PADANG PARIAMAN, AmanMakmur.com— Nagari Sungai Sariak, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman, ternyata sudah lima tahun tidak mendapatkan air dari irigasi Ujuang Gunuang. Sawah dan kolam ikan kesulitan mendapatkan air.
Hal itu diungkapkan Walikorong Kampuang Bendang, Hanafi kepada Anggota DPD RI, H Leonardy Harmainy Dt Bandaro Basa, S.IP, MH yang berkunjung ke Kantor Nagari Sungai Sariak, Senin (26/4).
“Kami di Korong Kampung Bendang sudah lima tahun tidak mendapatkan air dari irigasi Ujuang Gunung Pak. Akibatnya sawah dan kolam ikan kami tak berair. Kami mohon fasilitasi bapak karena sudah sering diusulkan namun belum terealisasikan,” ungkapnya.
Menurut Hanafi, mereka hanya mengandalkan air hujan turun dari langit. Padahal sawah di korong itu ada 25 hektar dan kolam 15 hektar.
Akibatnya perekonomian masyarakat terganggu. Lebih-lebih setelah Covid-19. Sehingga masyarakat sangat berharap ada perbaikan irigasi Ujuang Gunung lalu air mengalir lagi ke sawah dan kolam ikan seperti dulu.
“Kami berharap sekali kedatangan bapak ini membawa jalan keluar bagi kesulitan kami ini,” ungkapnya.
Pernyataan Walikorong Hanafi dibenarkan oleh walinagari yang diwakili Sekretaris Nagari Sungai Sariak, Andreaf Vicoting Perta, S.PSi. Persoalan air ini sudah menjadi obrolan harian bagi masyarakat nagari.
Sektetaris Nagari Sungai Sariak yang akrab dipanggil Viko ini pun mengharapkan fasilitasi dari Senator Leonardy terhadap persoalan air itu.
Kepada Leonardy, Viko juga menyampaikan perihal jalan ke Korong Sungai Ibur II, dan harapan warga tehadap perbaikan pasar nagari, dimana losnya tidak layak lagi.
“Bapak bisa menyaksikan sendiri bagaimana kondisi pasar saat ini. Mudah-mudahan bapak bisa memfasilitasi perbaikan pasar ini,” ungkapnya.
Lebih jauh dijelaskan Viko bahwa pada tahun 2018 Pasar Nagari Sungai Sariak mendapat Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp1,1 miliar untuk pembangunan los pasar. Dari dana ini dapat dibangun 18 kios pasar yang bagus di bagian depan pasar. Namun setelah dibangun tampak sekali perbedaannya dengan los di bagian belakang.
Ketua LPM Sungai Sariak, Hendri Gusvira ST mendukung pernyataan Viko. Masalah air dan Batang Mangoi yang perlu dinormalisasi sudah menjadi harapan warga.
“Warga berharap fasilitasi Abang karena tahu bagaimana upaya Abang memperjuangkan aspirasi. Abang juga dikenal sebagai politisi yang sejak 1999 atau 25 tahun terus berkiprah tanpa henti. Jadi lebih tahu bagaimana caranya,” ujar pria yang aktif di berbagai organisasi tingkat Kabupaten Padang Pariaman.
Camat VII Koto Sungai Sariak, Imra Usni, juga menimpali bahwa masyarakat begitu berharap kedatangan Leonardy guna menyerap aspirasi. Mereka tahu aspirasi yang disampaikan itu diperjuangkan.
“Adik-adik perangkat nagari yang muda, kaum milenial ini perlu tahu juga dengan kiat Abang dan kiprah Abang dalam meyerap dan memperjuangkan aspirasi,” ungkapnya.
Menanggapi hal itu, Anggota DPD RI Leonardy Harmainy mengatakan permasalahan yang dihadapi sama dengan nagari-nagari di Kecamatan VII Koto Sungai Sariak yang telah dikunjunginya.
“Masalah irigasi dari Ujuang Gunung dan normalisasi Batang Mangoi (Mangor). Perlu kita ajak Dinas PSDA Sumbar dan Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V ke Kecamatan VII Koto Sungai Sariak ini dalam waktu dekat,” ujarnya.
Leonardy menegaskan persoalan irigasi yang mengairi sawah yang luasnya di atas 1000 hektar dan normalisasi sungai menjadi kewenangan provinsi. Apalagi Dinas PSDA telah pernah mengucurkan dana untuk pembangunan Kapalo Banda di Ujuang Gunung beberapa waktu lalu.
Kata Ketua Badan Kehormatan DPD RI itu, nanti kita dengarkan bagaimana penjelasan mereka terkait hal ini. Khusus untuk normalisasi Batang Mangor, DED-nya sudah ada sampai jembatan Sampan ke muara. Namun baru diselesaikan dari Kurai Taji ke muara.
“Untuk yang ada DED saja belum terealisasikan hingga sekarang, apalagi masih dalam bentuk usulan demi usulan dari tahun ke tahun. Untuk itu perlu kita kejar adalah dinas terkait membuat perencanaan beserta anggaran biayanya. Mudah-mudahan, bisa terealisasi secepatnya,” ujarnya.
Butuh Jalan dan Komunikasi
Korong Sungai Ibur II termasuk yang terbelakang dibanding korong lainnya di Nagari Sungai Sariak dalam hal pendidikan dan infrastruktur. Anggota Bamus, Neneng Sarmi yang berasal dari korong itu mengungkapkan betapa nagarinya masih blank spot dan jalan menuju korong itu pun menyedihkan.
“Jalan ke korong kami, Sungai Ibur II, berlobang dan rusak parah. Anak-anak kami harus keluar korong agar mendapatkan sinyal buat belajar online mereka,” ungkapnya.
Neneng juga menyebutkan jalan ke korongnya sangat jelek. Belum pernah tersentuh aspal.
Soal layanan komunikasi dan informasi yang masih belum ada di Sungai Ibur II, Leonardy mengatakan perlu segera melakukan upaya komunikasi dan informasi lancar ke korong itu. Bamus dan Walinagari bisa memanfaatkan program kerjasama Kemendes PDTT dengan Kemenkominfo untuk mempercepat pembangunan bidang komunikasi dan informasi.
Kata Leonardy, dalam program itu Kemendes PDTT membangun tower, genset dan bangunan pendukung, Kemenkominfo mengadakan sinyal. Untuk mendapatkan program itu, nagari harus menyiapkan lahan 300 meter persegi. Tanah ini harus milik nagari.
“Dengan cara ini sinyal telpon dan lalu lintas data di Sungai Sariak makin lancar. Anak-anak bisa belajar online dengan lebih baik dan nyaman,” pungkasnya.
Terkait pembangunan jalan, perlu dilihat dari kewenangan anggaran. Tidak bisa seperti dulu lagi. Jika hanya menghubungkan antar korong, maka Leonardy menyebutkan kewenangannya di nagari. Perlu diperjuangkan bersama-sama dalam Musrenbang Nagari.
Sementara jalan yang menghubungkan korong dengan nagari lain yang ada di kecamatan lain, kewenangan ada di kabupaten.
(Rel/zul)