghangatkan.
“Kita juga bisa membikin gocat spray dan gocat gel. Produk berbahan sawit mampu mengusir kucing liar tanpa harus menyakitinya,” panjang lebar Erliza menjelaskan.
Arang briket dari cangkang kelapa sawit juga bisa dibikin oleh UKM dan Koperasi. Dari sini bisa dihasilkan 13,3 juta ton per tahun. Ada high heating value (HHV) 3.457 kcal/kg dan low heating value (LHV) 3.378 kcal/kg
“Asap cair dan arang aktif juga bisa dibikin. Asap cair bisa mengawetkan makanan dan kayu. Sebab dia anti jamur dan bakteri lantaran mengandung fenol, asam organik dan karbonil. Asap cair juga bisa menguatkan cita rasa ikan dan daging asap,” katanya.
Lantas arang aktif, bisa menjernihkan air, memutihkan gigi, meredakan kembung, mengeluarkan jamur dari dalam tubuh, mencegah penuaan dini dan sederet manfaat lain. Dari semua yang dia jelaskan tadi, kata Erliza, sebahagian bisa dilakukan oleh industri kecil.
“Intinya, apapun bisa jadi duit dari sawit. Kita punya banyak pelaku di antara tebaran duit itu. Tinggal lagi sekarang, gimana keseriusan kita meningkatkan nilai tambahnya,” ujar Erliza.
Jadi menurut Sultan, ke depan pemerintah daerah haru memberikan edukasi kepada seluruh petani sawit di Indonesia agar menggalakkan pengolahan produk berbahan sawit. Jika masyarakat sudah bergerak kearah pengolahan produk turunan, maka pasti akan berimbas pada kesejahteraan.
“Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus menangkap peluang ini. Potensi sawit di Indonesia sangat besar. Dan salah satu yang terbesar didunia. Jadi ke depan industri sawit tidak boleh hanya dikuasi oleh korporasi dengan hanya menggunakan industri berskala besar. Petani kita harus didorong menjual produk jadi atau setengah jadi melalui skema UMKM atau Koperasi agar nilai ekonomis bertambah maka pendapatan petani juga bertambah. Dan dana KUR bisa dimanfaatkan untuk membangun industri ini”, tegas Sultan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tren luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia selama 2015-2019 cukup fluktuatif. Pada 2015-2016 luasnya sempat menurun, namun pada 2016-2019 luasnya terus melonjak. Tercatat, pada 2019 luasnya mencapai 14,60 juta hektare (ha).
“Dengan potensi sebesar itu, kita bisa menjadi negara yang kaya dari sektor perkebunan kelapa sawit. Mungkin pemerintah daerah bisa menginterupsi pasar melalui aktifitas BUMD yang menghimpun serta menampung produk hasil dari geliat UMKM dan Koperasi. Dan jika ini terwujud, saya memastikan hal ini akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat luas, khususnya petani Kelapa Sawit”, tutupnya.
(Rel/dpd)